Bulan Pembantu Licik

Aroma wangi khas bumbu dapur tercium sampai keluar. Baunya menusuk hingga sampai ke hidung Hansel yang saat itu berada di luar rumah sedang memoles mobil kesayangannya langsung mendongak ke atas seraya hidungnya mengendus-ngendus wanginya bak kucing kelaparan mencari tulang ikan.

"Hmm ...., harum sekali baunya. Selama di luar negeri aku belum pernah mencium aroma makanan khas indonesia se wangi ini. Pasti rasanya sangat enak, kira-kira siapa yang masak di dapur?" ucap Hansel pelan seraya menoleh ke dalam rumah.

Pria berkharisma itu melihat jam tangan di pergelangan tangan kanannya. Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang, lalu melihat ke atas seraya tangannya mengarah ke matahari yang menyilaukan mata indahnya.

Kruk ...

"Sudah siang, pantas aku merasa sangat lapar sejak pagi belum makan apa-apa," ucap Hansel seraya memegang perutnya yang kotak-kota bak roti sobek.

Dirinya langsung berlari masuk ke dalam rumah, lalu menuju dapur yang tertata dengan aestetik bergaya kerajaan. Hansel melihat gadis cantik yang semalam pergi bersamanya sedang mengaduk sup ayam kampung dengan gayanya bak chef ternama di restoran bintang lima.

"Hansel, ada apa?" tanya Bulan sembari menoleh ke daun pintu di mana Tuan muda itu berdiri di tengah pintu.

"Bulan, wangi sekali. Kamu masak apa?"

"Sup ayam. Bukankah di meja makan sudah di siapkan makanan ala eropa. Kamu belum memakannya? Kan Nyonya dan Tuan besar sedang makan di sana," jelas Bulan.

Pria itu menggelengkan kepala sembari berjalan mendekati Bulan. "Sup buatanmu lebih menggoda lidahku di banding makanan ala-ala eropa itu. Aku boleh ya makan ini?" tanya Hansel dengan lembut seraya melihat ke wajah Bulan.

"Tapi, ini kan makanan pembantu. Hari ini aku memang sengaja membuatnya karena aku rindu masakan Mamaku," sahutnya Pelan karena takut terdengar sampai ke telinga Hana.

"Kamu yang buat saja baunya sewangi ini apalagi Mamamu pasti lebih enak," goda Hansel seraya tersenyum lebar.

"Weee, masakanku juga gak kalah enak. Ya sudah, kamu makan di sini saja, kalau Nyonya sampai mengetahuinya aku bisa kena marah. Bisa panjang nanti urusannya," sambung Bulan seraya mengambilkan semangkuk sup lalu meletakkannya di meja makan para pembantu biasanya makan.

"Enak sekali Bulan, selama aku di luar negeri aku gak pernah makan makanan seperti ini," ucapnya dengan mulutnya penuh dengan makanan.

"Benarkah? Kalau masih kurang kamu bisa menghabiskan satu panci itu," sahut gadis cantik itu seraya menunjuk ke belakang.

"Haha ..., perutku bisa kembung penuh air," sahutnya. "Rasa sup ini sangat otentik dan khas, belum pernah aku menemuinya di restoran manapun dan sepertinya aku pernah memakannya, tapi entahlah aku lupa di mana," ujar pria berkharisma itu seraya bola matanya ke atas berfikir.

Kamu apa sudah lupa, kalau Mamaku dulu juga pernah membagikan masakannya untukmu dan kita makan di meja yang sama, bahkan tidak membeda-bedakan antara kita berdua, batin gadis cantik itu menatap Hansel di hadapannya yang tengah lahap menyantap sup yang tak lain adalah ramuan khusus keluarganya.

"Benarkah? Coba kamu ingat-ingat pernah makan di mana?" tanya Bulan.

"Ah sudahlah tidak penting, jangan lupa nanti malam ikut aku ya," balasnya.

"Baiklah." Bulan tersenyum lebar lalu beranjak dari tempat duduknya guna mencuci perabotan kotor.

Setelah selesai, gadis cantik itu tersenyum sinis sembari menoleh ke belakang dengan memegang pisau tajam di tangannya lalu berjalan mendekati Hansel yang masih sibuk dengan makanannya sembari memainkan ponsel.

"Tuan Hansel, mau aku kupasin buah pir?"

Pria itu seketika menatap wajah cantik Bulan. "Boleh," sahutnya.

Bulan kemudian mengupas pir dan memotongnya seraya Hansel menatap pembantu cantiknya.

"Ah ... sakit," ucap Bulan.

Hansel seketika reflek berdiri lalu memegang tangan Bulan.

"Hati - hati Bulan," ucap Hansel sembari menghisap jari telunjuk Bulan yang berdarah akibat tergores pisau.

Gadis cantik itu memperhatikan Tuan mudanya yang tampak khawatir dirinya terluka seraya tersenyum tipis. Tatapannya yang tajam tak membuatnya seketika luluh dan merasakan sakit, Jelas saja karena memang di sengaja untuk mendapatkan perhatian.

"Sudah Hansel, aku tidak apa-apa," tuturnya seraya menarik tangannya pelan.

"Maaf Bulan, tapi beneran sudah merasa tidak sakit?"

Bulan menggelengkan kepala sepersekian detik mereka saling menatap sampai akhirnya saling menundukkan pandangan masing-masing lantaran merasa tidak enak hati.

Segampang inikah mendapat perhatianmu, batin Bulan seraya menghela nafas panjang.

Karena penasaran Hansel tak kunjung keluar dari dapur, Hana berinisiatif melihat dari kejauhan apa yang sedang di lakukan Hansel. Ya, anaknya dan Bulan yang sedang saling menatap dengan akrab seperti orang sedang jatuh cinta membuatnya terbakar emosi seraya menarik nafas dalam-dalam.

"Dasar wanita kurang ajar! Sudah menggoda Jeremy, sekarang mau mendekati Hansel. Kamu sepertinya ingin mendapatkan pelajaran dariku!" gumam Hana.

Bersambung ✍️