Bulan Pembantu Licik
...Sebelum membaca yuk follow dulu ...
...🙏Terima kasih sebelumnya 🙏...
...Karya baru dari Author mohon dukungannya dengan memberi like, komentar, vote, hadiah 🫶...
...Semua itu adalah bentuk semangat saya dalam berkarya dan mohon untuk tidak lompat bab ...
🙏
...****************...
“Wanita cantik sepertimu kenapa ingin bekerja sebagai pembantu di rumah ini?” Hana bertanya dengan senyum tipis yang tergurat di raut
wajahnya yang tegas.
Hana Olivia Johson istri dari Jeremy Herderson yang
mempunyai Perusahaan raksasa yang bernama PT Jaya Perkasa. Di seluruh kota Bandung tidak ada yang tidak mengenal nama mereka dengan kekayaannya dan anak Perusahaan yang tersebar di mana-mana. Sepasang suami istri ini sangatlah
harmonis di mata setiap orang hingga membuat iri, sampai-sampai mengikuti gaya mereka dalam merajut biduk rumah tangga.
Wanita itu yang saat ini berusia empat puluh dua tahun masih tampak segar dan belum nampak garis-garis halus pada kulit wajahnya. Hana
adalah wanita sosialita yang sangat di kenal dengan kemewahannya serta barang-barang branded yang melekat pada setiap inci tubuhnya.
Gadis cantik itu tersenyum manis menatap mata Hana dengan sorot mata datar.
“Karena Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini untuk melanjutkan hidup,” jawabnya ringan.
Gadis itu tidak memperlihatkan ekspresi agar di kasihani ataupun memasang wajah memelas. Sorot matanya tertuju pada satu foto keluarga yang berada di atas nakas di mana ada Hana, Jeremy dan anak lelakinya lebih tepatnya anak tiri Jeremy Herderson yang saat ini masih belajar di luar negeri.
“Kebetulan sekali salah satu pembantuku ada yang keluar. Kamu bisa langsung bekerja mulai hari ini. Oh ya, bagaimana dengan ke dua orang tuamu?”
“Saya sudah tidak mempunyai orang tua, Nyonya. Terima kasih sudah menerima Saya ,” jawab gadis itu sembari menarik ke dua sudut bibirnya ke atas.
“Siapa nama Kamu?”
“Saya Bulan.”
Deg.
Bola mata Hana seketika terbelalak. Sikapnya yang ramah dalam sekejap berubah dengan tatapan tajam sembari menyilangkan kaki kanannya ke atas kaki kiri.
“Bulan Evania, nama lengkap Saya, Nyonya,” tambah Bulan dengan tersenyum manis.
Hana menarik nafas lega setelah mendengar nama lengkap pembantu barunya. Nama Bulan jelas mengingatkan akan masa lalu yang sudah di kubur dalam-dalam. Wanita sosialita itu tidak ingin lagi berjumpa dengan semua kisah lamanya karena hanya akan membuat jantung copot dari tempatnya dan otaknya akan berputar seribu kali untuk menghindari masalah yang akan datang bertubi-tubi sehingga mengganggu kehidupannya yang sudah damai.
Bulan dengan sempurna masuk ke dalam mansion utama setelah beberapa hari mengamati rumah itu dari kejauhan. Rumah klasik bergaya eropa ber cat putih dengan segudang fasilitas seperti moll di dalamnya yang terletak pada salah satu perumahan elit terkenal di Kota Bandung. Ya, hanya orang-orang kaya raya yang mampu memiliki
hunian rumah semegah ini bak Kerajaan di negeri dongeng.
Hana menganggukan kepala. “Hei Kamu. Berikan dia pakaian seragam pembantu dan suruh menggosok lantai, bathtup kamar Tuan Jeremy. Oh ya,
jangan lupa toiletnya harus sampai kinclong dan wangi,” Wanita itu memanggil salah satu pembantunya seraya dengan sorot mata dingin.
Gadis cantik itu ‘pun beranjak dari tempat duduknya lalu mengikuti pembantu itu dari belakang.
“Dari mana Kamu tahu di sini ada pekerjaan,” tanya pembantu itu.
Hana tersenyum manis. “Aku hanya mengadu nasib saja, kalau di terima berarti keberuntunganku dan jika tidak berarti Aku harus berusaha lebih keras agar bisa masuk ke mansion utama ini,” jawabnya sembari menekan nada bicara.
Pembantu itu tidak mengerti dengan jawaban Bulan, kenapa Bulan harus memaksakan diri bekerja di sini, padahal semua majikan mereka tidaklah sebaik dan seramah yang orang-orang bicarakan di luar sana terutama dengan orang yang tidak berkelas seperti mereka-mereka.
“Kamar tuan Jeremy ada di lantai dua pintu warna putih sedangkan kamar Nyonya di lantai tiga.”
“Kenapa mereka tidak tidur satu kamar? Apa mereka pisah ranjang?” tanya Bulan mengorek informasi dari pembantu itu.
“Tidak. Mereka biasanya memang tidur satu kamar di lantai tiga. Akan tetapi, terkadang Tuan bekerja di kamarnya sendiri sampai larut malam dan akhirnya tertidur di kamarnya,” jawab pembantu itu apa adanya.
Netra coklat yang biasanya terlihat sangat bersahabat sekarang berubah menjadi sorot mata yang tenang seperti air yang sangat menenangkan, tetapi menghanyutkan. Bulan menyeringai sinis menatap dirinya di depan kaca seraya mengikat rambut panjangnya berwarna pirang agar tidak merasa terganggu saat bekerja.
Bulan melenggangkan tubuh seksinya naik ke atas seraya tangan kanannya menyentuh railing tangga. Bokongnya yang bulat serta tingginya bak model sekitar seratus tujuh puluh sentimeter membuat setiap kaum adam yang memandangnya terpana tak berkedip.
“Inikah kamar Tuan Jeremy,” ucap Bulan lembut lalu masuk ke dalam kamar majikannya. Sangat istimewa dan mewah.
Gadis cantik itu melangkahkan kakinya yang jenjang menuju kamar mandi. Dia menekuk kedua lututnya sampai roknya naik ke atas paha sembari
menggosok bathtap.
SREK.
“Kenapa Kamu ada di sini?” tanya pria itu saat membuka korden kamar mandi.
“Saya di suruh Nyonya, Tuan.” Bulan seketika menghentikan pekerjaannya. Dia berdiri dengan anggun lalu membetulkan pakaiannya yang naik
setengah paha sembari menunduk ke bawah. Paha yang putih mulus itu terpampang jelas di depan mata majikan laki-lakinya.
“Keluar Kamu,” gumam Jeremy sembari memalingkan tatapannya mengarah ke luar.
Bulan hanya diam sembari menganggukan kepalanya. Gadis itu berjalan pelan, dirinya dengan sengaja melangkahkan kaki seraya mengikis jarak dia antara mereka sampai tangan Bulan dan Jeremy bersentuhan. Aliran darah Jeremy mengalir lebih cepat, kulit lembut bak sutera membuat dadanya berdebar.
“Tunggu,” ucap Jeremy sembari merundukkan badannya mengambil perhiasan yang tertinggal di lantai.
Bulan seketika menghentikan langkahnya dengan tatapan sinis dirinya melirik ke belakang lalu membalikkan tubuhnya sampai berhadapan dengan
majikannya.
“Ini punya kamu tertinggal,” tambah Jeremy sembari
menyodorkan gelang tangan milik Bulan.
Gelang tangan Bulan terjatuh tanpa sengata saat menggosok kuat-kuat lantai.
“Terima kasih Tuan,” sahut Bulan sembari telapak tangannya menengadah ke atas menatap wajah Tuannya dengan tatapan sayu lalu pergi keluar.
Jeremy merebahkan tubuhnya yang kekar ke atas ranjang sembari melihat langit-langit atap kamarnya.
“Sayang,” panggil Hana yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar.
“Kamu sudah pulang, ya? Kenapa tidak mencariku di kamar?” tambah Hana bertanya pada suaminya.
“Aku Lelah. Apakah ada pembantu baru di rumah ini?”
“Ada.” Hana meraba lembut dada bidang dengan perut membentuk kotak-kotak bak seperti roti sobek lalu menciumnya dengan nafas yang memburu.
“Jangan sekarag. Aku sedang tidak menginginkannya,” tambah Jeremy.
Hana mengendus dingin lalu beranjak dari ranjang suaminya.
“Iya, namanya Bulan,” sahut Hana dingin kemudian melangkahkan kaki keluar sembari membanting pintu.
Begitulah sikap Hana. Saat sesuatu yang di inginkannya tidak terpenuhi Dia langsung naik pitam.
Bersambung 🍒
Tolong bantu vote ya, like, komen, follow. Salam bahagia semuanya 🫶🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
risti
lanjut thorrrr/Smile/
2024-05-01
0