NovelToon NovelToon
Where Are You?

Where Are You?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Kalea Ludovica—murid paling keras kepala seantro SMA Bintang dan salah satu murid yang masuk dalam daftar jajaran murid paling disegani disekolah. Masa lalunya yang buruk karena sering dikucilkan keluarga sampai kematian sang adik membuatnya diusir dari rumah ketika masih berusia tujuh tahun.
Tuduhan yang ia terima membuat dirinya begitu sangat dibenci ibunya sendiri. Hingga suatu ketika, seseorang yang menjadi pemimpin sebuah geng terkenal di sekolahnya mendadak menyatakan perasaan padanya, namun tidak berlangsung lama ia justru kembali dikecewakan.

Pahitnya hidup dan selalu bertarung dengan sebuah rasa sakit membuat sebuah dendam tumbuh dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22

Kalea sudah diperbolehkan pulang meski pada awalnya Audrey, mamanya dengan keras membantah permintaannya sebelum Kalea benar-benar dalam kondisi baik. Namun, bukan Kalea namanya jika permintaan semacam itu tidak dipenuhi mamanya.

"Pa, besok Kalea sekolah ya?" tawar Kalea pada Bagas yang sibuk mengemudikan mobilnya.

"Kalau Papa gak kasih izin gimana?" balas Bagas membuat keriput tebal di dahi Kalea tampak jelas.

"Harus kasih izin dong Pa, gak boleh jadi Papa durhaka. Papa mau dikutuk jadi batu."

"Emang ada ya Papa durhaka dikutuk jadi batu. Setau Mama yang ada itu anaknya yang membangkang yang dikutuk jadi baru. Kamu mau seperti itu?" timpal Audrey membuat Kalea semakin memanyunkan bibirnya.

"Inikan menurut Lea. Lagian gak selamanya orangtua itu bisa jadi contoh yang baik buat anak-anaknya. Mereka selalu main fisik sama—" Ucapan Kalea berhenti begitu saja saat ingatannya berputar pada kejadian dimana keluarga lamanya berlaku seenaknya dimasa kecilnya dulu.

"Kalea jadi ingat, hehehe..." Bagas melirik lewat kaca di atas dashboard. Ia menghela napas pendek ketika mendapati wajah ceria Kalea berubah mendung.

***

Akhirnya mereka tiba di rumah dengan Kalea turun lebih dulu. Kalea mengenakan jaket tebal dengan celana training berwarna hitam, membungkus tubuhnya yang masih rentan dengan dingin.

"Kakak mana Pa?" tanyanya saat tidak menemukan Zion di kamar.

"Itu lagi dibawah, katanya teman-temannya baru datang," sahut Bagas seraya merapikan selimut anaknya sebatas pinggang.

Kalea tidak merasa ada suara motor sebelumnya, padahal baru sepuluh menit lalu mereka tiba di rumah dan teman-teman Zion sudah datang.

"Kaleaaaa!" Teriak seseorang dari ambang pintu membuat Kalea yang terbaring di tempat tidur melotot heran saat Letta dan Ana berdiri di depan pintu kamar.

"Sori ya gak bisa nungguin lo sampe siuman, kita buru-buru soalnya," ujar Letta. "Untung tadi kak Zion minta kita buat datang ke sini jenguk lo."

"Gimana keadaan lo? kulit mulus lo gak kenapa-kenapa, 'kan?" papar Ana membuat Freya menatap tajam.

"Iya engga lah. Gue baik-baik ajah kok, alergi doang," jawab Kalea.

"Eh lo berdua tau gak--Clara minta maaf sama gue pas dirumah sakit tadi. Gue gak nyangka demi apa dia minta maaf sama gue." Letta cengo dan Ana tidak percaya sama sekali.

"Masa iya? lo bohong kali," ujar Letta.

"Iya, lo pasti bohong..." timpal Ana tidak percaya dengan apa yang Kalea sampaikan.

"Iya. Gue serius, tanya ajah sama Papa gue," ujar Kalea melirik Bagas yang sibuk dengan ponselnya.

"Benar ya Om Clara minta maaf sama Lea?" tanya Letta dan pria yang tampak membaca majalah di sofa kamar putrinya itu mengangguk pelan membuat Letta dan Ana melongo.

"Kok bisa Clara minta maaf sama lo?" cetus Ana tidak percaya.

"Mana gue tau, gue ajah bingung pas dia ada diruang rawat gue," tukas Kalea.

Tiba-tiba saja dari luar kamar terdengar suara kaki sedang berlari mengalihkan padangan mereka secara bersamaan ke arah pintu.

"Yayang Kalea.. mana nih kok gak kelihatan. Mana lo Lea?" seru Adit dengan senyum jahil tercetak di wajahnya. Adit dengan seragam sekolah yang masih melekat ditubuh tegapnya menoel pipi gadis itu dengan jari telunjuknya.

"Liat lo jatuh pingsan depan gue buat jantung gue gak berdegup kencang Lea..."

"Adit..." seru Bagas membuat Adit menoleh ke belakangnya. Dengan tidak sopannya ia malah membelakangi pria itu dengan santainya. Disana Papanya Kalea sedang melipat tangan didepan dada seraya memandangnya.

"Eh, ada Om Bagas..."

Langsung saja Adit bangkit lalu mencium punggung tangan beliau begitu juga dengan Bobby.

"Maaf Om, Adit kira Om engga ada disini," kekeh Adit lalu menggaruk lehernya saking gugupnya.

Melihat kedatangan Adit, Bobby, Haris juga kedua sahabatnya membuat Kalea memperhatikan pintu kamarnya yang terbuka. Apa laki-laki itu tidak datang?

"Gak usah ditunggu, bentar lagi juga nyampe. Sabar ya.." ujar Bobby menarik sudut bibirnya. Kali ini Kalea tertangkap basah. Hanya satu orang yang tak ada disitu yaitu Gabriel. Cowok itulah yang sebenarnya ia tunggu.

"Apaan sih kak. Kirain Kalea masih ada yang mau datang."

"Ada yang nyari gue?" tanya seseorang berdiri di ambang pintu kamar membuat semua mata mengalihkan pandangan kearah pintu. Cowok ber-hoodie navy itu mengangkat wajahnya menatap Kalea.

"Lo nyariin gue, iya?" tanya Gabriel. Cowok itu masuk dalam kamar Kalea.

"Pede bangat. Siapa juga yang nyari kakak." Kalea mengalihkan pandangannya.

Sebelum ikut bergabung bersama temannya, Gabriel tak lupa menyapa Bagas yang menatap kehadirannya sedari tadi. Adit yang duduk di pinggiran jendela tertawa cekikikan saat melihat Kalea memasang wajah serius dengan kedatangan GS.

"Bagus deh kalo lo gak nyariin gue, padahal tadi gue udah berharap lo nyariin gue. Bodoh bangat sih gue," tutur Gabriel menggaruk kepalanya.

"Kalea..." panggil Haris dari ambang pintu. "Eh, permisi ya Om, mau manggil Kalea soalnya Anak-anak Vesarius mau jenguk Kalea Om."

"Anak-anak Vesarius mau jenguk lo. Mereka udah nunggu di bawah."

Kalea bergerak dari tempat tidurnya, ia dibantu Letta dan Ana—tak lupa sandal berbulunya ia kenakan. Mereka yang ada dikamar ikut turun kebawah.

"Rame bangat ya ampun," gumam Kalea dengan Letta dan Ana berada di sisinya.

Kalea memicingkan mata saat dua orang cowok duduk di sofa tengah sibuk bermain game online. Hampir ruang tamu penuh saking banyaknya anak-anak pasukan kakaknya datang menjenguknya.

"Ono, Rama!" pekik Kalea berdiri pelan-pelan membuat keduanya menegakkan kepala menatap Kalea datang ke arah mereka. Lantas Kalea berjalan dan memeluk keduanya seolah orang-orang yang berada di ruang tamu itu mendadak hilang begitu saja.

"Gue kira lo berdua ngga datang. Makasih banyak ya udah jenguk Lea..." Pelukan itu kian erat membuat Ono dan Rama salah tingkah.

"Ekhemm..." Zion terbatuk pelan membuat Kalea mengurai pelukannya.

"Ini yang lo mau, kan?" Kalea mengangguk dan meraih paper bag dari tangan Ono.

Melihat Kalea berani memeluk dua teman kelasnya itu membuat Gabriel tidak luput dari perhatian teman-temannya yang terdiam kaku.

"Ada yang cemburu ceritanya?" bisik Zion tepat di telinga Gabriel.

"Jaga jarak Lea, teman gue cemburu lihat lo meluk Ono dan Rama," celetuk Adit. Kalea berhenti lalu menoleh pada Gabriel dengan senyum simpul. Senyum yang dipaksakan.

"Kalian anak-anak Vesarius juga? kenapa gak bilang!" tutur Kalea pada Ono dan Rama.

"Kan lo gak nanya..." sahut Rama.

"Iya sih tapi lo kan bisa kasih tau gue," balas Kalea.

Kedatangan Audrey dan Bagas kearah ruang tamu membuat mereka yang berada disana langsung menoleh.

"Kalau kalian minum atau makan ambil didapur ajah ya, Tante udah siapin disana, anggap rumah sendiri juga. Yasudah kalau begitu Tante sama Om mau pamit sebentar ada urusan diluar. Boleh?"

"Boleh bangat dong Tan, apalagi disogok pakai makanan ya makin enaklah," kata Adit tercengir membuat Audrey dan Bagas terkekeh mendengarnya.

"Ingat, jangan sampai rumah Tante berantakan," lanjut Audrey membuat semuanya menyahut dengan kompak.

"Beres Tan, kan ada Zion selalu siap dalam hal apapun."

"Ngapain bawa nama gue segala!" kesal Zion mengerutkan dahi.

"Iya-in ajah lah, ribet bangat sih lo," sosor Adit.

Audrey hanya tertawa melihat kelakuan teman anaknya yang satu itu. Dua tahun Audrey mengenal baik gang Vesarius begitu juga dengan Gabriel, Adit, Bobby, dan Haris.

Setelah kepergian Audrey bersama Bagas dari rumah, keributan mulai terdengar di penjuru rumah besar itu. Alih-alih duduk tenang, Kalea hanya bisa menggeleng heran saat Adit dan yang lainnya berlari ke belakang rumah, sudah pasti mereka akan berenang, anak-anak yang lain ada masak-masak di dapur, saling rebutan remote televisi juga berebut makanan yang Gabriel belikan khusus untuk Kalea—Brownies cokelat.

***

Pagi ini Kalea berdiri di teras rumahnya seraya menunggu Zion membawakan Hoodie dari kamarnya. Cuaca pagi ini sedang tidak bersahabat, membuat gadis itu menggulum bibirnya juga raut wajah kurang ceria.

"Hoodie lo gak ada dek di lemari. Jadi pake hoodie kakak ajah dulu ya," ujar Zion mengambil alih ransel Kalea kemudian memakaikan hoodie di tangannya ke tubuh gadis itu. Sedikit kebesaran tapi itu cocok buat Kalea agar gadis itu tidak kedinginan nantinya.

Setelah selesai, Zion merangkul pundak Kalea, membawanya menuju mobil dengan sepayung berdua. Tak ada pembicaraan sepanjang perjalanan, hanya ada Kalea sibuk melukis bentuk hati di kaca mobil yang berembun.

Tiba-tiba dering ponselnya berbunyi membuat Kalea mengalihkan perhatiannya. Sebuah telpon dari Letta.

"Hallo Lea, lo udah dimana?"

"Ini udah mau nyampe kok, tungguin gue di lantai bawah ya."

"Oke, jangan lama."

Tut. Panggilan terputus.

***

Mobil hitam milik Zion memasuki parkiran sekolah. Dirinya lebih dulu turun untuk membukakan pintu pada adiknya sambil salah satu tangan memegang payung. Hujan pagi ini begitu awet. Keduanya saling merangkul satu sama lain, hingga Kalea sama sekali tidak kehujanan saat Zion mengantarnya.

"Kalea duluan ya Kak."

Sebelum gadis itu benar-benar pergi, Zion sempat-sempatnya mengusap puncak kepala Kalea lalu melirik Letta. Sekilas saja lalu pergi.

Kalea melepaskan ranselnya lalu duduk di kursi. Letta duduk di depannya sementara Ana belum juga datang padahal sudah pukul tujuh.

Teman sebangkunya, Ono juga belum datang begitu juga dengan Rama. Sembari mereka berbincang-bincang Ana yang datang dengan basah kuyup membuat Kalea lantas bangkit berdiri dan mendudukkan Ana di sebelah kursinya.

"Kenapa bisa basah gini sih An?" tanya Kalea khawatir.

"Panjang ceritanya. Lagian gak papa, bukan masalah serius juga kok."

Letta pergi sebentar menemani Ana ke kantin sementara Kalea sembari menunggu kedatangan guru dia mengecek satu persatu sosial medianya.

Sebuah direct messages dari intagram membuat Kalea penasaran, pesan dari orang yang tidak ia kenal, dengan nama Chika.B.

"Chika.B, nama yang aneh," ujar Kalea. Ia tidak terlalu peduli dengan pesan itu lalu beralih melihat yang lain. Dua buah foto saat di Blooms Kafe ditandai Letta padanya.

"Leaaaaaaa!" Ana berteriak dari pintu kelas membuat Kalea terperanjat kaget.

"Apaan sih, Na! Diluar lagi hujan jangan teriak-teriak.*

"Gue ada berita penting buat lo," celetuk Ana masih betah berdiri dengan kedua tangan berada di belakang membuat Kalea melirik sesuatu di balik punggung Ana.

Tak mudah bagi Kalea melihat apa yang Ana sembunyikan, tau sendiri Ana itu orangnya bagaimana.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!