NovelToon NovelToon
Kamboja

Kamboja

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rinarient 2

Kisah haru seorang gadis yang dilahirkan dari sebuah keluarga miskin. Perjuangan tak kenal lelah mencari bapaknya yang pergi ke luar negeri sebagai TKI, dimulai setelah ibunya meninggal dunia.
Sepeninggal ibunya, Lily kecil diasuh oleh tetangga yang trenyuh melihat nasibnya. Namun ternyata hal itu tidak serta merta merubah nasib Lily. Karena tak lama kemudian bunda Sekar yang mengasuhnya juga berpulang.
Di rumah keluarga bunda Sekar, Lily diperlakukan seperti pembantu. Bahkan Lily mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh suami almarhumah. Lelaki yang sangat dihormati oleh Lily dan dianggap seperti pengganti bapaknya yang hilang entah kemana.
Ditambah perlakuan kasar dari Seruni, anak semata wayang bunda Sekar, membuat Lily akhirnya memutuskan untuk pergi.
Kemana Lily pergi dan tinggal bersama siapa? Yuk, ikuti terus ceritanya sampai tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinarient 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 Getir

Lily masuk ke ruang TU.

"Kamu yang bernama Liliani?" tanya bu Lisa, kepala TU.

"Iya, Bu." Lily mengangguk.

"Duduk!" ucap bu Lisa.

Lily duduk.

"Kamu tadi menyerahkan kartu bayaran SPP ini?" Bu Lisa menunjukan kartu bayaran itu pada Lily.

Lily mengangguk.

"Menurut bu Tuti, di sini hanya ada uang bayaran untuk satu bulan saja," ucap bu Lisa.

"Iya, Bu." Lily kembali mengangguk.

Lalu bu Lisa membuka kartu bayaran milik Lily.

"Di sini ada keterlambatan pembayaran dua bulan. Kenapa kamu cuma bayar satu bulan?" tanya bu Lisa.

"Ibu saya baru bisa membayar satu bulan, Bu," jawab Lily.

"Enggak bisa seperti itu. Kewajiban kamu membayar dua bulan. Sesuai tagihannya," ucap bu Lisa lagi.

"Tapi, Bu..."

Belum selesai Lily menjawab, langsung dipotong oleh bu Lisa.

"Enggak ada tapi-tapian. Sekolah ini tidak memberikan dispensasi apapun terhadap keterlambatan bayaran sekolah!" ucap bu Lisa dengan ketus.

"Tapi, Bu..."

Kembali omongan Lily dipotong.

"Tidak ada tapi-tapian. Ini udah jadi peraturan di sini. Jadi selesaikan uang bayaranmu, atau saya bawa masalah ini ke kepala sekolah!" Suara bu Lisa makin meninggi.

Lily menghela nafas.

Dibawa ke kepala sekolah? Yang ada aku kembali dimarahi dan bahkan dikeluarkan dari sekolah ini. Batin Lily.

"Jadi gimana, ini?" Bu Lisa mengipas-ngipaskan kartu bayaran Lily.

"Boleh saya minta waktu dulu, Bu?" mohon Lily.

"Minta waktu? Kan kamu udah menunggak dua bulan. Artinya udah hampir dua bulan kamu dikasih tenggang waktu;" sahut bu Lisa.

"Iya, Bu. Saya minta waktu untuk bicarakan lagi dengan ibu saya," ucap Lily penuh permohonan.

"Kalau begitu, telpon ibu kamu sekarang juga!"

Deg!

Telpon?

Mau telpon pakai apa?

Lily dan Gendis sama-sama tidak memiliki handphone.

Dulu Gendis pernah punya handphone untuk berhubungan dengan Yudi. Tapi karena keadaan, akhirnya Gendis terpaksa menjualnya.

"Saya tidak punya hp, Bu," ucap Lily.

Bu Lisa mengerutkan keningnya. Menurutnya, bagaimana mungkin di jaman semodern ini anak sekolah tak memiliki hp.

Apalagi siswa SMP. Sedangkan anak-anak sekolah dasar saja sudah memiliki hp pribadi.

"Jangan bohong kamu!" gertak bu Lisa. Dipikirnya Lily hanya beralasan saja.

"Saya tidak bohong, Bu," sahut Lily.

"Oke. Kalau begitu, telpon ibumu. Nih, pakai hp saya!" Bu Lisa memberikan ponselnya pada Lily.

Lily menggeleng.

"Kenapa? Kamu takut ketahuan bohong sama orang tuamu?" serang bu Lisa.

"Ibu saya juga tidak punya hp," sahut Lily sambil menundukan wajahnya.

"Kamu enggak usah banyak alasan! Cepat hubungi ibumu! Kalau ibumu tak bisa dihubungi, telpon bapakmu!"

Deg!

Bapak?

Sedangkan bapaknya Lily sudah hampir dua tahun menghilang dan tak bisa dihubungi lagi.

"Saya enggak tau bapak ada di mana, Bu." Lily semakin menekuk wajahnya.

"Anak macam apa kamu, sampai enggak tau bapaknya ada dimana!" ucap bu Lisa ketus dan malah menyalahkan Lily.

Lily menghela nafas lagi. Dia mencoba menguatkan hatinya agar tak menangis dan bisa menjawab pertanyaan bu Lisa.

"Boleh saya katakan alasannya?" tanya Lily sambil mendongakan wajahnya.

"Alasan apa? Mau ngarang cerita?" Bu Lisa semakin menyudutkan Lily.

Lily menggeleng. Hatinya sangat sakit mendengar omongan bu Lisa.

"Ya udah. Ceritakan alasannya!" ucap bu Lisa.

Lily menghela nafas panjang sebelum bercerita.

Dengan menguatkan hati, Lily menceritakan kalau bapaknya kerja sebagai TKI di Jepang. Dan menghilang dua tahun terakhir ini.

"Kalian udah melacaknya?" tanya bu Lisa.

"Ibu udah menanyakan ke agen yang memberangkatkan bapak. Juga beberapa teman bapak. Tapi tak ada yang tau keberadaan bapak saya, Bu," jawab Lily.

Bu Lisa menyorot mata Lily. Seakan dia sedang mencari kebohongan di sana.

Tapi sayangnya bu Lisa tak menemukannya. Dari sorot mata Lily, tak ada sedikitpun pancaran kebohongan.

"Lalu darimana ibumu menghidupi kalian?" tanya bu Lisa.

"Ibu bekerja serabutan, Bu. Jadi buruh cuci dan setrika di rumah tetangga. Tapi sekarang, ibu saya...."

Lily tak kuasa mengatakannya. Dia terdiam sambil menahan air matanya yang nyaris tumpah.

"Kenapa ibu kamu?" tanya bu Lisa penasaran.

Dan ternyata bu Tuti juga beberapa staf lain, ikut mendengarkan cerita Lily.

"Ibu saya sakit, Bu." Lily menangkup wajah dengan kedua tangannya.

"Sakit apa?" tanya bu Lisa.

"Ada tumor di rahim ibu saya. Dan..." Lily semakin tak bisa bicara.

"Halah, mengada-ada dia. Biar dikasihani," bisik seorang staf pada orang di sebelahnya.

Lily mendengarnya. Dan semakin sakit hatinya.

Sebisa mungkin Lily berusaha tegar.

"Kalau tidak percaya, silakan datang ke rumah kontrakan kami," ucap Lily.

Staf yang berbisik tadi terdiam.

"Kalau begitu biar masalah ini saya bawa ke kepala sekolah. Mungkin beliau punya solusi," ucap bu Lisa.

Lily menggeleng.

"Tidak perlu, Bu," tolak Lily.

"Kenapa?" tanya bu Lisa sambil mengerutkan kening. Karena biasanya masalah seperti ini akan diputuskan oleh kepala sekolah.

"Tidak akan ada toleransi untuk saya. Beberapa hari yang lalu saya sudah dipanggil ke sana," jawab Lily.

"Terus?" tanya bu Lisa penasaran.

"Saya diancam akan dikeluarkan dari sekolah ini kalau tidak segera menyelesaikannya," jawab Lily.

"Ya, biasanya seperti itu. Tak ada toleransi di sini. Karena kamu kan tau sendiri, semua fasilitas di sekolah ini tidak gratis. Kami semua staf juga para guru juga tidak dibayar oleh negara. Sekolah ini yang membayarnya. Dari uang bulanan kalian. Paham?" ucap bu Lisa panjang lebar.

Bukannya dia membela sikap kepala sekolah yang arogan dan mata duitan. Tapi memang kenyataannya sekolah swasta harus mencari uang sendiri untuk operasional mereka.

Lily mengangguk.

"Ya udah kalau kamu udah paham. Sekarang saya antar kamu ke ruang kepala sekolah. Dan apapun yang akan diputuskan nanti, saya harap kamu bisa menerima dan memakluminya."

Bu Lisa berdiri. Dia sendiri yang akan mengantarkan Lily menemui kepala sekolah.

Ada rasa kasihan kepada Lily. Tapi dia pun tak bisa berbuat apa-apa.

Uang bayaran sekolah yang dibebankan pada para siswa lumayan besar. Itu pun masih variatif.

Banyak siswa yang berani membayar dua kali lipat dari yang dibebankan pada orang tua Lily.

Demi apa? Agar anak-anak mereka mendapatkan pelayanan ekstra. Juga nilai tambahan biar tak terlihat bego.

Lily pun berdiri. Siap atau tidak, Lily harus berani menghadapi kenyataan nantinya.

"Ly. Nanti kamu ceritakan aja semua masalah keluargamu ke kepala sekolah. Siapa tau beliau tersentuh hatinya," ucap bu Lisa sambil berjalan.

Mereka berjalan beriringan.

Tersentuh hatinya? Bapak kepala sekolah itu hatinya kayak batu. Mana mungkin tersentuh cuma karena cerita Lily. Batin Lily.

Lily hanya bisa diam membisu.

"Mungkin nanti ada solusi lain, Ly. Sayang loh, kamu udah kelas sembilan. Sebentar lagi lulus," ucap bu Lisa lagi.

Lily hanya tersenyum getir. Segetir kehidupan yang sedang dialaminya dengan ibunya.

1
Shuhairi Nafsir
Mohon Thor jadikan Lily anak yang tegas . jenius lagi bisa bela diri
Anita Jenius
Baca sampai sini dulu. 5 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
Rina Rient: Siap..Terima kasih like-nya 🙏
total 1 replies
Fatta ...
lanjut Thor..,
Rina Rient: Siap..tunggu episode-episode selanjutnya, ya 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut thor
Rina Rient: Siap..tunggu yaa 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Rina Rient: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. 3 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Rina Rient: Terima kasih 🤗
total 1 replies
Irsalina Lina
kapan ep ke 2 nya di tanyangkan thoor?......, GK sabar ni mau baca. soalnya cerita nya bagus dan menarik
Rina Rient: Sabar ya..step by step 😊
total 1 replies
Mamimi Samejima
Bikin happy setiap kali baca. Gak bisa berhenti bacanya.
Rina Rient
terima kasih🥰.. tunggu episode2 selanjutnya ya 🙏
Jing Mingzhu5290
Saya merasa terinspirasi oleh perjuangan tokoh-tokoh dalam cerita.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!