Wulan Riyanti merebut suami adiknya lantaran dia diceraikan sang suami karena terlalu banyak menghamburkan uang perusahaan. Tia sebagai adik tidak tahu bahwa di balik sikap baik sang kakak ternyata ada niat buruk yaitu merebut suami Tia.
Tia tidak terima dan mengadukan semua pada kedua orangtuanya, akan tetapi alangkah terkejutnya Tia, karena dia bukan saudara seayah dengan Wulan. Orang tua Ita lebih membela Wulan dan mengijinkan Wulan menjadi istri kedua Ridho-suami Tia.
Rasa sakit dan kecewa Tia telan sendiri hingga akhirnya Tia memutuskan untuk bercerai dan hidup mandiri di luar kota. Suatu kebetulan dalam kesendiriannya Tia bertemu dengan sang mantan suami Wulan yang bernama Hans. Bagaimana kisah Cinta Tia dan Hans selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani Ningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Wulan berjalan dengan menghentakkan kaki dan mulut yang masih mengomel mengeluarkan kata-kata umpatan dan sumpah serapahnya. Dia tidak memerdulikan ibu mertuanya yang jatuh setelah dia tabrak.
"Ibuu ...!" Hans berteriak saat ibu yang sengaja di tabrak Wulan terhuyung dan jatuh menabrak kursi.
"Ibu, tidak apa-apa?" tanya Hans khawatir. Dia seketika berlari membantu ibunya untuk bangun.
"Argh! Kaki ibu, Hans ... Tiba-tiba tidak bisa digerakkan," ucap Ningsih pada Hans.
Hans pun panik, dia membantu ibunya untuk duduk bersandar di kursi.
"Ibu tunggu di sini dulu ya, Hans akan minta bantuan Wulan untuk mengantar ibu ke rumah sakit," ucap Hans meninggalkan Ningsih.
"Hans ... Tidak usah, kamu tidak perlu ...." Belum selesai Ningsih mengucapkan kata-kata, Hans sudah tidak kelihatan batang hidungnya. Hans dengan jalan cepat menuju ke kamarnya.
"Wulan ... Tolong bantu mas sebentar!" Hans mengguncang bahu Wulan yang sedang memasukkan bajunya ke dalam koper.
"Apa, Mas?! Kau minta tolong padaku?! Jangan harap aku Sudi menolong kalian!" Wulan menepis tangan Hans. Dia pun mempercepat gerakannya memasukkan semua barang miliknya di dalam koper.
"Wulan ... Setidaknya lakukan bukan untukku tapi demi rasa kemanusiaan. Kasihan ibu, toh ini juga karena kau yang menabrak ibu!" protes Hans. Namun sayang, tidak mendapat respon yang diharapkan.
"Minggir! Aku mau pergi! Urus saja ibumu sendiri, Mas!" Wulan menarik kopernya dan pergi begitu saja.
"Wulan! Wulaaan!! Astaga ... Di mana hati nurani mu, Wulan?!" teriak Hans pada Wulan, namun tidak digubris sama sekali oleh Wulan.
Wulan keluar dari rumah Hans dan pergi menaiki taksi yang sudah dia pesan Sebelumnya. Wulan mengangkut semua perhiasan yang dibelikan Hans untuknya dan tidak pula beberapa buku tabungan yang dulu dibuat untuk biaya masa depan anak jika sudah memiliki anak kelak.
"Astagfirullah, Wulan! Sungguh tidak punya hati wanita itu!" ucap Hans dengan geram. Dia tidak menyangka wanita yang telah dipilihnya menjadi seorang istri ternyata wanita mata duitan dan egois, tidak punya hati.
"Bu ... Mari kita ke rumah sakit," ucap Hans membopong sang ibu setelah mengambil tas dompet ibunya dan mempersiapkan mobil.
Hans melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit terdekat. Hatinya masih merasa sakit, ibu yang sangat dia cintai teraniaya oleh istrinya sendiri.
Sampai di rumah sakit, Hans segera membawa masuk sang ibu ke ruang UGD. Di sana Ningsih diperiksa oleh dokter dan diharuskan menginap untuk beberapa hari.
"Maaf, Tuan Hans. Akibat dari jatuh itu ibu Anda terpaksa harus dioperasi. Kaki ibu Ningsih mengalami benturan hingga tulang yang keropos patah. Harus dioperasi, namun tidak menjamin bu Ningsih akan bisa berjalan lagi mengingat usianya yang sudah di masa tubuh sulit untuk regenerasi sel dan kalsium," jelas sang dokter.
"Lakukan yang terbaik untuk ibu saya, Dok! Saya ingin ibu saya yang kembali sembuh walaupun persentasenya sangat tipis," jawab Hans pada sang dokter.
"Baiklah, akan kami usahakan yang terbaik untuk ibu Anda silakan Anda mengisi formulir pendaftaran untuk operasi kaki bu Ningsih," ucap sang dokter lagi.
Baiklah dokter saya akan mengisi semua yang dibutuhkan ucapan dengan yakin sampai saat ini dia belum percaya jika bulan begitu tega bulan sama sekali tidak menghormati Ningsih sebagai ibu mertuanya.
Hans mengambil ponselnya dia menghubungi sang pengacara perusahaan. Pengacara itulah yang akan mengurus semua proses perceraian antara Hans dan Wulan.
Tuuut ....
"Halo, selamat siang, Tuan. Apa yang bisa saya bantu untuk Anda?" jawab sang pengacara melalui panggilan telepon.
"Saya ingin anda mempersiapkan berkas-berkas perceraian antara saya dan istri saya pun bernama Wulan," pinta Hans pada Damar sang pengacara.
"Bercerai??"
Bbrp novel yg kubaca sering menulis kata 'minim'
Seharusnya 'minimal'...itu yg dipelajari dlm pelajaran bahasa Indonesia
Bacanyapun jd lbh enak 🙏
Thor lupa ya....