NovelToon NovelToon
Mantanku Seleb

Mantanku Seleb

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Wanita Karir
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Van Theglang Town

Lanjutan Novel Mendadak Menjadi Mama Muda.

Setelah bercerai dengan Raka, Ajeng mengubah nasibnya menjadi seorang selebritas. Meskipun butuh waktu yang cukup lama, karir Ajeng cukup sukses dan mempertemukan dia dengan Kim Beomsik, seorang pengusaha sukses keturunan Korea-Amerika.
Sementara Raka yang belum move on dari Ajeng, berusaha menata kehidupannya menjadi lebih baik. Ketika bertemu kembali dengan Ajeng, Raka menagakui masih belum bisa melupakan Ajeng.
Lantas bagaimana kisah Ajeng dan Raka. Akankah cinta mereka bersemi kembali, atau Beomsik berhasil meluluhkan Ajeng dan menikahinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Van Theglang Town, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Acara Projek Film

Lima hari kemudian.

[Oppa, entah ini chat yang ke berapa. Kenapa masih tidak ada kabar. Hari ini aku mengikuti acara latihan baca naskah dan beberapa adegan film di area perkempingan bersama pemain dan kru film]

Ajeng mengirimkan chat itu meski dia tidak tahu pesan itu akan sampai atau tidak. Nomornya saja masih belum aktif sampai sekarang.

Hampir seminggu lebih tidak ada kabar dari Beomsik. Dia pun tidak bisa memberitahunya perkara Raka yang akan menjadi sutradara di film yang dibintanginya.

Tidak ada kesempatan untuknya mendiskusikan itu. Terpaksa Ajeng harus tetap melanjutkan projek film tanpa sempat memberitahu Beomsik.

Hari itu Ajeng diantar dan ditemani Celia menuju lokasi. Letaknya berada di sebuah pegunungan dengan hutan pinus yang sering menjadi objek perkemahan untuk semua kalangan.

Sampai di lokasi, tampak sudah banyak orang yang sudah sampai juga. Mereka terlihat sangat antusias dan bersemangat sekali. Meskipun ini tempat biasa kemah, tapi AJ Production sudah menyewa dua rumah singgah yang lumayan besar. Satu rumah untuk para pemain, dan satu rumah lagi untuk kru film. Mereka juga mendirikan beberapa tenda di luar.

Dua bangunan rumah itu masing-masing berlantai dua. Di antara dua rumah itu sudah ditertata meja dan kursi-kursi tempat nanti mereka akan berkumpul. Ada juga sebuah lahan terbuka yang bisa dipakai untuk kegiatan outdoor.

“AJ, kamu menempati kamar lantai dua yang menghadap ke timur!” Kyle memberikan sebuah kunci.

“Terima kasih.” Kyle langsung pergi dan membagi-bagi kunci pada pemain lainnya. Sepertinya dia memang penanggungjawab semuanya di sini.

“Aku akan bawa kopernya dulu ke kamar!” Celia mengambil kunci dari tangan Ajeng dan langsung menyeret dua koper yang mereka bawa.

Sementara Ajeng mencoba untuk melihat-lihat dulu di sekitar tempat itu. Sebenarnya bukan sekedar berjalan melihat-lihat. Dia sedang berusaha agar tidak terlihat oleh Raka yang sepertinya tadi celingak celinguk sedang mencari seseorang.

Ajeng kemudian pergi ke bagian belakang rumah. Di sana rupanya tempat barbekyu dan ada beberapa kursi panjang dan ayunan yang terpasang di pohon. 

Ajeng kemudian berjalan ke sana untuk mencari tempat duduk agar leluasa mengecek ponselnya.

Ternyata di tempat ini sinyalnya kurang bagus. Bahkan tanda sinyal di ponsel Ajeng sama sekali tidak terdetek.

“Kalau begini caranya, bagaimana aku bisa mengabari Beomsik?” gumam Ajeng sambil menggoyang-goyangkan ponselnya di atas kepalanya. 

“Sedang apa kamu di sini?”

Ajeng terkejut sampai hampir terjatuh ponselnya. Namun dengan sigapnya orang yang bertanya itu menangkap ponselnya.

“Raka,” desis Ajeng terkejut. Kenapa orang itu begitu cepat menemukannya.

“Di sini memang susah sinyal. Satu-satunya alat komunikasi yang lancar hanya telepon rumah saja,” ucap Raka sambil menyerahkan ponsel Ajeng yang ia tangkap tadi.

Ajeng merasa tidak perlu merespon pernyataan Raka itu. Yang dia harus lakukan adalah sesegera mungkin dia harus pergi dari hadapan Raka.

Tetapi laki-laki itu dengan sigap menahannya dengan menarik tangan kanannya.

“Tunggu dulu! Sampai kapan kamu terus menghindariku?” tanya Raka masih menahan lengan Ajeng.

“Lepaskan aku Tuan Raka!” Ajeng berusaha tetap sopan. Dia tidak ingin nanti semua orang akan membuat rumor tentang mereka berdua.

“Jawab dulu pertanyaanku?” tanya Raka menatap kedua mata Ajeng dengan tatapan tajam.

“Aku tidak ingin berhubungan lagi denganmu. Aku tidak mau bicara denganmu kecuali hanya tentang pekerjaan. Jadi — sampai ada momen kita harus bicara karena keperluan syuting, aku tidak ingin bicara denganmu,” jawab Ajeng dengan tegas.

Bibir Raka bergetar mendengarnya. Mungkin menahan rasa kecewanya yang mendalam. Saat itu juga Raka melepaskan tangan Ajeng.

“Maaf! Aku mungkin tidak bisa melihat situasinya. Aku akan bersikap profesional juga.”

“Baguslah! Kalau begitu, aku permisi!” Ajeng bersiap untuk meninggalkan Raka di sana.

“Apa kamu mencintainya?” Tiba-tiba Raka bertanya lagi membuat langkah Ajeng terhenti.

“Kenapa dia bertanya pertanyaaan bodoh?” batin Ajeng.

Ajeng berbalik dan menghadap lagi ke arah Raka.  Dia bisa melihat kedua mata Raka yang berkaca-kaca menunggu jawaban darinya.

“Aku akan menikah dengannya, Bang Gor juga sudah setuju. Tentu saja aku mencintainya.” Dengan tegas Ajeng menjawab pertanyaan Raka. Sebaiknya dia memang harus tegas agar Raka paham kalau semuanya sudah berakhir. Hubungannya adalah sebuah masa lalu.

Raka berdiri mematung sambil menatap wajah Ajeng dengan tatapan tidak percaya. Ajeng sempat melihat bulir bening menetes di sudut mata Raka.

Entah kenapa Ajeng merasa sakit di hatinya melihat Raka yang terdiam menatapnya dengan wajah yang sedih dan kecewa.

“Sudah lima tahun lebih, sebaiknya kita lanjutkan dan jalani hidup masing-masing!” Ajeng langsung pergi membalikkan badannya agar ia tidak goyah melihat tatapan sedih Raka padanya.

Tanpa menoleh ke belakang Ajeng terus berjalan kembali ke depan rumah. Celia sepertinya mencarinya setelah menyimpan kopernya.

“Dari mana saja kamu. Aku mencarimu.”

“Dari belakang. Aku sepertinya tidak enak badan. Aku perlu istirahat. Nanti bangunkan aku jika nanti acara pertama kita dimulai!”

Ajeng kemudian langsung masuk ke dalam rumah dengan bergegas. Hati dan pikirannya sedang kalut. 

“AJ! Apa kamu tidak enak badan?” tanya Bryana salah satu pemain juga yang berpapasan di tangga.

“Iya, aku butuh istirahat dulu sebentar!Nanti manajerku akan membangunkanku jika nanti acara kita dimulai,” sahut Ajeng langsung naik ke lantai dua.

Ajeng mencari dimana letak pintu kamarnya. Kata Kyle kamarnya mengarah ke arah timur. Dan ternyata hanya ada satu pintu kamar menghadap ke timur di antara beberapa pintu kamar yang saling berhadapan.

Setelah menemukannya Ajeng masuk ke dalam kamar. Kamarnya memiliki luas empat meter kali empat meter. Memiliki satu tempat tidur dan kamar mandi di  dalam.

Tak perlu mengecek keadaan kamarnya seperti apa, Ajeng langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Badannya terasa sangat lelah.  Entah cuaca di tempat ini yang sejuk atau memang Ajeng yang beberapa hari ini kurang tidur. Tak perlu lama Ajeng pun terlelap dengan begitu cepat.

Hingga Ajeng tak sadar sudah berapa lama ia tertidur. Suara ketukan pintu yang sangat keras membuatnya terjaga.

“AJ! Apa kau di dalam? Kenapa tidak ada jawaban?” 

Ajeng melonjak bangun dan melihat di sekitarnya. Dia memegang keningnya sambil mengumpulkan kesadaran. Dia ingat kalau dia sedang berada di acara pra syuting bersama kru film di sini. Dia melihat ke sekelilingnya dan tidak menemukan Celia di ranjangnya.

“AJ! Apa kau baik-baik saja?” Terdengar suara keras di luar balik pintu kamarnya.

“Ya!”

Ajeng kemudian turun dari tempat tidur dan menyongsong pintu. Dia tidak mengenali suara yang memanggilnya. Itu bukan suara Celia, Eric maupun Kyle.

Drrt. Pintu dibuka. Ajeng terkejut karena ada satu kru yang memanggilnya.

“Semua orang sudah kumpul. Aku diminta Eric memanggilmu di depan tenda.”

“Ah ya maafkan aku. Tapi apa kau melihat manajerku Celia?” tanya Ajeng. Harusnya dia membangunkannya agar bukan orang lain yang membangunkannya.

“Dia tadi dibawa ke klinik dekat sini.”

“Kenapa dia?” tanya Ajeng panik.

“Dia tidak berjalan hati-hati dan menabrak bara api di panggangan. Anda tenang saja, tadi ada Tuan Raka yang mengantarnya.”

“Ah!” Ajeng merasa tidak enak karena harus Raka yang menemani Celia. 

“Baiklah. Katakan pada Eric aku akan menyusul setelah mandi!”

Kru itu pun akhirnya pergi. Ajeng penasaran dengan keadaan Celia sekarang. Bagaimana bisa dia begitu ceroboh. Lalu, kenapa pula harus Raka yang mengantarnya ke klinik.

1
Rose Yura🌹
masihan Raka 🥲
Rose Yura🌹
yeeee... author ke kesayangan ķembali🥰
Van Theglang Town
Sebelumnya author minta maaf karena butuh 4 tahun kurang lebih melanjutkan kisah Ajeng dan Raka, btw meskipun pembaca sudah lupa alur cerita Ajeng dan Raka semoga baca lagi ini bisa flashback lagi. happy reading.
Rose Yura🌹: makasih thor . semangat lagi ya nulisnya..
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!