NovelToon NovelToon
Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Pengganti
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hany Honey

“Apa yang ingin kau katakan, Fe?” tanya Arina.
“Bismillah, aku ingin kau menjadi adik maduku, Rin. Aku mohon menikahlah dengan Mas Rafif,” pinta Felisa..
"Tidak, Fe. Aku tidak bisa!" tolak Arina.
"Aku tidak akan menikah lagi, Fe! Dengan siapa pun itu!" tolak Rafif.
Felisa ingin suaminya menikahi sahabatnya, yang tak lain adalah mantan kekasih suaminya. Namun, Rafif menolaknya. Apa pun keadaan Felisa sekarang, dia tidak mau menikah lagi, meskipun dengan mantan kekasih yang dulu sangat ia cintai.
Namun pada akhirnya, Rafif menyerah, dan dia bersedia menikahi Arina, mantan kekasihnya dulu yang tak lain sahabat Istrinya sekaligus Dokter yang menangani istrinya.
Rafii sudah memberikan semua cinta dan kasih sayangnya hanya untuk Felisa. Cinta itu tetap abadi untuk Felisa, meski pada akhirnya Felisa pergi untuk selamanya. Akankah Rafif bisa mencintai Arina, yang sudah rela mengabdikan dirinya untuk menjadi istrinya sekaligus ibu sambung dari anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 9 : SAH

Aku menyaksikan Mas Rafif yang akan bersiap menikahi Arina. Mereka sudah berada di atas pelaminan megah. Pelaminan yang sama dengan pelaminan yang aku gunakan dulu saat menikah dengan Mas Rafif. Aku hanya mengantarkan Mas Rafif sampai di depan pelaminan. Tubuhku tidak bisa dipaksakan untuk naik ke atas, sangat lemah sekali. Aku hanya menyaksikan Mas Rafif dari bawah, dari kursi yang letaknya tepat di depan pelaminan, kursi paling depan dengan didampingi Ummik dan Abah.

Ayat suci Al-Qur’an sudah dilantunkan, Mas Rafif terlihat menunduk, wajahnya datar, dan matanya terlihat sangat sembab. Aku tahu dia terpaksa menikahi Arina, perempuan yang aku pilihkan untuk menjadi istri keduanya, yang tak lain sahabatku sendiri. Kini tiba di puncak acara, di mana Ayah Toriq, ayah dari Arina menjabat tangan Mas Rafif dan siap untuk mengucaapak ikrar pernikahan, ya ijab qobul.

Bismillahirrahmanirrahim ... Ya Rafif Ali Furqon, Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka, binti Arina Yasmin alal mahri 500 jiram dhahab hallan.

Qobiltu nikahaha watajwijaha alal mahril madzkur hallan.

Aku mendengarkan ijab qobul dengan hati berdebar. Mas Rafif dengan begitu gagah dan lugas mengucapkannya, tidak ada halangan sedikit pun. Tidak tersendat dalam ucapannya, tegas, seperti saat menikah bersamaku dulu.

Suara Sah dari para saksi yang menyaksikan mereka terdengar setelah Mas Rafif mengucapkan qobul di depan wali Arina. Ada rasa sedih bercampur bahagia pada diriku. Ummik memelukku erat, saat aku menangis. Aku tidak boleh begini, ini keinginanku, aku harus bisa kuat untuk melewati semua ini.

Mas Rafif menghampiriku, ia turun dari pelaminan dan berlari menghampiriku setelah dia mengucapkan ikrarnya di depan ayahnya Arina. Dia bersimpuh di depanku. “Felisa ....” Mas Rafif langsung memelukku dan menciumiku. “Maafkan aku,” bisiknya.

“Terima kasih. Mas sudah mau mengabulkan permintaanku,” ucapku dengan meregangkan pelukannya. Aku tatap wajah suamiku, aku usap pipinya dan kukecup keningnya. “Arina sudah sah menjadi istrimu, perlakukan dia seperti saat dulu mas memperlakukanku seusai ijab qobul,” pintaku.

“Iya, tapi aku ingin memelukmu dulu, Fe. Aku sangat mencintaimu,” ucapnya dalam isak tangis.

“Iya aku tahu kamu mencintaiku, tapi sekarang selesaikan dulu acara ini ya, Mas?” pintaku. Itu semua karena aku tidak mau mengganggu acara sakral mereka berdua. Biar mereka menjalani prosesi pernikahan mereka setelah ini. Aku memang sengaja membuatkan pesta perkawinan mereka seperti ini, seperti saat dulu aku menikah dengan Mas Rafif.

Mas Rafif masih berada di depanku, belum ingin melepas pelukannya padaku. Dia seperti tidak mau meninggalkanku sendiri untuk naik ke pelaminan lagi, melanjutkan acaranya. Aku semakin tidak enak hati dengan semua tamu, dengan Arina dan keluarganya juga.

“Jangan seperti ini, aku tidak enak dengan keluarga Arina, tidak enak dengan Arina, dan juga para tamu undangan. Ayo ke sana, itu Arina dari tadi nungguin Mas. Mas belum menyematkan cincin kawin mas di jari Arina lho?” ucapku.

Ya, Mas Rafif langsung berlari ke arahku, memelukku, menciumiku, dan menangis di pelukanku setelah selesai mengucapkan qobul di depan ayahnya Arina, dan setelah para saksi mengucapkan kata Sah.

“Ayo ke Arina,” ajakku.

Aku terpkasa ikut naik ke pelaminan, karena Mas Rafif memaksaku untuk berada di sana. Aku duduk di sebelah suamiku, saat dia menyematkan cincin kawin ke jari manis Arina, begitu pula Arina, dia menyematkan cincin ke jari manis tangan kiri Mas Rafif, jari manis tangan kanan Mas Rafif tersemat cincin kawin saat dulu denganku. Arina mencium tangan mas Rafif, lalu Mas Rafif mengecup kening Arina. Setelah itu, Arina memelukku, menangis di pelukanku.

“Maafkan aku, Fe,” bisiknya.

“Jangan minta maaf, aku yang harusnya meminta maaf padamu, Rin. Aku sudah melibatkan kamu dalam rumah tanggaku,” ucapku.

“Fe ... sembuh ya Fe setelah ini? Aku janji akan lakukan yang terbaik untukmu, Fe,” ucap Arina.

“Aku gak janji ya, Rin?”

“Fe ... jangan seperti itu, kamu harus optimis sembuh,” ucap Arina.

“Bismilllah, kalau Allah menghendaki aku sembuh, Rin,” jawabku. “Sudah antarkan aku turun, Rin, kalain masih banyak acara setelah ini,” ucapku.

Arina dan Mas Rafif mengapitku, menuntun aku untuk turun dari atas pelaminan, dan aku duduk kembali di tempat dudukku tadi. Akan tetapi Mas Rafif mengajakku ke dalam, untuk mengganti pakaianku, pakaian yang sama dengan Arina lagi, juga Mas Rafif. Saat tadi akad nikah kami juga memakai pakaian yang sama. Sekarang Arina akan ganti baju, aku pun harus sama dengan bajunya, karena Mas Rafif yang mau.

Setelah berganti pakaian, aku antar mereka ke depan pelaminan, Meski Arina istri kedua, aku benar-benar memperlakukan dia seperti ratu hari ini. Biar pun hanya sebagai selir, tapi dia adalah selir yang sah, yang tak lain ada ratu juga di dalam kerajaanku bersama Mas Rafif.

Aku juga meminta Mas Rafif untuk membuatkan Arina gaun untuk acara resepsi dan acara akad nikah. Semua gaun pengantin yang Arina pakai itu dari desainer ternama yang dulu juga membuatkan gaun pengantinku saat aku menikah dengan Mas Rafif. Dan, Mas Rafif meminta aku pun harus dibuatkan baju yang sma dengan Arina.

Aku tidak mungkin membiarkan Arina memakai gaunku dulu. Biar dia memiliki kenangan sendiri saat menikah dengan Mas Rafif. Meski aku yang minta dia menjadi istri kedua, aku tidak mau menyepelekan hal kecil yang nantinya akan membuat Arina iri denganku. Semuanya sama, aku meminta ummik dan abahku, juga ummik dan abahnya Mas Rafif untuk membantu mempersiapkan semua ini. Aku minta pada beliau-beliau semua, untuk menyiapkan pesta pernikahan Mas Rafif dan Arina sama seperti saat pernikahanku dengan Mas Rafif dulu.

“Fe, ke atas yuk, temani aku di pelaminan?” pinta Mas Rafif.

“Mas ini acara kamu dengan Arina, masa aku di sana juga?” jawabku.

“Gaun kita sama, Fe. Kita ke sana saja, ya? Sama-sama di atas pelaminan,” ujar Arina.

“Rin, aku gak kuat berdiri lama-lama, kamu tahu keadaanku, kan? Kalian kan harus menemui banyak tamu juga,” tolakku.

Kalau aku di sana, aku akan menjadi sorotan utama para tamu, aku tidak mau itu terjadi, apalagi nantinya akan ada tamu yang merasa iba dan kasihan padaku. Biarlah, aku tidak mau menuruti apa yang mereka minta. Aku akan duduk saja dengan ummik dan abahku, biar saja mereka menikmati pesta mereka. Aku hanya ingin menyaksikannya saja. Karena semua ini sudah menjadi pilihanku, dan keputusanku.

“Kamu duduk di kursi pelaminan, aku dan Arina berdiri, Fe,” ucap Mas Rafif.

“Iya, benar kata Mas Rafif, Fe,” ucap Arina membenarkan.

“Rin, aku ini sedang begini keadaannya, kalau di sana aku kecapean nanti acara kamu bisa terhambat. Sudah kalian ke sana saja ya? Aku di sana, sama ummik dan abah. Sudah ini acara kalian, kalian harus menyelesaikannya,” tolakku.

“Fe ....”

“Mas ... sudah dong?”

“Jangan lupa makan dan minum obat, ya?” ucap Mas Rafif dan Arina bersamaan.

“Iya, kalian gak usah khawatir, aku sudah minta simbok untuk nyiapin makananku dan obatku tadi. Satu jam lagi kan aku harus makan dan minum obat? Aku gak lupa kok, sudah kalian ke atas buruan,” ucapku.

Aku antar mereka sampai depan pelaminan. Jujur saja kakiku sudah tidak kuat lama-lama berdiri. Ya begini namanya sedang sakit, dan tidak tahu sakitku ini akan sembuh atau tidak. Hanya Allah yang Maha mengetahui.

1
Irmha febyollah
KA novel nya di lanjut apa gak kak. kok udh lama gk update
Nety Dina Andriyani
bagus
Nety Dina Andriyani
lanjut kakakkkkk
afaj
woii jgn lama lama woi anak kalian nangis nungguin woh
Uswatul Khasana
lanjut
afaj
🥵🥵
afaj
iya marahin mak
afaj
🥹🥹🥹🥹
Diyah Pamungkas Sari
pisah aja dulu nikah sm yg mencintai tulus. jengkel aq klo prmpuan cm d jdikan pengasuh. apaan
اختی وحی
knp up lma bnget
uchee
💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼 buat up nyaa
afaj
iya takut kan lu wkkwkwkwkw
Irmha febyollah
kk kalo update jgn lama2.
Reny Dwiseptianingsih
kak up nya jangan lama lama donk..kan jadi penasaran jalan critanya😊
Uswatul Khasana
lanjut
Irmha febyollah
tinggal kan sajalah laki2 kek gtu. untuk apa nungguin nya. laki2 kurang bersyukur.
afaj
mla bgt ngelihatnya
uchee
next
afaj
knp ceitra yg atu g ada lg ya
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
total 3 replies
Uswatul Khasana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!