NovelToon NovelToon
Tangisan Hati Istri

Tangisan Hati Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:18.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cicih Sutiasih

Bayangan indahnya hidup setelah sah menjadi seorang istri, tidak dirasakan oleh Mutia Rahma Ayunda, ternyata ia hanya dijadikan alat untuk mencapai ambisi suaminya , Rangga Dipa .
Setelah menikah, Rangga yang berasal dari keluarga kaya,berusaha mewujudkan semua mimpinya untuk memiliki fasilitas mewah dengan mengandalkan istrinya. Rangga hanya menafkahi Mutia dengan seenaknya, sebagian besar uangnya ia pegang sendiri dan hanya ia gunakan untuk kepentingannya saja, Rangga tidak peduli dengan kebutuhan istrinya. Sampai mereka dikaruniai anakpun, sikap Rangga tidak berubah, apalagi ia masih belum bisa move on dari mantan pacarnya, Rangga jadi lebih mengutamakan mantan pacarnya dari pada istrinya.
Kehidupan Mutia sering kali diwarnai derai air mata. Mampukah Mutia bertahan, dan akankah Rangga berubah?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cicih Sutiasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ternyata Ia Menyukainya.

Mutia sudah menduga , Sinta pasti akan terus membayangi kehidupan rumah tangganya bersama Rangga.

Bukannya tidak bisa marah , tapi Mutia masih menggunakan akal sehatnya, ia tidak mau berbuat ceroboh, yang akan membuatnya terlihat bodoh.

Mutia berusaha tetap bersikap tenang, ia mulai menata barang-barang pribadinya di lemari yang sudah tersedia di kamar.

[Iya, halo Pi...], Mutia menyambar ponselnya yang berdering, ternyata di seberang sana, ayah mertuanya sedang menghubunginya.

[Bagaimana, kalian sudah sampai kan?, mana Rangga, awas kalau ada apa-apa dengan dia, cepat beritahu Papi ya...]

[Iya baik Pi, Mas Rangga masih di luar], ucap Mutia berbohong, ia tidak ingin menjadi seorang pengadu, ia ingin Rangga berubah karena keinginannya sendiri, bukan karena selalu di pantau oleh orang tuanya.

[Syukurlah..., Papi tenang, tadi Mami dan Rani juga sudah disuruh menyusul kalian, Papi takut Wanita itu masih nekad mengikuti Rangga],

[Aduh...Pi, kok jadi merepotkan semua, padahal biar saja, sudah ada Mutia , Mas Rangga pasti tidak akan berbuat aneh-aneh lagi], ucap Mutia diakhiri dengan kekehan.

[ Rangga itu hanya takut oleh Papi, ia hanya akan menurut sama Papi],

[Tapi Pi..., Mas Rangga itu sudah bukan anak kecil lagi, manurut Mutia sih , lebih baik beri kepercayaan saja kepada Mas Rangga, biar bisa bertanggung jawab gitu Pi...], ucap Mutia , kembali diiringi dengan kekehan.

[Pi..., biar Mutia saja yang mengawasi Mas Rangga, masa sudah menikah pun, Papi terus direpotkan, Insya Allah..., Mas Rangga pasti bisa berubah],

[Kamu itu memang menantu pilihan, kamu persis seperti bapakmu, pantang menyerah, baiklah..., Papi tidak akan ikut campur urusan kalian lagi, tapi ingat ..., kalau Rangga sudah keterlaluan, cepat bilang ke Papi ya?],

[Iya...Pi..., terima kasih, sudah percaya kepada Mutia, Papi jangan banyak pikiran ya, urusan Mas Rangga, kini akan menjadi urusan Mutia],

[Baiklah..., kalian sehat-sehat ya, selamat bersenang-senang],

[Iya Pi..., terima kasih...], Mutia lalu menyimpan kembali ponselnya dan meneruskan kembali membereskan barang-barangnya.

Setelah selesai, ia beralih pada tas milik suaminya. Lalu ia pun mulai memindahkan barang-barang milik Rangga ke dalam lemari juga.

Akhirnya..., semuanya selesai, semua barang-barang milik mereka sudah berpindah tempat.

Mutia mulai melirik ke arah jam dinding, "Emh...sudah hampir satu jam, Mas Rangga kok belum datang juga, apa sebaiknya aku susul saja", gumam Mutia.

Baru juga Mutia keluar dari kamar, Rangga muncul dari balik pintu , ia baru saja datang, yang pasti baru pulang mengantar Sinta mencari penginapan.

"Aku mau masak dulu Mas", ucap Mutia begitu mereka berpapasan.

"Masak?, memangnya bisa?", Rangga melirik sinis ke arah Mutia.

" Ya harus bisa masak dong Mas, kalau tidak bisa, bagaimana nasib anak dan suaminya, bisa kelaparan", Mutia tersenyum.

"Jaman sekarang itu nggak usah ribet-ribet, mau apa pun, asal ada uang, tinggal pesan, gampang", kembali Rangga mencibir ke arah Mutia.

"Itu bagi para Sultan Mas, yang uangnya tidak berseri, hidup itu tidak bisa ditebak Mas, tidak akan selamanya kita berada di atas, kalau kita pas berada dibawah, sudah tidak ada lagi uang, mau bagaimana coba",

"Harta itu akan habis, apalagi kalau kita menggunakannya tanpa batas perhitungan, jadi..., selama kita masih bisa mekakukannya sendiri, ya ..., kenapa tidak, lagi pula menyediakan makanan untuk keluarga itu tugas seorang istri, dan pahalanya besar sekali, aku mau pahala itu Mas", senyum Mutia lagi.

"Jadi..., biarkan saja Mutia tetap melakukan tugas Mutia sebagai istri, karena kalau Mutia hanya diam saja tanpa melakukan apa pun, Mutia yang akan sangat berdosa", ucap Mutia sambil berlalu menuju dapur.

"Silahkan saja lakukan apapun yang kamu mau, tapi jangan harap semua itu bisa mengubah rasa cintaku pada Sinta", gumam Rangga, ia terus saja berlalu menuju kamar .

Sesampainya di kamar, Rangga kembali di buat kesal, soalnya semua barang-barangnya sudah dipindahtempatkan oleh Mutia, termasuk barang-barang pribadinya.

"Aduh...., lancang sekali dia..., dia pikir siapa, bisa ngatur-ngatur seenaknya, tanpa ijin dulu lagi", gerutu Rangga sambil segera menuju dapur .

"Kenapa kamu berani sekali membuka tas aku!", ucap Rangga dengan nada suara yang keras.

Mutia pun tampak kaget, ia tidak menyangka Rangga akan bereaksi seperti itu.

"Maaf Mas..., aku lancang, tapi...aku hanya inisiatif saja, lagi pula aku ini kan istrinya Mas, jadi..., rasanya tidak ada salahnya kalau aku sekalian beresin barang-barang Mas", Ucap Mutia menunduk.

"Tapi kamu lancang, sudah berani memegang barang-barang pribadiku", imbuh Rangga.

Mutia menahan tawa dengan menutupkan telapak tangan ke mulutnya.

"Mas ini lucu..., aku ini istrimu Mas, jangankan pakaian, tubuh Mas pun sudah aku pegang , sudah aku sentuh kan, kenapa harus marah", senyum Mutia.

Rangga terdiam, pikirannya kembali mengingat kejadian saat malam pengantin di Hotel.

Saat dirinya mengira Mutia itu Sinta, mereka sudah melakukannya, Rangga masih ingat saat Mutia bisa mengimbangi dirinya, hampir seluruh tubuhnya sudah tersentuh oleh tangan Mutia, begitu pun sebaliknya.

"I...iya..., tapi waktu itu aku kira kamu adalah orang lain",

"Iya..., tapi tetap saja yang aslinya aku kan Mas, bukan dia", tatap Mutia sambil tetap tersenyum ke arah Rangga.

"Yang Mas sentuh itu tubuh aku, bukan dia", imbuh Sinta lagi.

"Sudah diam...!", kamu bikin kesal saja", Rangga cepat-cepat berlari menuju ke dalam kamar kembali.

"Mas istirahat saja, nanti setelah makanannya jadi, aku bangunin ya", teriak Mutia.

"Hah..., dasar wanita udik....", Rangga membanting kesal tubuhnya ke atas tempat tidur, ia menatap lurus ke langit-langit kamar. Matanya terpejam, ingatannya kembali pada Mutia saat malam pengantin di Hotel.

Rangga terlihat gelisah, rasanya ingin kembali menghampiri Sinta di penginapannya, tapi ia khawatir, ada petugas yang memergokinya.

"Tidurlah..., tidurlah....", gumam Rangga sambil kembali memejamkan kedua matanya. Tubuhnya terasa lelah setelah mengemudi hampir seharian, tapi aneh, matanya tidak bisa terpejam.

Alih-alih tidur, perutnya malah melilit minta diisi kembali. Ditambah lagi hidungnya mencium aroma harum masakan , bertambah lincahlah cacing-cacing dalam perutnya berdemo.

Rangga membuka kedua matanya, ia pun bangun dan sebelum keluar dari kamar, ia sempatkan dulu untuk mencuci wajah dan membasuh rambutnya agar terasa segar.

Setengah berlari ia menuju tempat asal keluarnya aroma sedap itu. Dan Rangga pun sampai di dapur, ia melihat makanan sudah siap disantap berjajar di atas meja makan.

"Sudah bangun Mas, pas banget, kita makan dulu", senyum Mutia.

"Jadi...aroma harum tadi berasal dari sini?", mata Rangga memindai satu per satu piring yang bejajar di atas meja makan.

Aneka masakan sudah siap santap di sana.

Tanpa banyak bicara, Mutia mulai mengisi piring dengan nasi, lengkap dengan lauk pauknya, lalu menyimpannya di atas meja, tepat dihadapan Rangga.

"Ayo makanlah..., nikmati masakan pertama dari istrimu", senyum Mutia.

Karena lapar, Rangga tidak banyak bicara, ia langsung melahap makanan yang sudah ada dihadapannya.

"Emh...enak juga", gumam Rangga.

Ia sudah kehilangan rasa malunya karena lapar, ia malah menambah sendiri makanan yang sudah habis dalam piringnya.

Mutia hanya melihatnya sambil mengulum senyuman, iapun diminta menemani Rangga makan.

"Alhamdulillah... , dia ternyata menyukainya", gumam Mutia.

1
Woro Hestiningsih
cerita yg menarik
Cicih Sutiasih: Terima kasih sudah mampir, mohon dukungannya
total 1 replies
Aghitsna Agis
hamidum mutia
Aghitsna Agis
udah mutia lepaskan aja rangga jgn dikasuh hati kg tambah ngekunjak merasa punya istri manut terus jd seenaknya kan dekarang muti sudah punya kerjaan lanjut
Aghitsna Agis
rangga gunta ganti aja jgn nyeselmkalau jena pemyakit hiv, mutia cuekin aja rangga nga tos hidup nga nyusajin suami niar fia nyesel.lanjut up lg
Cicih Sutiasih: Terima kasih Kak, selalu mengikuti kisah Mutia, aku kerja dulu, up nya besok pagi ya
total 1 replies
Aghitsna Agis
mydah2an mutia ditempatkan dikatirnya oa hasbi jd biar aman kemutia dan hanif soalnya kalau jd art dikhawatirkan dania cemburu trs memfinah mutia yg nga nga jdnya brrabe lanjut up lg mka
Cicih Sutiasih: Terima kasih Ka, sabar ya, aku baru pulang kerja, istirahat dulu, nanti up nya agak sore
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah pergi aja.mutia biar ada rasa menyedar cinta tinggal vinta klau fiinjak injak debagai istri tidak dihargai.makanya jgn.mencintai lebih baik dicintai jd rangga merasa duatas angin
Cicih Sutiasih: Nanti ada saatnya Mutia menangis karena bahagia, Rangga perlahan akan berubah kok, akan ada kejadian-kejadian yang menimpa Rangga, yang membuatnya sadar atas perilakunya kepada Mutia, jadi ikuti saja terus kisahnya/Rose//Rose/
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah tinggalin aja muti
Aghitsna Agis
tuh rangga lihat sinta melihat kamu malah.mundur bukannya menolong malah ttp sinta yg menolongnya apa nga malu lanjut
Rina ariyanti
Luar biasa
Cicih Sutiasih: Terima kasih
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal. 3 like mendarat buatmu. semangat ya
Cicih Sutiasih: Terima kasih, mohon komenannya juga, mungkin ada alur atau nama tokoh yang keliru
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!