NovelToon NovelToon
Terpikat Cinta Vtuber

Terpikat Cinta Vtuber

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / duniahiburan / Diam-Diam Cinta / Wanita Karir / Cinta Murni / Office Romance
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Van Waku

Di era teknologi virtual yang semakin berkembang pesat, muncullah fenomena baru yang mengguncang dunia hiburan: Virtual YouTuber. Mereka bukanlah manusia sejati, melainkan karakter digital yang dihidupkan oleh teknologi canggih. Namun, pesona dan daya tarik mereka tidak kalah dengan para selebritas dunia nyata.

Aldira, seorang karyawan kantor biasa tidak pernah menyangka bahwa ambisi terhadap pekerjaan dan laki-laki pujaannya membuat dia harus terjun ke dunia maya sebagai vtuber dengan menggunakan akun youtube orang lain yang tidak pernah ia ketahui sosok asli di baliknya. Seiring berjalannya waktu, rahasia di balik pemilik akun asli tersebut satu per satu mulai terkuak sehingga menimbulkan konflik yang dapat mempertaruhkan cinta sejati sekaligus karirnya. Pada akhirnya dia tetap harus memilih antara sepak terjangnya sebagai vtuber atau merelakan semuanya demi kisah cintanya yang rumit.

Temukan jawabannya, hanya di Terpikat Cinta Vtuber.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Van Waku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22 - Pertemuan Tak Terduga

Wabah flu mengintai di musim pancaroba, tidak terkecuali Aldira yang mulai bersin-bersin karena peralihan cuaca yang tidak menentu. Aldira mengusap hidungnya dengan punggung tangannya karena gatal. Tampaknya dia lupa membawa tisu.

Sambil menunggu namanya dipanggil, Aldira duduk dengan lemas mengenakan jaket tebal. Hembusan ac yang dingin membuatnya harus memilih kursi yang paling pojok untuk menghindari angin yang dapat membuat tubuhnya menggigil. Sambil sesekali melihat nomor antrian, ia mengarahkan pandangannya ke tempat lain untuk melenyapkan kebosanan.

Sosok wanita yang sangat familiar berjalan di lorong rumah sakit. Aldira mencondongkan badannya ke depan dan mengernyitkan matanya untuk melihat dengan lebih seksama. Salma tertangkap oleh penglihatannya hingga membuat Aldira spontan berdiri dari kursi. Dengan cepat, Aldira mengikuti Salma dengan hati-hati. Nomor antrian yang menjadi fokusnya tadi akhirnya diabaikan begitu saja.

“Mengapa Salma ada di sini?” Tanyanya dalam hati.

Aldira menghentikan langkahnya saat melihat Salma memasuki sebuah ruangan. Sambil memperhatikan sekeliling, ia mendekati ruangan itu dengan perlahan. Betapa terkejutnya Aldira saat membaca papan nama ruangan tersebut.

“Maternity Room.” Bacanya sambil terkejut.

Kenapa Salma ada di ruang pemeriksaan kehamilan? Aldira yang masih shock dengan temuannya tersebut segera berlari meninggalkan ruangan itu. Berbagai pertanyaan muncul di benaknya. Kemudian ia mengingat daftar rumah sakit yang disimpan oleh Tony. Salah satu rumah sakit yang tertulis di daftar itu adalah rumah sakit yang Aldira datangi. Dia pun baru menyadari bahwa rumah sakit tersebut terkenal akan layanan kandungannya.

Aldira berjalan kembali ke ruang tunggu dengan tangan yang gemetar. Jika pikirannya benar, berarti Salma sedang mengandung. Pikirannya menjelajah lebih jauh karena tidak menyangka akan apa yang dilihatnya. Jangan-jangan Tony yang menyebabkan kehamilan tersebut hingga Salma pergi menghilang tiba-tiba.

***

Salma terlihat keluar dari area rumah sakit. Dengan mengenakan sweater hoodie berwarna pink, ia berjalan cepat menuju halte bis.

“Salma!” Sahut Aldira dari belakang.

Langkah kaki Salma terhenti. Ia menoleh dan melihat Aldira berdiri di belakangnya sambil membawa sekantong obat yang dibelinya atas resep dokter. Salma yang tidak menyangka akan bertemu dengan ex-rekan kerjanya itu segera membalikkan badan berusaha menghindar. Namun, Aldira meraih tangan Salma dengan cekatan.

“Salma, tunggu dulu!” Tahan Aldira.

“Lepaskan aku! Kamu salah orang!” Sanggahnya.

“Tidak mungkin aku salah mengenalimu. Kenapa kamu menghindar, sih?” Tanya Aldira keberatan.

Salma masih berusaha untuk melepas genggaman Aldira. Namun, Aldira mencengkeram tangannya dengan kuat hingga tak mungkin terlepas. Saking kencangnya, Salma terlihat kesakitan.

“Auch! Kau menyakiti tanganku.” Keluh Salma.

“Ah, maaf.” Kata Aldira sambil melepaskan cengkeramannya.

Mereka berdua sama-sama terdiam. Tidak tahu harus berkata apa, Salma hanya menundukkan kepala sambil membetulkan hoodie untuk menutupi kepalanya.

“Kenapa kamu pergi dan menghilang begitu saja tanpa berpamitan dengan orang-orang kantor?” Tanya Aldira.

Salma masih diam tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh Aldira. Aldira melangkah lebih dekat. Dia melihat ke arah perut Salma yang terlihat membesar di balik sweater tebalnya.

“Kamu… hamil?” Tanyanya perlahan.

Sontak saja, Salma tersentak mendengarkan pertanyaan yang mendadak itu. Matanya mendelik menatap Aldira dengan penuh kepanikan.

“Apa maksudmu? Tidak sopan sekali!” Protesnya.

“Aku melihatmu di ruang maternity room.” Sambung Aldira tidak enak.

Salma kembali memberikan keheningan. Matanya berkaca-kaca, mulutnya gemetar. Seakan ingin meluapkan semua yang terpendam, wajahnya terlihat merah padam.

“Maaf. Seharusnya aku tidak membuntutimu.” Kata Aldira.

“Aku bisa melaporkanmu ke polisi karena telah mengganggu privasiku.” Ancam Salma lalu dia melanjutkan langkahnya untuk pergi.

Seakan belum puas dengan jawaban itu, Aldira memanggilnya lagi, “Salma! Ada satu hal yang ingin aku tanyakan.”

Tanpa membalikkan badannya, Salma menghentikan langkah kakinya dan berdiri mematung.

“Apakah anak yang kamu kandung itu adalah anak Tony?” Tanya Aldira dengan suara gemetar.

“Bukan urusanmu!” Jawabnya lalu Salma berjalan cepat menjauh.

Tanpa bergeming sedikit pun, Aldira menatap punggung Salma yang semakin lama semakin menghilang dari pandangannya. Tampak kesedihan dari cara berjalan Salma yang seakan ikut menusuk relung hati Aldira.

***

“Apa yang sedang kamu pikirkan?” Tanya Tony yang sedang menemani Aldira meng-edit video di rumah.

“Tidak. Aku hanya sedikit mengantuk setelah meminum obat dari dokter.” Jawabnya lemas.

“Sebaiknya kamu istirahat dulu. Biar aku saja yang melanjutkan pekerjaanmu.” Kata Tony sambil berusaha meraih mouse yang sedang dipegang Aldira.

“Tidak perlu! Biar aku saja!” Tolak Aldira seraya menghempaskan tangan Tony.

Keheningan menyelimuti ruangan itu. Tony cukup kaget dengan respon yang diberikan oleh Aldira. Pria itu kembali duduk di sofa sambil memperhatikan Aldira dari belakang.

“Tanganmu agak hangat. Jangan terlalu dipaksakan!” Anjur Tony dengan lembut.

“Aku harus menyelesaikannya malam ini.” Ucap Aldira dengan suara yang pelan.

Tony hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat wanita yang penuh ambisi tersebut. Seakan tidak ingin memperunyam suasana, Tony membuka lembaran koran di kedua tangannya dan berusaha untuk mengalihkan perhatiannya kepada isu politik yang sedang hangat diberitakan.

Tidak lama setelah itu, terdengar bunyi jatuh yang cukup keras. Tony meletakkan korannya dan melihat Aldira sudah terkapar di lantai dengan kursi yang tergeletak.

“Aldira, kamu kenapa?” Tanya Tony sambil mengangkat tubuh Aldira ke atas sofa dan membaringkannya. “Aldira, hei!”

Tony meletakkan tangannya ke dahi Aldira dan suhu panas menjalar dari kulit wanita itu. Napasnya tersengal-sengal dengan keringat dingin mengucur di seluruh tengkuknya.

“Sudah aku bilang jangan terlalu dipaksakan!” Keluh Tony kesal.

Aldia membuka matanya perlahan, “Ton, aku mau tidur dulu, ya. Kepalaku pusing sekali.”

“Ok! Tapi, apakah kamu mau aku antar ke dokter dulu? Badanmu panas sekali.” Tanya Tony khawatir.

“Tidak usah, aku ‘kan baru dari dokter tadi siang. Mungkin aku hanya butuh istirahat.” Jawabnya sambil memejamkan mata.

Tony mengambil selimut yang ada di meja dan menaruhnya di atas tubuh Aldira. Kemudian dia mematikan ac untuk menjaga suhu badan Aldira agar tidak menggigil kedinginan. Pria itu melihat jam di dinding, seharusnya dia sudah harus pulang ke rumah namun dia tidak tega meninggalkan Aldira yang sedang sakit. Dengan lembut, ia menyeka keringat yang mengalir di wajah Aldira dengan kain hangat lalu mengompres dahinya. Saat sedang merawat Aldira yang tertidur, ia mendengar wanita itu mengigau.

“Tony.” Sebut Aldira dalam tidurnya.

Tony menatapnya lalu tersenyum sejenak. Entah kenapa, pria itu merasa bahagia saat ada yang menyebut namanya ketika tertidur lelap. Kemudian, Tony mematikan lampu hingga hanya ada secercah cahaya bulan menembus sisi jendela yang bergordenkan tirai putih. Dengan penuh kehati-hatian, laki-laki itu bersender di kaki sofa, memejamkan kedua matanya, dan menemani Aldira sampai pagi.

...Salma, 25 tahun...

1
Ai
mampir, Thor
Twilight love
Tema baru yang belum pernah ada di noveltoon. Lanjutkan thor!!!
Twilight love
Jangan lama2 updatenya ya thor! Penasarannn
ian esco
Salma cantik jg y ternyata, tp pnsaran siapa yg menghamili dia! Jgn2 toni!
ian esco
Ditunggu episode selanjutnya thor!!
ian esco
Duh bikin pensaran, ga sabar next episodenya tor! Semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!