Kemala adalah seorang wanita mandiri yang masih memiliki suami. Namun karena suami yang sangat pelit ia terpaksa bekerja sambil membawa anak nya yang masih kecil. setiap hari Burhan suaminya hanya memberi uang sebesar 10.000 rupiah beserta uang jajan untuk nya. Selama menikah dengan Burhan ia hanya tahu bahwa Burhan adalah seorang supir truk pengangkut sawit, tanpa ia ketahui suaminya itu adalah manajer di perusahaan kelapa sawit terbesar di kota itu. bagaimana kah kelanjutan rumah tangga Kemala? akan kah badai itu terus menerus datang ataukah akan ada pelangi setelah hujan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Pratiwi
Pov Tiwi
Aku adalah Tiwi, Istri dari Abang nya Burhan yang bernama Beni. Suamiku meninggal tertimpa pelepah sawit yang mengenai kepala nya. Sejak saat itu, Burhan sangat perhatian dengan ku. Aku selalu saja membujuk Ibu mertua agar menyuruh Burhan memperhatikan Tika yang tidak lain adalah keponakan nya.
Ya, aku dulu memang sangat menyukai Burhan yang tampan. Aku berfikir Burhan lah yang datang melamar ku waktu itu, sehingga aku langsung menyetujui lamaran dari anak seorang petani sawit yang kaya raya.
"Terima kasih ya Tiwi, kamu mau menerima lamaran dari Beni. Ibu tidak menyangka akhirnya Beni akan menikah juga."
Aku sangat terkejut saat mendengar perkataan Ibu nya Burhan. Ingin ku batalkan, tapi aku tidak berani. Keluarga ku memiliki hutang yang banyak dengan keluarga mereka.
Akhirnya aku menikah juga dengan Bang Beni yang sangat cupu itu.
" Bang, sekali-kali pakai lah pakaian yang bisa buat abang keren."
"Untuk apa? Tidak penting penampilan, yang penting itu isi dompet."
Memang ku akui, Bang Beni sangat lah hemat. Gaji nya sebagai seorang manajer bisa membuat ku selalu berfoya-foya. Bahkan, Bang Beni juga banyak memiliki aset yang lainnya.
Namun suatu hari, Burhan berkata ingin menikah dengan wanita pujaan nya. Hati ku terbakar cemburu. Wanita mana yang bisa meluluhkan hati seorang Burhan yang kelakuannya seperti seorang Preman yang tampan.
"Tidak! Ibu tidak setuju kamu menikah dengan perempuan kampung. Macam tak ada perempuan lain saja kau ini Burhan."
"Aku tetap akan menikahi nya Bu. Kami bahkan sudah bertunangan."
"Apa? Kau sudah tidak waras? Bagaimana kalian bertunangan sedangkan Ibu dan keluarga mu yang lain saja tidak tahu."
"Itu gampang bu. Apa yang tidak bisa Burhan lakukan. Pokoknya Burhan tidak mau tahu. Jika Burhan gagal menikah dengan Kemala, Burhan akan menjadi Preman selamanya."
Perkataan Burhan membuat hati ku semakin sakit. Aku sangat iri dengan wanita itu. Sebesar itukah cinta Burhan untuk nya.
Waktu yang di nanti pun tiba. Burhan akhirnya menikah dengan Wanita yang bernama Kemala. Wanita yang sangat cantik, pantas saja Burhan begitu menggilai nya.
"Bu, apa Ibu sudah setuju dengan pernikahan mereka?"
"Ya terpaksa Tiwi, daripada si Burhan jadi bujang lapuk."
"Bagaimana kalau kita kerjain saja wanita yang bernama Kemala itu. Sepertinya dia hanya cinta karena harta Bu."
"Benar kata kamu Tiwi, lihat saja dia sangat cantik. Pasti Burhan harus mengeluarkan banyak uang untuk perawatan tubuh nya itu."
Setiap hari aku terus menghasut Ibu Mertua agar membenci Kemala. Ibu sangat menyayangiku, jadi wajar saja Kemala menjadi tersisih di keluarga ini.
" Kak Tiwi, emang nya Bang Burhan selama ini kerja apa?"
" Kok kamu tanya aku? Kan kamu istrinya. "
" Kemala selama ini tidak mengenal dekat Bang Burhan."
"Suami mu itu kerja nya jadi supir truk pengangkut sawit. Emang nya kenapa? Menyesal kamu karena Burhan anak ku tidak bergaji banyak?"
Tiba-tiba Ibu mertua datang dan mengatakan hal itu. Memang kalau urusan mengarang cerita, mertua ku itu jago nya.
Semakin hari, hubungan Ibu dan Kemala semakin buruk. Burhan pun seperti sudah bosan melihat penampilan istrinya semenjak melahirkan anak laki-laki.
Aku sangat beruntung bisa melahirkan anak perempuan seperti kemauan mertua ku itu.
Semenjak suamiku meninggal, aku juga merayu Tika agar selalu menghubungi Burhan jika membutuhkan sesuatu.
"Tika, sekarang Ayah Tika sudah nggak ada. Jadi tanggung jawab Tika di ambil alih sama om Burhan. Jadi, kalau Tika mau apa-apa minta nya ke om Burhan aja ya."
"Iya ma."
Burhan sangat memanjakan anakku. Dan juga, aku semakin dekat dengannya. Aku berharap dengan ini, Burhan bisa membuka pintu hati nya untuk ku. Perasaan ku untuk nya masih sedalam itu.
"Tiwi, ngapain sih pake cara lama. Sekarang nggak zaman nya lagi main kode-kode."
"Maksud kamu apa?"
"Zaman sekarang main pelet dong biar makin rapet." Ucap Siska salah satu temanku di kampung ini.
"Ah, nggak mau ah. Serem."
"Ya terserah kamu, aku kan mau ngasih jalan pintas."
"Nggak. Nggak ada dalam kamus ku hal-hal yang begituan. Aku mau nya Burhan itu beneran tulus cinta sama aku. Bukan karena di pelet."
"Kalau begitu silahkan saja berjuang sampai kamu beruban."
Siska pun menertawakan diriku yang tidak mau mendengar saran dari nya. Ah, buat apa pikir ku. Hanya menghabiskan uang saja pergi ke tempat seperti itu. Kan kasihan uang ku habis untuk dukun.
Masih mending dukun itu cuma minta duit. Kalau sempat dia nyuruh aku tidur bareng dia, bagaimana? Nggak sanggup rasanya membayangkan hal itu.
Apalagi aku tahu kebanyakan dukun itu sudah aki-aki.
Ku biarkan saja semua berjalan dengan sendirinya, karena ku yakin suatu saat nanti Burhan akan terketuk pintu hati nya untuk ku.