"Mari kita berpisah"
"Berani sekali kau menantangku! Kau pikir kau bisa hidup tanpa uangku?"
"Selama aku masih bisa bernafas, Tuhan pasti akan memberiku jalan"
"Baiklah, ku beri kau waktu 2 minggu untuk pergi dari mansionku. Aku akan lihat bagaimana menderitanya kau di luar sana tanpa uangku"
Renata membalikkan badan.
"Mau apa kau?"
"Mengemasi barangku"
"Kau tak membawa apapun saat kesini. Jadi pergilah tanpa membawa apapun dari sini"
Renata terpaksa harus menikah dengan Radika sang kakak ipar. Menggantikan posisi kakak kandungnya yang sudah meninggal karena alasan balas budi pada keluarga besar Mahesa yang sudah membiayai kehidupan dirinya dan kakanya saat masih kecil.
Lalu bagaimana kehidupan Renata setelah menjadi istri dari CEO kejam itu?
Apakah ia sanggup meluluhkan hati Radika?
Apakah ia sanggup menerima siksaan fisik dan siksaan batin yang terus terusan di berikan oleh suaminya?
Yuk ikuti kisah serunya.. 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemukan
Deg
"Sekertaris Jo" lirih Dokter Hana
"Sekertaris Jo anda di sini juga?" Sapa dokter Alex pula.
Sementara itu orang yang disapa malah tak menyahut apapun sapaan dari dokter Alex. Matanya justru terus terfokus menatap pada dokter cantik berwajah kalem. Sontak hal itu membuat dokter Hana bergidik ngeri.
"Kalian! cepat cari nona Renata sampai ketemu"
"Baik tuan" Sahut para pengawal yang lalu menyebar mencari nona muda mereka.
Sekretaris Jo lantas meraih tangan dokter Hana dan menariknya menjauh.
"Hey, kau mau bawa Hana kemana?" tanya dokter Alex
"Aku ada urusan sebentar dengannya"
"Tapi.."
"Tunggulah di sini, aku akan kembalikan dia dalam keadaan utuh"
"Baiklah" Alex mengedikkan bahunya acuh.
Jujur, sebenarnya Alex penasaran akan urusan keduanya, namun dirinya tak mau banyak ikut campur. Makanya ia membiarkan Hana dibawa pergi begitu saja oleh sekertaris Jo.
Ya, dia berfikir bahwa Hana pasti akan senang bisa berdua dengan sekretaris Jo. Karena mau bagaimanapun juga Alex sudah tau bahwa adik sepupunya sangat mengagumi sosok sekertaris dingin dan cuek itu.
"Hey! Lepaskan aku! Anda sangat tidak sopan sekali"
Namun sekretaris Jo tak menghiraukan teriakan Hana. Ia terus menyeret tangan Hana tanpa permisi. Hingga saat sampai di ujung ruang kosong, barulah sekertaris Jo melepaskan cekalan tangannya dan menghempaskan pelan tubuh Hana ke dinding.
Tubuh Hana bergetar saat wajah sekretaris berada tepat di depannya. Apalagi ketika kedua tangan sekretaris Jo yang terulur tepat di samping wajahnya semakin membuat Hana ketakutan.
"Kkk.. ka.. Kau mau apa?"
"Jangan macam-macam ya!" Lanjut Hana dengan suara yang semakin bergetar
Rupanya sekretaris Jo tak menghiraukan ancaman Hana. Ia justru semakin memajukan wajahnya hingga wajah tampannya berada tepat di depan wajah dokter cantik itu. Dan..
Cup
Sebuah kecupan singkat mendarat di bibir Hana.
Deg
Yang mendapatkan kecupan pun hanya bisa melamun dan menganga. Tubuhnya juga mematung sesaat karena mendapat serangan mendadak.
"Itu hukuman untuk mulut yang tak bisa dipercaya" bisik Sekertaris Jo.
"Apa maksudmu?"
"Kau mengatakan kalau kau tak mengetahui dimana keberadaan nona Renata. Tapi nyatanya apa? Aku sudah curiga padamu dari awal. Makanya aku mulai mengikutimu saat itu"
"Jadi kau mengikutiku?"
"Ya, dan karena itu, akhirnya aku tahu bahwa kau adalah pembohong! Dan karena itu pula, ternyata sangat jelas bahwa kau memang mengetahui semuanya. Kau bahkan ingin Melarikan dia keluar kota kan?"
"Aku tak pernah berniat untuk melarikannya. Dia sendiri yang ingin pergi. Kebetulan pada waktu yang bersamaan, aku dan kak Alex melihat dia naik ojol, yang sepertinya dia dalam keadaan tertekan. Jadi kami berinisiatif untuk mengikutinya"
"Mungkin kau bisa membohongi siapapun, tapi tidak dengan aku"
"Terserah"
Sekretaris Jo tersenyum tipis dan memajukan wajahnya lagi. Semakin dekat. Hingga membuat dokter Hana langsung memalingkan wajahnya ke samping
"Kau mau apa lagi?"
"Aku.."
"Tuan, kami sudah menemukan Nona Renata" Salah satu pengawal yang ia bawa tiba tiba saja datang. Akhirnya mau tak mau hal itu mampu menghentikan niatan sekertaris Jo yang entah apa itu, author pun juga tidak tahu.
"Baiklah, tunggu. Sebentar lagi aku kesana"
Setelah pengawal itu pergi, Dokter Hana pun ikut menjauhkan tubuhnya dari sekertaris Jo. Andai bisa diungkapkan, mungkin Hana akan berterimakasih pada pengawal tersebut karena sudah menyelamatkan dirinya dari sekertaris gila itu.
Tapi tidak semudah itu karena ternyata Sekertaris Jo sudah lebih dulu mencekal pergelangan tangan Hana.
Deg
"Kenapa wajahmu kaku seperti itu? Oh.. atau jangan jangan kau berpikir kalau aku akan menciummu lagi? Iya..?"
"Memang itu kan yang mau kau lakukan"
"Kau itu terlalu percaya diri dokter. Mana mungkin aku mau melakukan kesalahan untuk yang kedua kali"
"Kesalahan yang kedua? maksudnya?"
"Iya kesalahan karena sudah mencium bibir tukang bohong"
"Sialan kamu! Kau pikir aku ini tidak tau apa, kalau kau memang sengaja melakukannya. Kau itu laki laki pengecut! Suka mengambil kesempatan di atas kesempitan. Dasar Laki laki tak berperi kemanusiaan. Kau itu.."
Gleg
Hana menelan ludah kasar saat ia merasa ada keanehan yang dirasakan dari ujung tangannya. Seperti ada yang ringan dan kosong.
"Ah sial! Ternyata aku menggerutu sendiri sejak tadi"
Hana terus mengumpat dalam hati. Ia merasa sebal karena ternyata sekertaris Jo meninggalkannya tanpa berpamitan terlebih dulu.
"Seenaknya main pergi begitu saja. Dia pikir aku ini apa. Mencium seenaknya. Pergi seenaknya. Bicara juga seenaknya. Ah, Dasar Sekertaris gila!"
Hana terus menggerutu. Ia memang sebal dengan perlakuan sekertaris Jo. Tapi entah mengapa ia sendiri juga tak tahu apa yang menjadi alasan sampai detik ini dia masih sangat menyukai sekertaris itu. Mungkin memang seperti itulah yang dinamakan cinta.
"Dari mana saja kamu? Kenapa lama sekali?"
"Eh, kak Alex. Ngagetin aja deh!"
"Kamu tuh habis dari mana? Kenapa lama sekali? Tau gak, aku menunggu sampai jamuran loh!"
"Hye.. Itu sih emang kak Alex aja yang jarang mandi, makanya jadi jamuran, panuan, kadasan, kuripan"
"Sialan!" Alex menonyor pelan pundak adiknya.
"Hahaha.." Hana tertawa bangga.
"Jangan banyak tertawa kamu. Yang patut di curigai itu ya kamu"
"What?? Aku? Bagaimana bisa? Aku ini anak yang baik. Apanya yang patut di curigai coba?"
"Oh ya? ngomong ngomong kalau boleh tau, kamu pergi kemana tadi sama sekertaris kaku itu? Habis ngapain aja kalian berdua?"
Blus
Sebisa mungkin Hana menyembunyikan ekspresi malunya.
Kak Alek pasti tidak tahu apa yang terjadi padaku dan sekertaris Jo. Tidak mungkin kan dia mengikutiku sampai sejauh itu? Pikir Hana.
"Jangan berfikir negatif dulu! Kita itu hanya melanjutkan pembicaraan kita yang belum selesai kemarin"
"Yakin hanya itu?"
"Tentu saja. Memangnya apa lagi"
"Baiklah, kalau begitu, ayo kita pulang" Ucap dokter Alex sembari menarik tangan Hana.
"Tunggu kak"
"Apa?"
"Gimana dengan nona Renata? Dia kan sedang di cari oleh sekertaris Jo. Gimana kalau dia balik ke mansion itu lagi?"
"Renata memang sudah di bawa pergi oleh sekertaris kaku itu"
"Hah?! Bagaimana kalau dia di siksa lagi? Kasihan janinnya"
"Kau tak perlu hawatir. Dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri"
Hana tertunduk lesu. Ia memang tahu keberadaan Renata karena Renata sering mengabarinya. Hanya saja ia berpura pura tidak tahu dan membuat semuanya seolah menjadi serba kebetulan.
Niat hati ingin menolong, ternyata malah sebaliknya.
Renata, maafkan aku.
...****************...
"Berani sekali kau mencoba untuk kabur! Apa kau sudah bosan hidup!"
Wanita yang dimarahi pun memilih untuk diam dan menunduk saja.
"Sialan! Jawab!"
Wanita berkacamata tebal itu masih tetap diam hingga membuat sang Tuan semakin marah dan emosi.
"Rupanya kau benar benar sudah bosan untuk hidup ya! Baiklah. Akan aku tunjukkan bagaimana caraku memanjakanmu"
Deg
.
.
cerita top banget 👍