Karna obsesinya pada seorang pria tampan, Kimmy nekad menjebak pria itu untuk menjadi suaminya, sampai sang pria tidak memiliki pilihan untuk melarikan diri.
Sipatnya yang bar-bar, ceroboh, dan semaunya, membuatnya merasa terperangkap dengan jebakannya sendiri, ia merasa terpenjara di tempat suci bernama pondok pesantren.
Tempat itu tak lantas langsung merubah diri Kimmy dengan cepat, berbagai tingkah ajaibnya selalu mewarnai orang-orang sekitarnya.
Lantas bagai mana dengan kisah cintanya bersama pria tampan?, yang merupakan seorang anak dari pemilik pondok pesantren. Semua orang memanggilnya Gus Ridwan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hay gaes
Saat Ridwan mau melangkahkan kakinya tangannya di cekal dan di tarik sampai sang pelaku menabrak dada bidangnya tanpa di duga Kimmy meraih tengkuk pria itu dan mencim bibirnya dengan lembut, bukan kecupan seperti tadi melainkan sebuah ciuman yang sebenarnya, Ridwan sampai melotot lalu setelahnya ia memejamkan mata menikmati sensasi rasa yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya.
Kimmy mengalungkan tangannya di leher lelakinya, entah secara alami atau ada hal lain Ridwan meraih pinggan istrinya dan meremassnya secara pelan, pria itu masi diam menikmati bibir istrinya yang dengan lihai menyesapp bibir atas dan bawahnya bergantian, tolong siapapun hentikanlah waktu jangan pernah berakhir, keduanya tidak menyadari di mesjid adzan isya sudah berkumandan.
Gemas dengan suaminya yang hanya diam Kimmy menggigitt bibir bawah Ridwan hingga erangan pelan terdengar 'Ahh', tanpa menyia-nyiakan waktu Kimmy menerobos mulut suaminya menjelajahi setiap sudut yang berada di sana, menikmati setiap rasa yang sulit untuk ia ungkapkan, untuk beberapa saat mereka terlarut dalam hal indah itu, Kimmy orang pertama yang menyadari adzan telah berkumandan sedangkan Ridwan masih terbuai dengan rasa yang ada, dirasa prianya mulai kehabisan nafas Kimmy menghentikan Ciumannya, tangannya meraih wajah suaminya dan menempelkan kening keduanya, Ridwan masih mencoba mengatur nafas mengkondisikan debaran jantungnya yang berderak kencang tak terkendali.
Kimmy tersenyum lembut, mengusap bibir tebal saminya menggunakan ibu jarinya, Ridwan menikmati semua rasa itu ia memejamkan kedua bola matanya menekan setiap gejolak yang hendak menguasai diri.
"Agus ini sudah adzan, atau kau mendadak tuli setelah ku cipokk."
"Ya Salam, Dek, bisa tidak bicara sedikit manusiawi? " meskipun setelah berkata demikian tak lantas membuat dirinya berhenti mengulum senyum yang entah segak kapan ia merasai bibirnya sendiri.
"Katakan bagian mana dari kalimatku yang tidak manusiawi?, apakah kata cipokk?" malah di perjelasbenar-benar iblis betina pikirnya.
Tuing... Kimmy menekan pusat gairahnya dengan jari telunjung tangan kanannya sampai-sampai pria itu mengerang sebagai reaksi, istrinya berlari keluar kamar, "Aku shalat bersama Umi, Gus."
"Dasar istri nakal."
.
Di sinilah semua santri dan santri Wati berkumpul di satu aula yang sangat luas di mana semua santri dan santri wati yang sudah memasuki usia dewasa berada di sana yang mungkin sudah beberapa saat yang lalu, terlihat dari seorang pria sepantaran Ridwan yang tengah menyampaikan materi.
"Ya Tuhan tempat ini memang surganya pria tampan."Batinnya berteriak, Kimmy baru membuka pintu dan pandangannya tertuju pada otang yang satu-satunya yang tengah berdiri di sana dengan satu spidol di tangannya.
"Permisi Sir!" Semua mata berpusat pada gadis cantik yang baru saja datang dengan senyuman canggung Kimmy hendak mencari tempat duduk.
"Sebentar. " Kimmy memandang wajah Ustadz muda itu.
Ustaz itu menyadari suatu keanehan pada gadis itu jika umumnya para santriwati akan menundukan pandang bila berbicara dengannya orang berlawanan jenis, lain halnya dengan Kimmy ia memandang balik tatapan orang yang berbicara padanya tidak sedikitpun Kimmy menundukan matanya.
"Ya, ada apa?"
"Ucapkan salam terlebih dahulu!"
"Assalamualaikum. Hay gaes! " Kimmy melambaikan tangan pada setiap santri yang memandangnya dengan tatapan berbeda-beda.
"Kau santri baru di sini?"
"Bukan." Padat, tegas, dan jelas.
"Lalu?"
"Lalu?" Kimmy malah membeo.
"Siapa kau?."
"Namaku Kimmy." Kimmy menjawab malas, "Pak saya pegal, saya duduk dula ya nanti lanjut tanya-tanyanya."