Nayara seorang gadis yatim piatu, keluarganya sudah dibasmi oleh pelakor dan juga putrinya ketika umurnya baru 13 tahun. Nayara kecil juga nyaris mati setelah didorong di jalan raya ketika ada mobil sedang lewat dengan kecepatan tinggi.
Namun Tuhan tidak mengambil nyawanya karena gadis kecil itu harus membalas ketidakadilan yang terjadi padanya.
Nayara tumbuh menjadi gadis yang memiliki sejuta pesona, dan memiliki kecerdasan yang luar biasa. Dengan kemampuan yang dimiliki dia bisa bekerja dan diterima di perusahaan besar milik Morgan, yang tak lain adalah suami Briana(Kakak tiri)
Langkah awal Nayara dimulai dengan mendekati Morgan, lelaki yang terkenal dingin. dan berusaha keras untuk mendapatkan lelaki tampan nan gagah itu. Akankah Nayara bisa menjerat Morgan dengan pesonanya?
Seberapa kejam pembalasan yang Nayara lakukan pada Briana?
Apakah Nayara akan menikahi kakak iparnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isti arisandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amarah Morgan
Malam ini Nayara susah untuk memulai tidur, dibukanya tirai kamar hingga dia bisa melihat cahaya bulan yang tinggal separuh.
Rasanya hidupnya begitu hampa tanpa kedua orang tua. tanpa saudara dan sanak famili.
"Mama, Nay merindukan mama. Nay ingin dipeluk Papa."Sambil memeluk foto kedua orang tuanya, airmatanya berderai hingga membasahi bantal yang tengah menjadi sandaran kepalanya.
"Mama, temui aku meski sebentar, Nay sangat merindukan Mama hiks hiks hiks."
"Nona, apa anda bermimpi?" Bibi yang kebetulan datang dengan tujuan membenarkan selimut, menggoyang tubuh Nayara yang dikiranya mengigau.
"Bibi." Nayara memeluk bibi.
"Nona pasti rindu orang tua Nona ya," kata Bibi kasihan pada Nayara yang sering ditemui suka menagis di malam hari.
"Bibi tidur disini saja ya, temani Nayara!"
"Iya, Nona tenang ya, bibi akan menemani sampai esok," kata bibi menuruti majikannya.
***
Di pagi hari Nayara sangat berbeda. Bangun tidur Nayara sudah dalam keadaan baik-baik saja, dan wajahnya kembali berbinar, Nayara siap kembali menyusun rencana terbaru.
Nayara mandi sambil bernyanyi lagu kesukaannya bibi sedang sibuk di dapur, wanita itu menyiapkan roti bakar dan segelas susu.
Tiba-tiba ponsel Nayara berdering. Nomor tak dikenal yang kini menghubunginya diabaikan oleh Nayara. Tetapi sepertinya orang diseberang sana tak jua lelah, Nayara akhirnya menerima panggilan tersebut.
"Pagi, Honey."
"Kamu sudah gila ya? pagi buta sudah mengganggu saja," ketus Nayara.
Nayara kesal karena lelaki di seberang sana memanggilnya 'honey.'
"Galak sekali Honey, Aku jadi takut."
"Jika takut, jangan pernah hubungi aku." kata Nayara lagi.
Orang diseberang sana tertawa terbahak. "Hahaha kau masih selalu sama honey, pemarah, tidak suka dirayu dan juga tidak suka di sentuh.'
Nayara terdiam, jika lelaki diseberang sana, tahu apa yang tidak disukainya, berarti dia bukan orang asing, dia lelaki yang dikenalnya dengan baik.
"Belvan!"
"Iya, siapa lagi lelaki yang mengenalmu lebih baik dari aku?"
"Oh aku jadi tahu, apa kau yang telah mengirim boneka beruang itu?"
"Iya, kenapa? aku tahu kau suka menangis di malam hari, jadi aku memilih untuk mengirimkan boneka yang besar agar kau tak kesepian. Apa kau suka hadiahnya?"
"Aku belum menyentuhnya, karena aku tidak tahu pengirimnya. Andaikan ada namamu disana, semalam pasti aku sudah memeluknya."
"Boneka itu dariku, Honey semoga kamu suka."
Belvan sedikit kecewa, pantas saja semalam menunggu Nayara menelepon, tetapi tak kunjung ada panggilan itu. ternyata Nayara sama sekali tak bisa menebak kalau dia pengirimnya. Belvan adalah teman Nayara kuliah di California. Mereka berdua berteman akrab, Namum Nayara menjaga jarak ketika Belvan mengutarakan perasaannya. Belvan akhirnya memutuskan untuk memendam perasaannya sedalam mungkin. Menjadi sahabat bagi Nayara sepertinya pilihan terbaik.
"Belvan kamu dimana sekarang? bukankah kamu harusnya melanjutkan studi S2. tapi nomor yang kami pakai ini,"
"Iya, aku berubah pikiran, Papa meminta aku pulang untuk menggantikan posisinya sebagai direktur, dan aku akan melanjutkan studi di Indonesia saja."
"Kamu serius?"
"Iya, aku juga tak ingin jauh darimu, Honey."
"Belvan berhenti panggil aku, Honey."
"Biarlah, aku nyaman memanggilmu seperti itu."
"Keras kepala," sungut Nayara.
Nayara jadi lupa waktu karena terus berbicara dengan Belvan.
Bibi terpaksa mengingatkan dengan hati hati. "Nona, anda bisa telat."
"Oh, iya. Thank Bi, sudah diingatkan. Belvan aku minta maaf, aku harus ke kantor."
"Baiklah Honey, mau aku antar?"
"Kamu bercanda?"
"Tidak, aku tidak pernah bercanda dengan kata- kataku."
Nayara masih berbicara dengan Belvan sambil menyambar sepotong roti bakar di piring, diteguknya segelas susu dengan tergesa gesa, untung tidak tersedak.
"Bibi, Nay berangkat."
"Hati-hati Nona."
"Okey, daaaaa, Bi." Nayara berlari keluar apartement.
"Hello, Honey!" Belvan berdiri di depan pintu apartement Nayara.
"Dasar jahat! jahat kamu Belvan, kenapa kamu tidak hilang kalau sudah pulang ke Indonesia."
"Surprize!!" kata Belvan hendak memeluk Nayara, tapi seperti biasa, wanita itu selalu menghindar. digenggamnya kedua tangan Belvan yang sudah menggantung di udara.
Nayara terkejut, tiba-tiba lelaki yang suka sekali menggodanya sudah ada di depan pintu."Kau datang diwaktu yang tidak tepat, aku harus ke kantor."
"Aku akan mengantarmu."
"Jika kau mengantarku, bagaimana aku pulang nanti."
"Aku tentu akan menjemputmu." kata Belvan mengejar Nayara yang berjalan tepat menuju lift.
"Baiklah, tapi ingat, aku tidak suka kalau kamu terlambat."
"Iya, janji tidak terlambat, pulang jam berapa?"
"Jam 2, kalau lembur nanti aku kabari."
"Okey, Honey." Belvan menggandeng Nayara dengan hati sangat bahagia, setelah nyaris satu bulan tidak bertemu.
Sampai di basement, Belvan segera menarik tubuh Nayara ke mobilnya.
"Belvan membukakan pintu untuk Nayara seperti seorang pangeran pada tuan putri, Meskipun Nayara selalu menolaknya, harapan Belvan tak pernah pupus, apalagi dia sudah mengantongi restu dari Aunty dan Uncle.
"Nay, bagaimana usahamu satu bulan ini?"
"Belum ada hasil."
"Please, biarlah aku membantu." Belvan menatap Nayara penuh permohonan.
"Izinkan aku bekerja dengan caraku."
"Jika kamu menolak aku membantumu, siapa tahu kamu tidak akan menolak jika orang-orang ku turun tangan untuk membantu."
"Tidak perlu, jangan kau coba-coba ikut campur, atau aku tidak mau bertemu lagi dengan kamu."
"Baiklah, Honey. Aku tahu kamu kuat, tapi jangan sungkan hubungi aku saat kamu butuh sesuatu," kata Belvan. Sambil menyetir, lelaki itu sesekali menatap Nayara yang semakin hari semakin membuatnya kagum.
Nayara dan Belvan sudah tiba di tempat parkir perusahaan. Kebetulan kedatangan mereka tadi beriringan dengan mobil Morgan.
Morgan melihat Nayara keluar mobil mewah bersama seorang laki-laki.
Morgan terus menatap Nayara dan lelaki yang bersamanya nyaris tak berkedip.
"Nayara terlihat akrab dan selalu bercanda, membuat Morgan enggan untuk mengalihkan pandangannya.
Ada rasa berbeda yang Morgan rasakan, rasa itu seperti takut kehilangan, Morgan takut sekretaris barunya akan segera menikah dan resign dari pekerjaan.
Morgan segera keluar begitu laki-laki itu memegang kedua bahu Nayara, Morgan tidak mau menyaksikan mereka berciuman di depan matanya.
"Nay, selamat bekerja, jangan nakal. Jam dua aku akan menjemputmu."
"Siap Tuan Belvan." Nayara tersenyum sambil memposisikan tangannya seperti orang sedang hormat.
Nayara dan Belvan tertawa bersama. Belvan gemas dengan wajah lucu Nayara hingga dia mengacak rambutnya gemas.
"Ehm! ehm!" Morgan berdehem lalu menghampiri Nayara.
"Nay, tolong ikut aku, berkas yang kamu berikan padaku itu salah, Kau tidak meneliti lebih dulu. Dasar ceroboh."
"Salah! Kok bisa, Pak? kemaren anda bilang semuanya sudah benar.'"
"Iya, karena kemaren aku tidak memeriksanya dulu, seharusnya aku tidak percaya begitu saja pada laporan yang kau berikan, kinerjamu minggu ini menurun, itu pasti karena kamu sibuk pacaran."
Belvan nampak geram melihat Morgan memarahi Nayara di pagi hari. Tapi Belvan menahannya karena Nayara meremas lengannya kuat, sebagai kode untuk melarang bicara.
"Nay!" protes Belvan.
"Sudahlah, aku akan masuk, kamu cepat pulang sana," usir Nayara mendorong Belvan masuk ke mobil.
Morgan nampak menunggu Nayara dengan raut tidak bersahabat, Setelah urusan dengan Belvan selesai Morgan menarik lengan Nayara dan mengajaknya masuk.
Nayara memberontak ketikawrwka berdua tiba di lift.
"Pak, lepas! aku bukan anak kecil kenapa harus ditarik-tarik." Nayara menghempaskan tangan Morgan.
"Katakan padaku siapa laki-laki tadi?"
"Bukan urusan anda siapa dia, bukankah urusan kita hanya masalah pekerjaan."
"Nay, aku bertanya padamu siapa laki-laki tadi?" Morgan makin kesal karena Nayara tak kunjung menjawab, bahkan gadis itu terkesan mengacuhkan pertanyaan direkturnya.
"Siapapun dia, yang jelas tidak akan mengganggu kinerjaku di perusahaan ini, apalagi mengganggu anda," jawab Nayara sambil menatap kedua mata Morgan.
"Kamu yakin?" ujar Morgan sambil melipat tangannya di dada.
"Ya, anda bisa melihatnya nanti," kata Nayara dengan percaya diri.
Thor kau survei sejuta lelaki manapun pasti 100% tidak ada yang mau punya pasangan kayak bayaran
Thor kau kira wanita saja yang punya harga diri , saat ditolak dan direndahkan didepan wanita lain pasti kalian tidak akan Terima
begitu juga lelaki pasti direndahkan dan ditolak didepan pria lain, kalau kau konsisten dengan karakter Morgan, 100% lelaki kayak Morgan tidak bakalan mau punya pasangan kayak nayara
*coba sebutkan 1 hal saja yang membuat Morgan beruntung dapat nayara?
tapi kalau kesialan banyak, dipermalukan, direndahkan, dijadi budak cinta, disakiti, dibuat semaunya, jika dibutuhkan diambil tapi jika tidak butuh dibuang begitu saja
Morgan kalau lelaki punya harga diri dan akal pasti tidak akan mau punya istri kayak nayara
itu fakta