Mengejar Gadis SPG

sinar matahari pagi yang sudah mulai menampakkan dirinya, cahaya nya menembus pepohonan masuk ke sela-sela dedaunan yang masih menyisakan sisa-sisa air hujan semalaman di pegunungan, tetesan demi tetesan menciptakan bunyi yang menenangkan, kabut yang menyelimuti sudah mulai terurai.... kicauan burung saling bersautan tetapi tidak membuat sepasang pengantin baru itu terganggu dari tidur panjangnya, aktivitas panjang yang telah mereka lewati kemarin dan di tambah semalaman suntuk membuatnya benar-benar lelah, tenaga dan pikiran sudah terkuras habis,kini sedang menciptakan energi baru untuk menghadapi dunia yang begitu kejam.

saat matahari mulai meninggi, dan cahaya panasnya menembus sela-sela tenda bagian jendela nya membuat sepasang mata terganggu.

"emmmm"

Affan melenguh panjang.... perlahan matanya terbuka, setelah benar-benar terbuka sempurna, bibirnya melengkung ke atas, melihat seorang wanita dengan rambut acak-acakan berada di atasnya masih dalam satu selimut, Affan mengelus lembut rambut sang istri, menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantiknya....

sungguh kebahagiaan yang tiada Tara, yang baru pertama kali Affan alami, menyentuh seorang gadis yang sangat dia cintai secara ugal-ugalan , bahkan ia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk mendapatkan gadis pujaannya.

Ingin setiap hari nya seperti ini, setiap kali membuka matanya, yang pertama kali dia lihat adalah istrinya...

Cup...

Affan mencium lama kening sang istri, mencium nya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan...namun tak membuat istrinya terbangun, tidurnya begitu nyenyak, semalaman ia tidur di atas Suaminya, mungkin karena aktivitas yang di laluinya terlalu berat sehingga matanya enggan terbuka.

" maafkan aku sayang....bukan kasur empuk dan hotel mewah yang menjadi saksi penyatuan kita, tetapi tenda kecil dengan ruangan terbatas, serta kasur tipis yang menghalangi kita dari dinginnya tanah yang berlapis rumput. Tapi percayalah, kisah kita di mulai dari sekarang, aku mencintaimu Alea, sangat mencintaimu....

cup...

Affan me****m b***rnya sekilas, lalu perlahan bangkit dari pembaringan nya, dengan hati-hati memindahkan tubuh sang istri ke kasur yang sedang ia tempati,

Affan mengambil handuk yang berada di sampingnya, dia tersenyum karena ada noda merah di sana, Affan mengambil ponsel sang istri lalu memotret nya dan langsung mengirimkan ke nomor nya, banyak notifikasi dari email yang hanya menggunakan inisial saja, tapi Affan tak ingin mengungkit lebih jauh privasi sang istri, ia meletakkan kembali ponsel istrinya.

Tak sengaja melihat jam pada ponsel sang istri, matanya terbelalak... karena ternyata saat ini sudah pukul 11.00 siang.

Affan mengambil sarung lalu memakainya, perlahan membuka tenda dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara.

Affan memungut bajunya yang tergantung pada sisi tenda, ternyata semuanya sudah kering akibat panasnya matahari yang langsung memantul pada baju-baju yang bergelantungan.

Affan menutup kembali tendanya, juga menguncinya rapat-rapat dari luar agar tidak ada hewan liar yang masuk.

Lalu berjalan ke arah sungai yang tidak jauh dari tempatnya berteduh dengan membawa baju ganti....jadi Affan bisa mandi sekaligus mengawasi tendanya...

air mengalir begitu jernihnya membuat tubuh yang terasa lengket akibat sisa-sisa percintaan semalam menjadi lebih segar, dan hilang terbawa oleh arus air yang tenang...tak lupa Affan juga mencuci handuk bekas semalam... senyumnya tidak pernah hilang dari bibirnya semenjak dirinya terbangun dari tidurnya...

matanya tak lepas dari tenda yang berwarna jingga tersebut, yang masih berdiri kokoh menyelimuti tubuh istrinya.

Setelah selesai, Affan kembali lagi ke tendanya dan mencoba untuk membetulkan kompornya yang semalam tidak bisa dihidupkan.... Affan terkejut karena baru sekali mencoba memutar tombolnya, kompor itu telah mengeluarkan api yang berwarna biru... Affan benar-benar takjub...

"Lihatlah sayang, bahkan sang pencipta saja mendukung penyatuan kita semalam, penyatuan yang seharusnya kita lakukan saat kita baru menikah" ucap Affan tersenyum,

Lalu mengambil botol-botol yang berisi air hujan semalam, Affan berniat ingin membuat sarapan sekaligus makan siang untuk dia dan istrinya, roti panggang dengan segelas susu menjadi menu utamanya....

Aroma harum dari roti bakar tersebut tercium sampai masuk ke dalam tenda, aromanya memenuhi tenda yang berukuran tidak terlalu besar itu...

Emmmmm

Alea melenguh panjang.... membuka matanya pelan-pelan, keringat sudah membasahi tubuhnya... Alea meraba-rapa ponselnya yang semalam ia letakan tidak jauh dari telinganya agar dia bisa mendengar alarm subuh.

Matanya terbelalak karena melihat jam di ponselnya yang saat ini menunjukkan pukul 11.30 siang... pantas saja keringatnya sudah banyak karena cuacanya sangat terik sampai menembus tenda yang berbahan polyester .

"astagfirullah.... maafkan aku ya Allah, aku telah melewatkan waktu karena tidurku terlalu nyenyak" sesal Alea pelan, dirinya benar-benar tidak mendengar sama sekali bunyi alarm, padahal bukan hanya sekali bunyinya tetapi setiap 15 menit berbunyi, tetapi tidak bisa membangunkannya sama sekali.

Hufff...

alea menghembuskan nafasnya kasar, dia mencoba bangkit dari tidurnya,

" astagfirullah, Kenapa seperti ini"Alea terkejut karena ternyata dia tidak memakai apa-apa selain selimut tipis yang menutupi tubuhnya. lalu dia membungkus seluruh tubuhnya menggunakan selimut. perlahan dia mencoba untuk duduk.

Saat dia akan bangkit....

"Aaaaaa"

Alea menjerit karena merasakan sakit yang luar biasa di daerah intinya...

Affan yang sedang mengaduk susunya langsung sigap, dan menuju ke arah tenda, karena mendengar suara istrinya menjerit.

" Alea ....ada apa sayang....?" tanya Affan dengan sangat lembut.

" kak....!" matanya berkaca-kaca,

" iya....ada apa....Hem?" tanya Affan dengan lembut....

" apakah semalam kita melakukannya ?" tanya Alea terisak.

Affan merasa bersalah melihat istrinya yang mulai menangis,

Affan langsung menarik tubuh sang istri untuk dipeluknya.

" maafkan aku Alea, aku terpaksa melakukannya... aku tidak punya pilihan lain, semalam kamu mengalami hipotermia, dengan cara itu satu-satunya untuk menyelamatkanmu, tolong maafkan aku, Jangan pernah membenciku karena kejadian semalam, aku .. aku berjanji tidak akan pernah melakukannya lagi tanpa seizin mu" ucapnya merasa bersalah, hatinya merasa sakit melihat orang yang di cintai nya menangis karena ulahnya

, sedangkan Alea masih terisak di pelukan suaminya, sebenarnya tidak masalah kalau mereka melakukannya, karena itu memang sudah kewajiban seseorang yang sudah menikah, hanya saja waktunya masih terlalu cepat, alea belum benar-benar siap untuk melakukannya, tetapi semuanya sudah terjadi, mau bagaimana lagi .

Alea menghapus air matanya lalu tersenyum, mengurai pelukannya...

" tidak apa-apa kak, Aku tidak pernah membencimu, sudah sepantasnya kita melakukan nya, karena itu termasuk ibadah, hanya saja aku masih terkejut ... juga.....sakit" ucapnya menunduk karena malu,

Affan tersenyum merasa lega, karena tangis itu, bukan tangis karena menyesal ataupun benci, melainkan tangisan terkejut juga sakit.

" kalau begitu, aku akan membawa mu ke sungai untuk mandi" tanpa aba-aba, Affan langsung mengangkat tubuh sang istri yang sudah terbungkus oleh selimut.