NovelToon NovelToon
My Perfect Stranger

My Perfect Stranger

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Perasaan / Duda / Romansa Modern / Cinta setelah menikah / Tinggal bersama / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Pengantin Pengganti
Popularitas:5.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Nisaaayu

Berniat ingin menyelamatkan seorang pria dari pengkhianatan pernikahan justru membuatnya terlibat dan malah menjadi pengantin wanita pengganti. Friska Hallin Amanda, seorang gadis yang terpaksa berurusan dengan sang mempelai pria yang ternyata seorang CEO terkenal.

Dia tidak menyangka bahwa perbuatannya yang merusak pernikahan CEO tersebut justru mengantarkannya kepada pernikahan yang tak pernah Ia bayangkan. Friska terpaksa menggantikan mempelai wanita untuk menyelamatkan nama baik sang CEO.

"Saya tidak mau menikah dengan bapak!"

"Kamu harus mau! nama baik saya akan dipertaruhkan saat ini. Atau saya akan menghancurkan hidupmu beserta keluargamu!" begitulah ancaman Ardigo yang membuat pernikahan palsu itu akhirnya terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisaaayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapakah Lelaki Itu?

"Bukan begitu. Aku senang dia memanggilku Mama, tapi... bukankah kamu membenciku?" tanya Friska polos

Ardigo menatap lamat lamat ke bola mata istrinya itu sebelum berujar

"Kamu pantas dengan panggilan itu. Saya tidak mampu membenci orang yang menyayangi dan disayangi oleh putra saya"

Friska terkesiap mendengar ucapan Ardigo. Apakah pria tersebut baru saja memujinya? apakah berarti pria itu sudah mempercayainya? itulah pertanyaan yang terlintas di benaknya saat ini

"Itu... karena aku hanya tidak ingin membuat Vano kecewa. Entah nanti aku bisa menjadi sosok ibu seperti yang diharapkannya atau tidak, aku hanya takut mengecewakannya" Friska benar benar menyuarakan isi hatinya. Itulah kekhawatirannya saat ini

"Kamu sudah memulainya dengan baik sejauh ini. Percayalah, Vano adalah anak yang pintar. Dia tidak akan menyulitkanmu" ucap Ardigo.

Friska tidak bisa berbohong bahwa dia merasakan sedikit kelegaan saat mendengar ucapan sang suami, meskipun pria itu berbicara dengan nada datar seakan tidak berniat untuk menenangkan, tapi tetap saja Friska merasakan kelembutan di balik ucapannya itu

"Terimakasih sudah mempercayaiku" ujar Friska tulus

"Terimakasih juga untuk hari ini dan hari hari sebelumnya. Vano sangat menikmati setiap harinya bersamamu. Sekarang saya merasa bahwa putra saya sudah seperti anak yang lain, lepas dan tanpa beban."

"Mari bekerjasama untuk membahagiakan Vano" ucap Friska sambil mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Ardigo

Pria itu menatap bergantian pada tangan dan juga wajah Friska, dia merasa tergelitik dengan sikap Friska. Ardigo merasa yang dilakukan Friska saat ini sangatlah lucu, tapi kemudian dia mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Friska yang terasa mungil lalu menggenggamnya dengan erat. Setelah beberapa saat berjabatan tangan, Friska pun melepaskannya dan berniat kembali ke kamar. Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara bariton di belakangnya.

"Saya harap kamu menepati janjimu kepada Vano" ucap Ardigo bersandar di pembatas balkon sambil menatap punggung Friska

"Aku akan menepati janjiku untuk membahagiakan dan menemaninya selamanya. Walaupun nanti waktuku disini sudah habis, tapi Vano tidak akan kehilangan diriku" balas Friska yakin yang hanya diangguki oleh Ardigo. Dia tidak lagi membalas ucapan Friska

Setelah melihat Friska memasuki kamar, Ardigo kembali membalikkan tubuhnya untuk melihat pemandangan kota sambil memikirkan ucapan Friska. Jujur saja, kalimat terakhir yang dilontarkan oleh gadis itu sedikit mengganggu pikirannya

****

Pagi ini Friska terlihat mondar mandir di ruang tengah apartemen, dia baru saja selesai menghubungi kedua sahabatnya. Saat membuka ponsel sewaktu bangun tadi, dia dikejutkan dengan sebuah notifikasi dari pihak Fabiyan's Corp yang menyatakan bahwa dia diterima di perusahaan tersebut. Pesan itu tampaknya dikirim tadi malam, terbukti dari waktu yang tertera disana. Friska sangat terkejut dan langsung saja menghubungi kedua sahabatnya. Pasalnya dia belum mengikuti tes wawancara, tapi sudah diterima begitu saja. Namun, mereka kompak mengatakan bahwa mereka tidak menerima pesan apapun

Friska semakin bingung saat mengingat hal tersebut.

Kenapa hanya aku yang diterima disana? batin Friska tidak habis pikir

"Ada apa denganmu?" interupsi sebuah suara di belakangnya membuat Friska terlonjak kaget

"Astaga! kenapa kamu selalu saja muncul tiba tiba?!" sungut Friska kesal dengan Ardigo yang membuat jantungnya hampir saja melompat

"Seperti setan saja" tambah Friska lirih

"Saya bisa mendengarnya nona Friska" ujar Ardigo yang dibalas dengan tatapan tidak peduli oleh gadis itu

"Kamu belum menjawab pertanyaan saya. Kenapa kamu terlihat begitu gelisah ?" ulang Ardigo

"Aku diterima di Fabiyan's Corp"

"Lalu apa masalahnya?" tanya pria itu heran

"Masalahnya teman temanku tidak menerima pesan yang sama dari pihak Fabiyan's Corp"

"Bukankah yang terpenting kamu diterima disana?"

"Tidak! jika teman temanku tidak diterima disana, maka aku akan mengajukan pembatalan. Aku tidak mau sendirian di perusahaan sebesar itu"

Ardigo menghela nafas sejenak saat mendengar ucapan Friska

Dasar gadis aneh. Batin Digo tidak habis pikir

"Terserah kau saja" ujar Ardigo lalu duduk di sofa ruang tengah. Pagi ini dia memang bersiap sedikit lebih awal. Pria itu kemudian sibuk dengan ponselnya dengan raut wajah yang serius

Friska memilih mengabaikan ucapan sang suami dan berlalu menuju kamarnya untuk membangunkan Vano dan membantu bocah itu bersiap siap untuk ke sekolah

Suasana hening tercipta di meja makan, mereka semua makan dengan tenang dan lahap. Tiba tiba ponsel Friska berdering, dia lalu mengangkatnya

"Ada apa, Sya?" tanya Friska

"APA?? Jadi kamu juga diterima disana? bagaimana dengan Naura? Apakah dia juga mendapatkan pesan yang sama?" tanya Friska antusias. Ardigo hanya menatap istrinya sambil sedikit menggelengkan kepala

"Syukurlah. Aku tidak percaya kita bertiga bisa langsung diterima disana" ucap Friska lagi dengan ekspresi bahagia yang tidak bisa ditutupinya.

Ternyata dia lumayan cantik juga. Batin Ardigo melihat raut bahagia Friska

"Baiklah. Aku juga akan masuk kerja hari ini, sampai jumpa"

Friska pun kemudian memutus panggilannya dan kembali memakan sarapannya. Diterimanya Tasya dan Naura tidaklah lepas dari campur tangan Ardigo. Pria itu tadi menghubungi Andre untuk mengurusnya. Dan seperti biasa, pria itu selalu dapat diandalkan

"Mama bekerja dimana?" tanya Vano yang sejak tadi masih fokus dengan sarapannya. Ada getaran aneh yang dirasakan Friska saat mendengar dirinya dipanggil dengan sebutan Mama

"Di kafe teman Ma-mama, sayang" Friska masih sangat kaku untuk menyebut dirinya dengan sebutan Mama

"Wahhh apakah disana seru?"

"Tentu saja. Disana Mama punya banyak teman yang baik dan menyenangkan"

"Teman Mama hebat, bisa punya kafe" ujar Vano memuji sosok teman yang disebutkan Friska

"Iya, dan dia juga sama seperti Vano"

"Maksudnya?"

"Tampan" balas Friska sambil tertawa. Dia hanya berniat menggoda Vano, namun ternyata ada sepasang mata yang menatap tidak suka ke arahnya

"Ekhemm apakah Papa kurang hebat?" tanya seseorang yang sejak tadi hanya menjadi penonton. Seketika Vano dan Friska kompak menoleh ke arahnya

"Emm.. apakah Papa hebat, Ma?" tanya Vano seolah meminta pendapat Friska. Ternyata bocah itu juga bisa bercanda dan jahil, terbukti saat ini dia tengah menggoda sang ayah

"Hmm... bagaimana, ya? sepertinya lumayan" balas Friska mengikuti permainan Vano. Seketika membuat pria dewasa tersebut menahan kesalnya karena hanya diberi nilai 'lumayan'. Sedangkan Vano dan Friska berusaha menahan tawa mereka

"Lalu diantara Papa dan teman Mama itu, siapakah yang lebih tampan?" tanya Vano lagi. Ardigo sudah memasang pendengarannya dengan tajam, agar tidak salah mendengar jawaban Friska

"Hmm Papa Vano tidak terlalu jelek sih, lumayan tampan juga. Tapi entahlah, sangat sulit untuk memutuskannya" ujar Friska menelisik wajah Ardigo seolah sedang melakukan penilaian sambil berusaha menahan tawanya

"Apakah sesulit itu?" tanya Ardigo tidak suka

"Iya, sulit untuk memutuskanmu menjadi pemenangnya"

"Kenapa dari tadi kamu terus saja mengatakan bahwa saya lumayan? I'm more than enough, Friska!" tegas Ardigo yang mengundang tawa lepas dari dua manusia di depannya, yaitu Vano dan Friska. Mereka tidak menyangka bahwa Ardigo bisa se PD ini

"Iya iya iya" balas Friska mengalah. Namun hal itu tidak membuat kekesalan Ardigo memudar, karena gadis itu terkesan tidak ikhlas

"Oh iya, apakah Mama bisa ikut mengantar Vano ke sekolah?" tanya Vano mengalihkan topik pembicaraan

"Apakah aku bisa ikut?" tanya Friska polos kepada pria dewasa di depannya

"Ya" balas Ardigo cuek

"Baiklah, Mama akan ikut mengantar Vano"

"Yeayyy" sorak Vano

Setelah tiba di sekolah, mereka semua turun dari mobil

"Jadilah anak yang pintar dan baik ya, sayang. Mama dan Papa sangat menyayangi Vano" ucap Friska mengelus kepala Vano lembut

"Oke, Ma. Vano juga menyayangi Mama dan Papa" balas Vano

"Nanti jemput Vano lagi ya, Ma" pinta Vano penuh harap

"Iya, sayang"

Setelah memastikan Vano masuk dengan selamat, mereka pun kembali naik ke mobil dan melesat dari sana

"Mas, bisa tolong antarkan aku ke kafe?"

"Dimana kafenya?"

"Di tempat kamu menjemputku waktu itu"

"Kamu bekerja disana?"

"Tentu saja. Tidak mungkin kan aku pemiliknya"

"Selalu menyebalkan" ujar Digo pelan, namun tidak ditanggapi oleh Friska

"Terimakasih ya, Mas. Kamu hati-hati di jalan"

"Iya"

Lalu setelah itu Friska langsung memasuki kafe tersebut. Namun ternyata Ardigo tidak langsung pergi, dia melihat seorang pria yang juga baru turun dari mobil lalu menghampiri Friska dan berjalan beriringan dengan gadis itu

"siapa sebenarnya laki laki itu?" gumam Ardigo pelan, ini adalah kali kedua dia melihat laki laki tersebut bersama Friska

Tak mau ambil pusing, dia kemudian menancap gas lalu melesat menuju kantornya

To be continued.

1
Nuryati Yati
Rivan ma Tasya aja thor
Rahmi Ami
Luar biasa
Christina Hartini
Digo menyiapkan surprise untuk Friska ( rumah idaman Friska ) mungkin ya
Christina Hartini
setuju 👍
Nuryati Yati
semangat thor
Nuryati Yati
😭😭😭
Nuryati Yati
rasakno Vania makanya punya mulut tu di jaga jangan seenaknya asal jeplak
Nuryati Yati
👍👍👍
Nuryati Yati
sombong amat Digo
Nuryati Yati
😅😅
Nuryati Yati
mulai mengagumi
Nuryati Yati
si Digo negative thinking terus minta di getok ni otaknya
Nuryati Yati
katanya sayang sama anak kok ngasih makanan gk sehat
Nuryati Yati
Digo jd papa egois gk paham dan ngerti keinginan Vani
Nuryati Yati
pedes amat mulut nya Ardigo pen tk tapok sandal 😁
Nuryati Yati
Bpk nya Friska kemana kok di titipin panti asuhan
Fitri Saadah
Luar biasa
Nuryati Yati
mampir
Ida Damayanti
❤️❤️❤️❤️❤️
etna winartha
ceritranya enak dibaca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!