"Aku mencintai Akselia Hanum tidak perduli dia berasal dari garis keturunan siapa, aku berjanji akan membawa cintaku hingga ke surga untuknya, aku akan menjaga dan melindunginya, aku akan berada disisinya walau apapun yang terjadi" gumam Aksara Banyu seraya menatap lirih wanita berbalut kebaya putih yang nampak menangis ditengah para tamu undangan pernikahannya. Acara pernikahan yang seharusnya berlangsung sakral dan meriah itu berubah menjadi bencana untuk keluarga besar seorang pengusaha besar Arman Hamdi, saat calon mempelai pria memutuskan membatalkan pernikahan itu sesaat sebelum ijab qabul dilaksanakan, Dirga Grahana sang calon suami Akselia Hanum memilih mundur dari pernikahan itu setelah mendengar nama asli dari Ayah kandung Akselia Hanum.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon snow white, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7
Bapak Tarmidzi,bapaknya Galuh mengadukan Aksara ke polisi dengan tuduhan membawa kabur Galuh,bahkan membawa polisi ke kampus Aksara.
"Nah,itu dia pak orangnya,yang membawa kabur anak saya" sengit pak Tarmidzi seraya menunjuk Aksara
"Bapak" lirih Galuh pelan
Pak Tarmidzi dan kedua polisi itu pun mendekati mereka. sontak saja hal ini memancing keramaian di taman kampus,semua mata tertuju kepada mereka.
"Selamat siang,apakah anda yang bernama Aksara Banyu?" tanya salah satu polisi itu
"Siang pak,betul saya Aksara Banyu,ada apa pak?" jawab Aksara tetap berusaha tenang
"Tangkap saja pak langsung,ini sudah terbukti kok, anak gadis saya bersama dia dan bawa tas lagi, apalagi kalau bukan mau kawin lari" sarkas pak Tarmidzi lagi
"Bapak..." ucap Galuh dengan nada khawatir
"Tenang pak,jangan langsung marah seperti itu, semua harus jelas dan pakai SOP,kita tidak bisa langsung main tangkap,kita dengar dulu alibi dari Mas Aksara nya" ucap petugas polisi yang lain
"Maaf sebelumnya pak,untuk menghindari keributan di lokasi kampus sebaiknya kita ke pos satpam saja,biar lebih nyaman pembicaraan nya" ucap Aksara seraya melangkah menuju pos satpam
Mahasiswa semakin berkerumun menonton mereka,Aksara merasa prihatin terhadap Galuh.
Mereka pun berkumpul di pos satpam.
"Ada apa Mas Aksara?" tanya seorang satpam kampus
Aksara pun menjelaskan duduk persoalannya.
"Elleh... elleh... mana ada maling yang mau mengaku" sarkas pak Tarmidzi lagi
"Bapak stop... sudah" seru Galuh yang mulai resah
"Pak Tarmidzi,sebaiknya jangan memotong pembicaraan dulu,biarkan Mas Aksara menyelesaikan penjelasannya" lerai petugas polisi itu lagi
Setelah mendengar penjelasan Aksara,polisi itu pun kembali bertanya
"Apakah ada yang bisa membuktikan keberadaan Mas Aksara selama di kampus?" tanya Pak Polisi
Sebelum Aksara menjawab
"Sudah cukup Pak Polisi,Aa Aksara tidak bersalah jadi tidak perlu membuktikan apapun, saya lah yang datang kesini mencari Aa Aksara atas kemauan sendiri bukan paksaan dari siapa pun apalagi dari Aa Aksara,saya kabur dari rumah dari bapak saya yang egois,saya lelah saya takut saya capek Pak,bapak saya egois,saya dipaksa menikah,saya gak mau,saya mau kabur saya mau mati saja" ucap Galuh dengan suara tergetar air matanya tumpah membasahi wajahnya tirusnya yang nampak lelah
"Galuh..." seru sang Bapak dengan nada tinggi
"Pak Tarmidzi tenang pak,bapak dengar sendiri kan,anak bapak Galuh sudah mengakui kalau dia ada disini karena kabur sendirian atas kemauan sendiri bukan paksaan apalagi dibawa kabur sama Mas Aksara nya" ucap Pak Polisi itu lagi
Bapak Tarmidzi seketika bungkam.
"Sebaiknya kamu pulang ikut bapakmu Galuh, saya kan sudah bilang,terima yang berniat baik kepada mu,saya baik-baik saja kok" ucap Aksara kemudian
Galuh hanya diam menatap Aksara. pandangannya kabur tertutup air mata.
"Betul mba Galuh,sebaiknya mba Galuh ikut bapaknya pulang,kasian Mas Aksara nya tidak mengerti apa-apa" ucap Pak polisi
"Aa Aksara" lirih Galuh
Aksara pun bangkit mendekati pak Tarmidzi dan menyalaminya,dengan enggan Pak Tarmidzi menyambut tangan Aksara sekilas saja.
"Maafkan saya ya Pak" ucap Aksara singkat
"Terimakasih juga ya Pak" ucap Aksara lagi sambil menyalami kedua petugas polisi itu
"Sama-sama Mas Aksara,maaf atas keributan ini, maaf atas ketidaknyamanannya ya" jawab petugas polisi itu
Aksara pun melangkah keluar tanpa menegur Galuh lagi,semakin lama dia berada disitu,akan semakin enggan buat Galuh untuk pergi.
Galuh hanya menatap punggung Aksara dengan sedih dan hati yang hancur.
Interval time
Yudisium dan Wisuda Aksara Banyu pun tiba. dia berhasil meraih nilai cumlaude dan prestasi Mahasiswa terbaik serta pelaporan hasil magang terbaik.
Bapak Halim Santoso dan ibu Khadijah Nur yang hadir meneteskan air mata menyaksikan putra kebanggaan mereka meraih prestasi yang luar biasa.
"Selamat ya Nak,ibu bangga sama kamu Nak" ucap ibu Khadijah seraya memeluk erat putranya
"Terimakasih bu,berkat doa ibu" ucap Aksara yang ikut menangis
"Kamu hebat Nak" ucap sang Bapak terharu
"Terimakasih pak berkat doa bapak juga" ucap Aksara lagi seraya memeluk erat bapaknya
Mereka pun kembali ke Desa Tanjungsari dengan penuh kebahagiaan.
Jakarta
Setelah pertengkaran hebat antara Ibu Masyitah dan Nyonya Rugayyah,suasana rumah terasa canggung. Ibu Masyitah lebih banyak mengurung diri di kamar,dia memilih menghindar bertemu Nyonya Rugayyah.
"Abang,maafkan ibu ya,maafkan saya juga yang terlalu egois memaksa Abang untuk menerima Ibu tinggal bersama kita" ucap Ibu Masyitah kepada sang Suami
"Tidak masalah sayang,kita hanya perlu bersabar, ibu Rugayyah tidak punya keluarga yang lebih dekat lagi selain kita disini,kita berdoa saja kepada Allah agar terbuka pintu hati ibu Rugayyah mau menerima kembali kehadiran Akselia sebagai cucunya seperti Annira" ucap Pak Arman seraya mengusap pucuk kepala sang istri
"Kasihan Akselia Bang, sudah terlalu sering menerima penolakan,saya bisa melihat luka dalam disorot matanya,Akselia tidak bersalah Bang,dia tidak minta dilahirkan dalam keadaan seperti ini" ucap Ibu Masyitah pelan,airmata nya tumpah
"In shaa Allah Akselia putri yang kuat dan sabar seperti ibu yang melahirkannya dan ibu yang merawat serta membesarkannya" ucap Pak Arman lagi seraya memeluk erat sang istri tercinta
Waktu begitu cepat berlalu,bulan puasa terlewati dengan hikmat,saatnya menyambut idul fitri.
Pak Sugeng Santoso memenuhi janjinya untuk menjenguk Kakak laki-laki nya beserta keluarga mereka.
Suasana haru pertemuan mereka di rumah sederhana milik saudara laki-laki nya.
"Alhamdulillah panjang umur dan sehat kita bertemu lagi ya" ucap Pak Sugeng kepada kedua keponakan gadisnya Gendis dan Gianna
"Iya Paman" jawab mereka
"Kalian sekolah yang baik ya,abis itu kuliah nanti ikut Paman ke Jakarta,kerja di sana" ucap Pak Sugeng lagi
"Baik Paman" jawab mereka lagi
Di dapur nampak Bu Sri dan Bu Khadijah sedang menyiapkan makan malam.
"Ini ikan kakap asam pedah sengaja saya bikin untuk kakak dan Abang Halim serta anak-anak, ada nasi tutug oncom juga" ucap Bu Sri seraya membuka bungkusan besar itu
"Kenapa mesti repot-repot sih de Sri,kan disini juga sudah kami siapkan to" ucap Bu Khadijah
"Gak apa-apa kak,gak setiap hari juga kok" jawab Bu Sri seraya tersenyum
"Terimakasih ya de,ayo kita makan bersama" ucap Bu Khadijah lagi
Mereka pun menyantap makanan bersama dengan suasana hangat
"Kak Aksara setelah selesai wisuda ini,ada rencana kerja dimana?" tanya Arazka
"Sementara ini masih bantu-bantu di kampus de, belum ada yang pasti nih dimana nya" jawab Aksara
"Bagaimana kalau ikut kami kembali ke Jakarta saja,kerja di perusahaan Pak Arman lagi,toh sudah punya pengalaman magang disana" ucap Arazka
Aksara terhenti sejenak.
"Wah... ide bagus tuh,kalau Aa' sudah di sana menetap dan kerja,kita bisa ikut nyusul untuk kuliah di sana juga" ucap Gianna bersemangat
"Sudah... makan saja dulu,nanti lagi bicaranya" ucap Pak Sugeng seraya tersenyum penuh arti
Usai makan malam, Aksara,Pak Halim dan Pak Sugeng pun berdiskusi di teras rumah.
"Sebenarnya Paman datang kesini juga karena membawa amanat dari Pak Arman, jadi setelah beliau membaca hasil evaluasi kinerja mu selama kamu magang tiga bulan di perusahaan kemarin itu,beliau jadi kagum dan tertarik berniat mengajakmu bergabung kembali dengan perusahaan tapi kali ini sebagai pegawai tetap Nak" ucap Pak Sugeng dengan serius
Pak Halim dan Aksara hanya terdiam menyimak sesaat.sejurus kemudian Aksara menarik nafas dalam.
"Bagaimana Pak,saya boleh kembali ke Jakarta lagi?" tanya Aksara kepada sang Bapak yang nampak diam dengan pandangan menerawang jauh
"Kak,sebaiknya ijinkan Aksara pergi ke Jakarta, sangat disayangkan jika potensi kerja Aksara tidak dikembangkan di kota besar, bahkan Pak Arman sendiri mengakuinya" ucap Pak Sugeng kepada Pak Halim
Pak Halim pun menarik nafas dalam.
"Ya,terserah Aksara saja,saya sebagai bapak cuma bisa mengikuti yang penting itu yang terbaik buat hidup Aksara,asal bisa mawas diri,jaga kehormatan diri dan keluarga,jaga amanah dan kepercayaan orang kepada kita,jangan keblinger, selalu ingat Allah dimana pun kita berada" ucap Pak Halim
"Iya Pak" jawab Aksara seraya menunduk dalam
"Tenang saja Kak,in shaa Allah Aksara akan baik-baik saja dan bisa sukses,kakak dan juga kak Khadijah doa kan saja Aksara,nanti kan ada saya dan ibu nya Arazka yang ikut menjaga,in shaa Allah baik-baik saja" ucap Pak Sugeng lagi
Setelah Aksara berlalu.
"Sugeng,jaga Aksara baik-baik ya disana,selalu ingatkan jika dia salah,jangan ragu menasehatinya pula" ucap Pak Halim
"Tenang Kak,in shaa Allah Aksara anak yang baik anak yang amanah dan jujur,kakak dan kak Khadijah sudah mendidik dia dengan baik" ucap Pak Sugeng
"Bagaimana kabar Pak Arman dan istrinya?" tanya Pak Halim lagi
"Mereka baik-baik saja,Alhamdulillah... bagaimana perkembangan lahan perkebunan dan pertanian Pak Arman?" tanya Pak Sugeng lagi
"Lancar,pengiriman bahan pangan yang fresh juga lancar" jawab Pak Halim
"Syukurlah Kak" ucap Pak Sugeng lagi
Keluarga Pak Sugeng pun segera kembali ke Jakarta. dan Aksara akan menyusul kemudian.