Cerita penuh adegan sadis, kekerasan mohon bagi pembaca menyesuaikan usia !!
RM 2, Kisah sang Raja Mafia kedua.
Sehari sebelum pertunangannya, Joella mendapatkan kejutan yang tidak dia inginkan. Di hari bahagia dengan kekasihnya, Maximillian. Tiba-tiba saja, Isabella, istri sah Maximillian datang dan membawa anak.
Joella yang merasa sakit hati dan kecewa, berencana akan pergi meninggalkan kekasihnya, tapi dengan segala kegilaannya, Maximillian terus menahan Joella.
“Sejak kita bertemu, kau adalah milikku, dan wanita kesayanganku, Joella. Aromamu seperti alkohol yang memabukkanku, tubuhmu adalah bentuk terindah yang pernah aku lihat.”
“Kau mencintaiku, atau terobsesi padaku ??”
Maxi menyeringai licik, “Both.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnes Fetrika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. RM2 : Acara penting 3
“Dad, sudahlah.. Diavolo menunggu kita di ruangan.” Ujar Maximillian melihat suasana yang sedikit berubah akibat pertikaian kecil dari ayahnya dan juga Sophia.
“Freya, kau juga bisa ikut. Ada Joella, disana, kau juga mungkin bisa berteman baik dengan Michella.” Ujar Maxi melihat ke arah Freya, gadis itu tersenyum kecil, sembari mengangguk.
“Baiklah, Kak Maxi aku akan ke sana..”
Panggilan kak dari Freya kepada Maxi, membuat semua tamu yang tadinya berfikiran negatif mengenai Freya kini terdiam semakin malu, mereka berfikir jika Freya adalah sugar baby, atau simpanan dari Marcelo, tapi rupanya tidak. Panggilan kak, dari Freya cukup menjelaskan semuanya.
“Baiklah kalau begitu, setidaknya ada sedikit udara segar disana.”
“Beberapa partnermu ada disana, dan partnerku. Termasuk Alejandro.” Ujar Maxi dengan nada sedikit lirih, Marcelo menyeringai dengan nada liciknya.
“Ah~ ini akan semakin menyenangkan.” Ujar Marcelo semakin senang. Lalu melirik ke arah Sophia di sana.
“Kau boleh ikut di dalam sana juga ada Calvin, tapi ingat !! Jaga bicaramu, dan jaga perilakumu !!” Ujar Marcelo menjelaskan dengan tegas di bagian akhir dengan nada dinginnya, membuat siapapun pasti akan takut dan menunduk mendengarkan nada suara dan tatapan tajam itu.
...
Disisi lain, ruangan yang dipesan secara pribadi benar-benar mewah dan megah, ada sebuah kursi sofa cukup besar, meskipun terlihat seperti ruangan meeting kantor, tapi suasana yang begitu meriah, beberapa minuman dan makanan snack di sediakan di sana.
Benar perkataan Maximillian, meskipun beberapa adalah partner dari Marcelo, ada juga yang musuh dalam selimut yang datang ke sana. Yaitu Calvin dan Alejandro, juga beberapa pengkhianat lainnya. Maxi tidak bodoh, dan Marcelo tidaklah buta, mereka sengaja bertingkah manis di hadapan para musuh mereka, dan bahkan mengajak mereka meeting.
Di sana, ada juga Isabella dan kedua anak-anaknya, bisa dilihat Isabella duduk agak berjauhan dari Joella yang duduk dan memangku Cathina, sementara di sebelahnya ada Catholo yang di pangkuan Michella. Di sebelah Michella, tentu saja sang suami, yaitu Diavolo King Satana ada di sana. Diavolo tampak dingin, acuh dan sinis kepada siapapun, seakan bersiap akan menyerang siapapun yang berusaha mengusiknya.
“Ahh~ anak-anakmu sangat menggemaskan Michella. Rasanya aku tidak sabar menunggu anakku lahir.” Ujar Joella sembari mengusap bagian perutnya dengan tersenyum, yang dimana itu di dengar oleh Isabella, dan juga Alejandro yang ada di sana, beberapa orang juga mendengarkan dan beberapa tersenyum senang, beberapa bingung, dan beberapa marah.
“Aku yakin, jika anak-anakmu pasti akan sama menggemaskannya.” Ujar Michella tersenyum.
“Aunty Joella, kalau melahirkan nanti, aku mau mengunjungi Aunty.” Ujar Cathina di pangkuan Joella.
“Benar, aku juga mau.. Bolehkan, Daddy ??” Ujar Catholo berbicara pada Diavolo.
Ekspresi dingin dan sinis itu hilang mendengarkan dirinya dipanggil oleh putranya, Diavolo tersenyum senang dan menatap penuh kasih kepada putranya.
“Tentu saja sayang, apapun untuk kedua anak-anak kesayanganku.” Ujar Diavolo dengan lembut dan penuh kasih sayang, sembari membelai rambut putranya itu.
Melihat perlakuan lembut Diavolo kepada kedua anak-anaknya membuat Joella berharap jika nantinya Maximillian juga akan bertingkah lembut nan manis kepada kedua putranya nanti.
Tidak lama pintu terbuka, terlihatlah Maximillian, Marcelo, Freya dan Sophia juga ada di sana. Sejenak Sophia bertatap pandang dengan Calvin hanya sedetik setelah itu, Sophia menghadap ke arah depan. Maximillian mendekati Joella, duduk di sebelah Joella, dan memeluk dari samping.
“Hey, ada anak-anak disini.” Bisik Joella kepada Maxi.
“Aku tahu, saat kita bercinta anak-anak dalam perut kita melihat- awh!”
Joella menginjak kaki Maxi dengan sepatu high heelsnya sebelum lelaki itu menyelesaikan perkataannya itu.
“Kau jahat sekali, sayang~ lihat saja aku akan membalasmu di atas ranjang.” Ujar Maxi sembari menyeringai dengan nakalnya.
“Berbicara mesum lagi, aku pukul kau menggunakan high heels.” Ujar Joella dengan kesal, Maxi terkekeh pelan.
Sementara Diavolo sendiri malah sedikit romantis di sana, Diavolo menyuapi istrinya dengan beberapa snack kentang goreng di depannya itu, membuat suasana romantis malah menyelimuti ruangan.
“Ehm.. Bisa aku mulai meetingnya.” Ujar Marcelo, membuat Diavolo dan Maxi yang tadinya sedang menggoda wanita mereka, kini menoleh dan merubah posisi duduk dan wajah mereka.
Maxi sempat melirik ke arah Isabella sembari menyeringai dan sedikit meremehkan keberadaan wanita itu di sana.
“Jadi, ada keperluan apa anda mengundangku kemari, jika pertemuan ini tidak penting, maka anda sudah membuang-buang waktuku.” Ujar Diavolo dengan nada dinginnya, bukannya merasa tersinggung, Marcelo malah semakin penasaran dengan sosok Diavolo itu.
“Pada intinya saja, aku ingin mengajakmu bekerja sama denganku.” Ujar Marcelo berbicara dengan nada rendahnya, dia tahu Diavolo bukanlah tipe orang yang suka diberikan janji manis atau omong kosong yang dibaluti kalimat yang manis, Diavolo adalah tipe yang apa adanya dan pada intinya saat berbicara, tidak jauh berbeda dengan Marcelo.
“Dan.. Apa yang akan kau janjikan pada kerjasama ini ??” Ujar Diavolo mengangkat alisnya, wahh sebuah keberuntungan besar bagi Marcelo, jika Diavolo sudah bertanya seperti ini, maka kesempatan emas bagi Marcelo. Karena tandanya Diavolo sedikit melirik dan tertarik akan kerjasama yang ditawarkan.
Kenapa s**l** itu selalu saja beruntung Batin seseorang dengan nada geram, saat Diavolo terdengar tertarik dengan kerjasama yang ditawarkan oleh Marcelo. Seseorang itu mengepalkan tangannya, kesal karena keberuntungan yang selalu didapatkan oleh Marcelo.
“Aku bukan tipe yang suka berbicara omong kosong, aku menjanjikan keamanan akan kerjasama kita ini.” Ujar Marcelo dengan kode di matanya, Diavolo menyeringai licik.
“Menarik sekali, aku akan menemuimu lagi, dan aku mungkin akan terima tawaran kerjasamamu ini, buatlah aku terkesan, Tuan Marcelo George.” Ujar Diavolo dengan semakin yakin, akan menerima tawaran kerjasama ini.
Setelah pembicaraan kecil itu, barulah suasana kembali mereda karena mereka mengadakan pesta kecil, membagikan makanan mewah, dan acara meminum, sembari berbicara satu sama lain.
Joella hendak mengambil minuman tambahan, karena gelasnya sudah habis. Joella menyukai minuman yang disediakan oleh Maximillian, entah karena terlalu bucin atau apa, Maximilian menyediakan minuman kesukaan Joella, dan lagi minuman kesukaannya bebas dari alkohol, tapi Maximillian juga menyediakan whiskey dan vodka untuk orang-orang lainnya.
Saat hendak mengambil tempat berisikan minuman kesukaannya, dia tanpa sengaja menabrak seseorang.
“Astaga, maafkan aku.”
“Tidak masalah, bukankah.. Kau tunangan dari Maximillian ??”
“Ah, iya.. Hahaha... Sekali lagi maafkan aku..”
“Tidak perlu khawatir, kau tenang saja.”
Tapi entah kenapa firasatnya sangat tidak nyaman karena tatapan lelaki yang terus tertuju ke arahnya itu. Di tambah ekspresi lelaki itu yang tidak bisa terbaca oleh Joella, membuat wanita itu semakin tidak nyaman saja.
“Baiklah, kalau begitu aku permisi.” Ujar Joella hendak bergegas pergi dari sana, karena merasa tidak nyaman dengan tatapan itu. Padahal itu bukan tatapan terobsesi atau apa, tapi tatapan yang tidak bisa terbaca oleh Joella.
Joella semakin teringat sahabatnya, saat dijadikan bahan obsesi oleh para lelaki disekitarnya, apakah nanti akan ada musuh Maximillian yang terobsesi kepadanya juga ?? Semoga saja tidak.