NovelToon NovelToon
Kakak Atau Suami?

Kakak Atau Suami?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / trauma masa lalu
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: Your Aunty

Kendati Romeo lebih tua belasan tahun, dengan segudang latar belakang militer, dia masih bersedia menikahi Ansela, yang kala itu masih duduk di bangku SMA.

Tapi tentunya, ini diikuti dengan beberapa kesepakatan. Berpikir bahwa hubungan mereka tidak mungkin bertahan lama, mengingat perbedaan usia mereka. Alih-alih suami dan istri, mereka sepakat untuk seperti kakak-adik saja.

Setidaknya, itulah yang dipikirkan Romeo! hingga ketika tahun berlalu, dunianya berahkir jungkir balik.

••

Dia mendapati, bahwa Ansela adalah seseorang yang paling dia inginkan, dan paling tidak bisa dia gapai, meski gadis itu disisinya.

Dengan tambahan persaingan cinta, yang datang dari sahabatnya sendiri, yang kepada dia Romeo telah berhutang nyawa, ini hampir membuatnya kehilangan akal.

“AKU BUKAN KAKAKMU! AKU SUAMIMU.”


••

Baca perjuangan sang Kapten, di tengah sikap acuh tak acuh sang Istri. ✨

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Your Aunty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25

"Lah Rom, cepat banget. Mana belanjaannya?" tanya Jordan kebingungan.

Tapi sebenarnya bukan itu yang menjadi pertanyaan inti dan sumber kebingungan Jordan. Dia hanya terlalu terkejut, ketika Romeo membuka pintu dengan kasar.

"Dimana Ansela?" Tanya Romeo kaku.

Jordan hanya bisa menatap kamar Ansela sebagai jawaban. Melihat wajah sahabatnya itu, dia tahu sesuatu yang tidak baik telah terjadi. Romeo tanpa menunggu lagi langsung berjalan kearah kamar Ansela, dan mengetuk. Sejujurnya dia tidak memiliki persiapan apapun untuk dikatakan. Tuk, Tuk, Tuk.

"Sela bisa aku masuk?"

Ada cukup waktu, sebelum Ansela menjawab dari dalam."Mm, masuk saja."

Untuk sesaat Romeo tertegun. Bertanya-tanya benarkah itu suara Ansela? tapi kenapa terdengar biasa saja? tanpa ada tambahan bumbu emosi sedikit pun. Seolah-olah gadis itu tidak tahu apapun.

Klek.

Romeo membuka secara perlahan dan menemukan Ansela sedang berbaring membaca buku. Tampak tenang sekali. "Sela, ..." Romeo sedikit tercekat, tentang apa yang hendak dia katakan.

Ansela mengangkat kepalanya, memberi senyum yang tak sampai ke mata. "Kenapa kakak diam disitu?"

Romeo mengerjap matanya berulang, sedikit bingung dengan situasi saat ini. Tapi begitu, dia mengambil langkah mendekati Ansela, dan duduk di ujung tempat tidur.

Melihat Romeo yang terdiam, Ansela juga tidak membuka mulut. Kepalanya kembali menunduk pada buku ditangannya.

Ada sekitar cukup waktu, sampai Romeo siap membuka percakapan. "Sela, kenapa kau diam saja?" adalah pertanyaan paling dasar, dan juga konyol menurut Romeo. Jujur saja dia kesulitan untuk menebak situasi dan emosi Ansela.

Menganggap gadis itu merajuk, karena mendiamkannya saat membaca buku rasanya juga aneh. Karena setelah Romeo ingat, Ansela memang seperti ini saat membaca.

"Sela,"

Melepas bukunya, Ansela mendudukkan tegak dirinya dab menatap Romeo. "Iya, ada apa Kak?"

Seratus satu kalimat yang sempat dia susun, buyar seketika menghadapi pertanyaan Ansela. Wajah gadis itu yang tampak biasa saja, membuat Romeo ragu, kalau Ansela tahu apa yang terjadi. Tapi begitu, dia juga tidak percaya, kalau seorang sahabat seperti Eva tidak mengatakan apapun pada Ansela.

"Eh, anu ...." Sekarang dia sepenuhnya bingung. Dalam duduknya, Romeo bahkan tidak bisa menghentikan kaki kanannya dari bergerak karena gugup. Sesuatu yang tidak pernah dia alami sebelumnya.

"Kak, jika kau punya sesuatu untuk dikatakan, tolong langsung saja. Jangan diam seperti itu." Ansela masih berucap dengan senyuman. Membuat Romeo semakin tidak nyaman.

"Begini, apa eh, sahabat mu Eva ...."

"Kenapa Eva?"

"Tidakkah dia mengatakan sesuatu?" Sambung Romeo susah payah.

Tapi Ansela memicing matanya, menatap penuh selidik. "Bahkan jika dia mengatakan sesuatu, kenapa Kakak harus bertanya?"

Tuhan. Romeo bersumpah, dia tidak tahu kalau ada sisi seperti ini dalam diri Ansela. Dia membalikan pertanyaan dan situasi dengan cepat. Membuat lawan bicara salah tingkah. Tapi begitu, Romeo mencoba mengatakan yang sejujurnya.

"Begini Sela, tadi Kakak dalam situasi yang tidak baik, dan tidak sengaja bertemu dengan sahabatmu. Kakak pikir, setidaknya dia pasti menceritakan mengenai situasi Kakak yang tidak baik tadi."

Ansela mengangguk, "Memangnya seberapa tidak baik situasi itu? hingga Kakak pikir, dia harus menceritakannya kepadaku."

Oh sungguh, untuk sesaat rasa bersalah Romeo berubah menjadi kesal. Kalau memang Ansela sudah mendengarnya, tidak bisakah wanita muda itu tidak mempersulit dirinya. Itu adalah kesalah-pahaman dan dia tidak takut untuk menjelaskan. Tapi jawaban Ansela, terasa seperti menodongnya dengan senjata.

Romeo memijit pangkal hidungnya. "Sela dengar, ---"

Drrrtttt .... Drrrtttt ....

Perhatian mereka teralihkan pada ponsel yang bergetar. "Ah, ponselku!" Ujar Ansela yang menunjukkan layar ponselnya kepada Romeo.

"Benar-benar kebetulan, Eva menelpon saat sedang dibicarakan."

Deg. Keberanian menjelaskan dari Romeo segera lenyap entah kemana. Tiba-tiba saja, dia ingin merampas ponsel Ansela dan membantingnya sekarang.

"Halo, ada apa Va?" Tanya Ansela.

"Sela, bisa tolong kau kirimi foto materi yang diberikan Bu Siska minggu lalu!" Ujar Eva, dari seberang.

"Nng, akan ku kirim. Eh, va?" Kata Ansela tertahan.

Setelah menahan kalimatnya, Ansela dengan sengaja menatap Romeo. Kini tatapan mereka bertemu, dengan wajah Romeo yang sudah pucat pasi.

"Kenapa?" Tanya Eva, yang masih bisa didengar Romeo.

"Apa kau punya sesuatu untuk dikatakan?"

"Nope!" Jawab Eva.

"Baiklah."

Dalam percakapan ini Ansela tiba-tiba tertawa kecil. Tapi sayang sekali tidak bisa mengatakan dengan lantang sumber tawanya. Karena yang sedang dia tertawakan, adalah pria di depannya. Bagaimana tidak, Romeo sudah menahan nafas sejak tadi, dan baru melepasnya ketika Ansela mengatakan baiklah.

Oh, bagaimana jika aku menahan percakapan ini sedikit lebih lama? seseorang pasti akan tewas. Pikir Ansela masih dengan tawa. Tapi begitu, itu bukanlah tawa yang menyenangkan.

"Oke, aku kira kau punya hal lain untuk dikatakan. Bye!" Tutup Ansela pada panggilannya dengan Eva.

Sementara Romeo, dia terdiam, seolah tersedot jiwanya bahkan setelah panggilan berakhir.

"Jadi, Kakak mau bicara apa tadi?"

Refleks saja Romeo menggeleng. Dia merasa gelengannya ini sangat salah. Tapi entah kenapa dia tetap menggeleng. Perasaan ingin menjelaskan kebenaran langsung hilang, manakala dirasanya Ansela tidak tahu soal kejadian itu.

"Tidak, Kakak hanya ... hanya, hanya ingin melihatmu lebih lama. Mungkin karena sebentar lagi Kakak akan pergi." Bohong Romeo akhirnya.

Menanggapi hal ini, Ansela hanya mengangguk. Dia mengambil bukunya lagi dan bersandar di tempat tidur dengan santai. "Kalau begitu, silahkan melihatku sekarang."

Dengan acuh Ansela kembali membaca bukunya.

Satu hal yang tidak diketahui Romeo, bahwa ini adalah gayanya, saat tidak suka untuk bicara dengan seseorang. Biasanya tidak peduli sekeren apapun bacaannya, Ansela tidak pernah membaca saat sedang bicara dengan orang lain, sebagai bentuk tata krama.

Tapi saat ini, Romeo sudah menerima satu langkah dari hal yang paling tidak disukai Ansela.

•••

Waktu berlalu dengan cepat. Romeo menyimpan segala sesuatu yang terjadi sendirian. Dia tidak membaginya dengan Ansela, atau Jordan sekalipun. Namun itu bukan berarti dia dalam suasana hati yang aman. Kapanpun dia melihat Ansela, dia merasa gugup, dan sangat kewalahan. Begitu juga dengan Ansela. Meskipun dia ingin mendiamkan apa yang dia ketahui, namun nyatanya cukup sulit.

Bahkan tinggal tiga puluh menit sebelum keberangkatan Romeo, Ansela masih harus menenangkan diri dengan lebih baik.

"Tidak apa Sela! kau bisa melepaskannya kali ini. Yang paling penting, dia akan mengambil banyak tanggung jawab untukmu." Ujarnya didepan kaca.

Saat ini dia sudah bersiap rapi, untuk mengantar Romeo dan Jordan ke Bandara. Memakai kaos kuning polos dan rok coklat pendek, Ansela mencoba menutupi perasaannya yang bergejolak.

Dia mencoba memberi sugesti, bahwa dia tidak perlu membahas apa yang terjadi antara Romeo dan mantan kekasihnya. Apalagi, setelah pria itu ternyata memilih tidak mengatakan apapun.

"Tenang Sela, setidaknya kau tidak akan terlibat pembicaraan melelahkan dengannya."

Sebenarnya dia tidak terganggu karena Romeo bertemu dengan mantan kekasihnya, tapi dia terganggu karena rasa kasihan yang ditunjukkan Eva padanya. Ini adalah salah satu hal yang dia benci dalam hidup. Dan dalam hal ini, Romeo telah membuatnya tampak sebagai istri menyedihkan dimata orang lain.

•••

Diluar kamar Ansela, Romeo juga sudah siap dengan semua barang-barangnya. Dia juga canggung, dan memiliki banyak hal dalam pertimbangannya. Tapi melihat Ansela keluar dengan senyum cerah dari kamar, seketika dia merasa bebannya menjadi ringan.

"Apa kalian sudah siap?" tanya Ansela

"Jordan belum."

"Mm,"

Keduanya saling menatap dengan Ansela, yang matanya tampak acuh tak acuh. Romeo yang melihat ini, sedikit bergetar di dalam.

Sebenarnya dia sangat menyesali gelengan kepala yang dia lakukan saat mereka bicara tadi. Namun untuk beberapa waktu yang baru saja lewat, Romeo menyadari, bahwa dia telah melakukan kesalahan.

Bahkan jika Eva tidak mengatakan apapun, dia sadar, dia tidak boleh menyembunyikan apa yang terjadi dari Ansela. Untuk itu, disisa waktu yang ada, dia berpikir untuk mengambil resiko dengan mengatakan yang sejujurnya.

Ansela sedikit tersentak, ketika tangannya ditarik Romeo dan ditaruh diwajah pria itu. "Maafkan aku."

Ansela terdiam, dan Romeo mengulangi permintaan maafnya.

Apakah pengakuan dosa? Pikir Ansela remeh.

Dia masih tidak bereaksi, ketika Romeo mulai menjelaskan apa yang terjadi dengan detil. Ini bukan hanya tentang apa yang dilihat Eva, tapi dia merasa ini penting dalam hubungan mereka yang harus saling menghormati selama masih bersama.

Ansela sangat terkejut dengan pengakuan disaat terahkir. Tapi begitu, dia mengapresiasi hal ini, dan bersedia untuk mengerti. "Baiklah. Mari lupakan saja."

Romeo yang matanya sudah berkaca-kaca karena penyesalan, mengangkat kepalanya kaget. "Lupakan saja?"

Ansela tersenyum tipis, "Mm, mari lupakan saja. Eva sudah mengatakannya kepadaku. Seperti tempo hari, ... yang paling kubenci adalah rasa kasihan orang lain. Tapi karena tadi adalah rasa kasihan Eva, maka aku mentoleransinya. Tapi ingat, jangan buat orang lain mengasihaniku seperti tadi Kak, aku benar-benar membenci hal itu."

Deg.

Bukan hanya Romeo, Jordan yang baru keluar dari kamar, juga terkejut mendengar penuturan Ansela. Rasa kagum seketika datang menyapanya, melihat seseorang seusia Ansela memiliki prinsip dan aturan yang jelas.

"Wah, wah, wah! Jangan katakan aku menguping. Siapa suruh membicarakan masalah pribadi di ruang tamu." Ujar Romeo yang masuk diantara mereka.

Melihat pria itu memakai kaos dan jeans, pandangan mata Ansela sedikit lama tertahan padanya. Bukan karena dia suka melihat Jordan, tapi karena teringat Eva yang memuji ketampanan pria itu yang lebih segar dari usianya.

Siapa sangka perhatian Ansela ini akan ditangkap oleh Romeo, membuat semilir perasaan tak dikenal, melintasi hatinya. Tubuhnya tiba-tiba bergerak dituntun perasaan, dia yang tadinya di depan Ansela segera berpindah kebelakang. Tangannya kanannya memeluk pinggang kecil Ansela dari belakang, dengan tangan kirinya melingkari leher gadis itu.

Membuat Ansela dan Jordan sama-sama tertegun dengan apa yang dilakukan Romeo.

"Jomblo tidak akan mengerti masalah pernikahan, bukan begitu Sela?"

"Hah?" Ansela mengalami penurunan daya tangkap, dengan posisi aneh keduanya. Ingin sekali dia mendorong Romeo, tapi tidak ingin membuat pria itu malu di depan temannya.

Jadi Ansela, hanya bisa mengembungkan pipinya, "Tidak begitu!!" Dia menolak ucapan Romeo dengan halus, membuat tawa Jordan pecah.

"Bagaimana ini, kenapa Ibu tidak setuju dengan Bapak?" Goda Jordan.

"Ini bukan Ibu dengan Bapak, tapi Kakak dengan adik." Kata Ansela, yang disambut tawa Romeo juga. Yah, alih-alih pasangan, kini mereka memang lebih seperti Kakak adik. Tapi entah kenapa, Romeo tiba-tiba merasa tidak nyaman setelah mendengar itu.

1
V'marbe
ceritanya gak pernah mengecewakan
selalu beda dari yang lain
tapi satu yang PASTI ceritanya selalu bagus
Fairuz Nuna
bagus
Umie Irbie
kenapa anselanya penyakitan siiii,.😒😫
Umie Irbie
ngg suka sama sikap sela,. males nya kebangetan,. 😡😡😡😡😡😡 ngg masuk akal malas nya 😒
Umie Irbie
sweeet bngeeeet dialognya 😀
王贝瑞: Mampir juga kak ke My Secret Lover 😄
total 1 replies
Umie Irbie
romeo bodoh,. 😡😡 berarti ini bener2 ngg ada romantisnya donk 😫
Umie Irbie
ngg suka sama sifat malas sela😩😫 ngg suka wanita pemalas,. bisa di rubah ngg yaaaaa jadi mandiri dan punya martabat 🤭
Sweet_Fobia (ᴗ_ ᴗ )
Ngga kecewa sama sekali.
Umie Irbie
awal yg menarik 😀 mudah di fahami ceritanya 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!