Sherin mempunyai perasaan lebih pada Abimanyu, pria yang di kenalnya sejak masuk kuliah.
Sherin tak pantang menyerah meski Abi sama sekali tidak pernah menganggap Sherin sebagai wanita yang spesial di dalam hidupnya.
Hingga suatu ketika, perjuangan Sherin itu harus terhenti ketika Abi ternyata mencintai sahabat Sherin sendiri, yaitu Ana.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah beberapa tahun berlalu, Abi datang lagi dalam kehidupannya sebagai salah satu kreditor di perusahaan Sherin sedangkan Sherin sendiri sudah mempunyai pria lain di hatinya??
Apa masih ada rasa yang tertinggal di hati Sherin untuk Abi??
"Apa sudah tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal di hati mu untuk ku??" Abimanyu...
"Tidak!! Yang ada hanya rasa penyesalan karena pernah mencintaimu" Sherina Mahesa....
Lalu, bagaimana jika Abi baru menyadari perasaanya pada Sherin ketika Sherin bukan lagi wanita yang selalu menatapnya dengan penuh cinta??
Apa Abi akan mendapatkan cinta Sherin lagi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Picik dan tak tau diri
Di luar dugaan Sherin, Ana yang semula Sherin kira telah pergi karena di usir oleh Abi, ternyata masih berada di parkiran kantor Abi. Wanita picik itu bersandar di pintu mobilnya seperti sengaja menunggu Sherin keluar dari sana.
Sherin yang memang sudah berprinsip untuk tidak mau lagi mengenal Ana, terlihat acuh dan tak peduli. Wanita elegan itu berjalan dengan tegas melewati Ana yang menatapnya dengan sinis.
"Oh, ternyata Tuan Putri ini semakin sombong setelah lima tahun tidak bertemu" Ana merasa kesal karena tidak di pedulikan oleh Sherin.
"Heh, jaga mulut kamu ya!!" Nana yang mendengar itu merasa tak terima.
"Sudahlah Nana, jangan pedulikan dia!!"
Sherin menarik lengan Nana untuk menjauh dari Ana. Bukannya Sherin takut, tapi dia tidak mau mengurus sesuatu yang tidak penting menurutnya.
Sherin menuju mobilnya, meski hatinya sedikit heran kenapa Ana masih saja mengganggunya setelah lima tahun berlalu.
Brakk...
Sherin sampai terkejut, untung saja dia cepat menyingkirkan tangannya dari sana. Kalau tidak, sudah di pastikan jari-jarinya akan membiru karena terjepit pintu akibat ulah Ana. Wanita itu tiba-tiba saja mendekati Sherin dan menutup kembali pintu mobil Sherin di saat Sherin sudah bersiap masuk ke dalam mobil.
"Heh, dasar wanita nggak punya otak!! Mau apa sih lo sebenarnya??!!!" Ana memutari mobil Sherin, ingin menarik Ana untuk menjauh dari Sherin. Bahkan tangannya sudah gatal ingin menjambak rambut panjang yang sengaja di cat agak kecoklatan itu.
"Diam lo, nggak usah ikut campur!!" Ana menunjuk wajah Nana.
"Apa mau mu sebenarnya??" Akhirnya Sherin membuka suaranya. Lima tahun berlalu tidak membuat Ana berubah menjadi lebih baik. Malah dia menjadi wanita gila seperti saat ini. Bahkan kata maaf pun tidak terucap untuk Sherin.
"Gue nggak mau basa basi. Gue tau kalau lo sengaja jadi investor untuk Abi kan?? Lo sengaja melakukan itu supaya lo bisa dekat lagi sama dia, terus lo mau rebut dia dari gue"
Sherin terkekeh dengan jalan pikiran Ana itu. Hanya wanita yang mempunyai sifat licik yang bisa berpikir terlalu jauh seperti itu.
"Ngaku aja Sherin" Ana melipat tangannya di depan dada.
"Apa karena kasih tak sampai lo itu, akhirnya lo pakai cara licik ini buat dapetin Abi. Soalnya hanya dengan cara ini, Abi bisa menuruti apapun yang lo mau. Benar kan tebakan gue??" Ana mengejek Sherin seolah apa yang ada di pikirannya itu benar adanya.
"Gue sumpel juga mulut lo!!" Nana sudah bergerak maju ingin meraih pundak Ana namun di tahan oleh Sherin.
"Jangan buang-buang tenaga buat meladeni wanita kaya dia Nana"
Nana sudah tau semuanya tentang hubungan Sherin bersama pasangan kekasih itu. Memang Sherin dulu sempat bercerita kepada Nana saat memulai hubungannya dengan Zain.
"Kenapa?? Lo sadar kalau semua omongan gue benar??" Ana semakin merasa di atas angin.
"Maaf Nona Ana, sebaiknya ada bercermin melihat diri Anda sendiri. Di sini siapa sebenarnya yang licik??" Ana melebarkan bola matanya karena perlawanan Sherin itu.
"Tapi setelah di pikir-pikir, benar juga apa kata Nona Ana ini. Untuk saat ini, memang kekasih Nona itu tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan saya. Jadi bisa saja saya meminta apapun pada kekasih Anda itu. Termasuk menuruti semua keinginan saya" Tentu saja Sherin mengatakan itu hanya untuk menekan Ana. Tidak mungkin dia melakukan itu karena dia sudah mempunyai Zain dalam hidupnya.
Ana mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Sherin yang berhadapan dengannya ternyata bukanlah Sherin yang bodoh dan polos seperti dulu lagi.
"Jangan coba-coba merebut Abi dari gue!! Gue satu-satunya wanita yang dia cintai. Dan sebentar lagi dia bakalan nikahin gue setelah produk kalian sudah berjalan" Ana terlihat menggebu-gebu, seperti menahan kemarahan di dalam dadanya karena Sherin berhasil membalikkan keadaan.
Dia menegaskan pada Sherin kalau sebentar lagi Abi akana menjadi milik Ana seutuhnya. Dia juga ingin melihat reaksi Sherin ketika tau mereka akan segera menikah.
"Oh ya, kalau begitu selamat karena akhirnya kalian menikah juga setelah lima tahun lamanya. Tapi apa Nona Ana ini yakin kalau kekasih Anda itu benar-benar mencintai Anda??"
"Maksud lo apa??" Ana mengeram menajamkan matanya. Tebakannya salah, Sherin tak bereaksi apapun. Dia malah terlihat tenang dan tak peduli.
"Kalau kekasih Anda itu benar-benar mencintai Anda, dan Anda wanita satu-satunya dalam hidupnya, tentunya Anda tidak perlu takut kalau ada wanita lain mendekatinya kan?? Di tambah lagi, kenapa setelah lima tahun baru mau di nikahi?? Kemarin kemana aja?? Kayaknya biaya nikah nggak terlalu besar kalau kekasih Anda saja pemilik perusahan" Sherin tersenyum puas melihat wajah Ana yang mulai pias.
"Dan perlu Anda tau Nona Ana, saya tidak tertarik sama sekali untuk merebut kekasih Anda itu. Pungut dan simpan untuk dirimu sendiri. Kalian memang sangat serasi. Sama-sama picik dan tidak tau diri!!" Sinis Sherin.
"Nana, ayo pergi dari sini. Aku sudah muak berhadapan dengannya" Sherin kemudian masuk ke dalam mobilnya. Tak mempedulikan Ana yang wajahnya tampak memerah karena kemarahannya yang hampir meledak.
"Awas saja lo Sherin b*****sek!! Gue nggak akan tinggal diam!! Gue nggak rela melihat lo bahagia kaya gini" Gumam Ana sambil terus menatap kepergian mobil Sherin.