Alya, gadis miskin yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas harus bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya tertarik saat menerima tawaran menjadi seorang baby sister dengan gaji yang menurutnya cukup besar. Tapi hal yang tidak terduga, ternyata ia akan menjadi baby sister seorang anak 6 tahun dari CEO terkenal. kerumitan pun mulai terjadi saat sang CEO memberinya tawaran untuk menjadi pasangannya di depan publik. Bagaimanakah kisah cinta mereka? Apa kerumitan itu akan segera berlalu atau akan semakin rumit saat mantan istri sang CEO kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Dengan caraku sendiri!
Pagi itu, Alya duduk di sudut kafe dengan tenang. Ia sudah menyiapkan semuanya: pihak media sosial yang telah ia undang duduk di meja sekitar, berpura-pura menjadi pelanggan biasa dengan kamera kecil siap merekam. Ini adalah langkah berani, tetapi Alya tahu ia harus melindungi Aditya dan Tara dari fitnah Nadia.
Tak lama, Nadia datang dengan ekspresi percaya diri, mengenakan gaun mewah dan sepatu hak tinggi yang berdecit ketika ia berjalan menuju meja Alya.
Nadia tampak tersenyum sinis penuh kemenangan, "Alya, aku harus akui, keberanianmu mengajakku bertemu ini mengejutkan. Ada apa? Akhirnya kau sadar bahwa tempatmu bukan di dekat Aditya dan Tara?"
Alya masih tersenyum tenang, "Saya hanya ingin berbicara baik-baik, bu Nadia. Saya pikir kita perlu meluruskan beberapa hal."
Nadia pun akhirnya duduk dan menyilangkan kakinya,
"Meluruskan? Memang ada yang tidak lurus atau kamu ingin aku menyerahkan Tara padamu? Wanita rendahan sepertimu tidak pantas berdampingan dengan Aditya. Jadi harusnya kamu bisa menilai diri kamu sendiri." ucapnya dengan penuh percaya diri.
" Alya, kau terlalu polos. Aditya itu ayah dari anakku, dan aku tahu dia masih peduli padaku. Kau hanya gangguan sementara." lanjutnya.
Alya masih tetap menunjukan mode tenangnya meskipun sebenarnya ingin sekali menyobek bibir wanita di depannya hingga tidak bisa berkata-kata lagi, "Jika itu yang anda pikirkan, mengapa anda merasa perlu menyebarkan fitnah di media sosial? Kenapa anda menyerang mas Aditya secara profesional? Bukankah itu berlebihan? Atau jika anda berniat untuk kembali pada mas Aditya, bukankah anda akan rugi jika perusahan mas Aditya mengalami kebangkrutan karena ditinggal oleh pra investornya?"
Nadia tertawa kecil, membenarkan rambutnya, "Aditya butuh tekanan untuk kembali sadar. Aku tahu persis bagaimana membuatnya berlutut. Kau pikir dia bisa bertahan tanpa reputasi bisnisnya? Sebentar lagi, investor-investornya akan menarik diri, dan dia akan membutuhkan bantuanku. Aku tidak peduli dengan perusahaannya, aku sudah cukup sukses untuk menghidupi Aditya dan perusahaannya, jadi jangan khawatirkan itu."
Alya tersenyum puas, ia mencondongkan tubuh ke depan, "Anda benar-benar tega menggunakan anak anda sendiri sebagai alat? Anda pikir Tara akan bangga mengetahui ibunya menjatuhkan ayahnya seperti ini?"
Nadia tersenyum sinis, suaranya semakin tajam, "Anak kecil tidak mengerti apa-apa, Alya. Ya ia tahu hanya bermain, itu tidak akan bertahan sampai apa-apa pada Tara, dia anakku. Aku tahu bagaimana dia. Yang penting adalah aku mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milikku."
"Apa anda yakin jika mas Aditya akan setuju untuk kembali pada anda setelah apa yang anda lakukan?"
Nadia lagi-lagi tersenyum sinis, "Aditya dan aku selalu menjadi pasangan yang sempurna. Kau hanyalah... bayangan yang mudah dihapus."
Alya tersenyum kecil, menyadari bahwa Nadia sudah terpancing. Ia melihat sekilas ke arah meja media yang sudah merekam percakapan itu dengan jelas.
"Anda mungkin merasa bisa mengontrol segalanya, Bu Nadia. Tapi anda sepertinya lupa satu hal: kebenaran selalu menang." ucap Alya dengan nada tegas.
Nadia menyipitkan matanya, "Apa maksudmu?"
Alya berdiri, memberi isyarat kepada pihak media sosial yang langsung mendekat dengan kamera mereka. Nadia terlihat terkejut dan mulai menyadari jebakan itu.
"Nyonya Nadia, kami baru saja merekam pernyataan Anda. Apa tanggapan Anda terhadap tuduhan bahwa Anda menggunakan putri Anda dan menyebarkan fitnah untuk menjatuhkan Aditya?" tanya salah satu repoterter pada Nadia.
Nadia begitu terkejut, ia mencoba menyembunyikan wajahnya dari sorotan kamera, tapi semuanya terlambat, "Ini jebakan! Kalian tidak bisa melakukan ini padaku!"
"Kami hanya ingin kebenaran, Bu Nadia. Jika anda merasa tak bersalah, anda tak perlu takut." ucap Alya dengan tegas.
Nadia berdiri dengan wajah merah padam, mencoba keluar dari kafe secepat mungkin sambil menghindari kamera. Alya tetap berdiri dengan tenang, menatapnya pergi.
Setelah Nadia pergi, pihak media sosial mendekati Alya.
"Nona Alya, tindakan Anda sangat berani. Apa pesan Anda untuk publik terkait situasi ini?" tanya reporter itu. Beruntung Alya ingat jika salah satu temannya memiliki kerabat seorang reporter tv.
Alya tersenyum tegas, "Saya hanya ingin menunjukkan bahwa kebenaran itu penting. Fitnah tidak seharusnya menjadi senjata, apalagi ketika menyangkut keluarga. Kami hanya ingin hidup damai."
Ketika Alya pulang, Aditya sudah mendengar tentang kejadian di kafe dari Roy. Ia menunggu Alya di ruang tamu dengan ekspresi campuran antara kagum dan khawatir.
"Alya, apa yang kau lakukan tadi pagi benar-benar luar biasa. Tapi kau tahu risiko yang kau ambil?" ucap Aditya dengan nada khawatir sekaligus kagum, ia tidak menyangka Alya akan mempunyai keberanian itu.
Alya tersenyum, "Aku tahu, mas Adit. Tapi aku tidak bisa diam saja. Kau dan Tara adalah keluarga bagiku, dan aku akan melakukan apa pun untuk melindungi kalian."
Aditya menatap Alya dengan rasa hormat yang mendalam. Untuk pertama kalinya, ia merasa Alya bukan hanya gadis kampung yang polos, tapi seorang wanita dewasa yang mempunyai kemampuan yang tidak kalah dengan wanita-wanita elit yang selama ini ia kenal.
Bersambung
kosa katanya juga agak gimana gitu