Lilian Restia Ginanjar, seorang gadis mahasiswa semester akhir yang harus mengalami kecelakaan dan koma karena kecerobohannya sendiri. Raganya terbaring lemah di rumah sakit namun jiwanya telah berpindah ke raga wanita yang sudah mempunyai seorang suami.
Tanpa disangka Lili, ternyata suami yang raga wanitanya ini ditempati olehnya ini adalah dosen pembimbing skripsinya sendiri. Dosen yang paling ia benci karena selalu membuatnya pusing dalam revisi skripsinya.
Bagaimana Lili menghadapi dosennya yang ternyata mempunyai sifat yang berbeda saat di rumah? Apakah Lili akan menerima takdirnya ini atau mencari cara untuk kembali ke raganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesal
"Halo... Ada orang di rumah mewah ini?" Seru sepasang paruh baya yang baru saja memasuki mansion mewah itu.
Sepasang paruh baya yang tak lain adalah orangtua Aldo yang baru saja pulang dari luar negeri. Tentunya mereka ke luar negeri bukan untuk bekerja melainkan jalan-jalan dan honeymoon. Neidana Wirawan dan Agustito Randy itu lah sepasang paruh baya yang masuk dalam mansion anaknya dengan membawa banyak tentengan paper bag.
Agustito Randy merupakan seorang pemilik beberapa rumah sakit terkenal di Eropa dan Asia. Bahkan banyak dari rumah sakit itu yang diperuntukkan bagi orang kurang mampu. Ia merupakan sosok yang sangat dermawan namun tegas. Bahkan ia juga merupakan salah satu seorang dokter bedah onkologi yang terkenal. Untuk dapat diperiksa dengan beliau, maka harus membuat janji jauh-jauh hari terlebih dahulu.
"Ini kok mansion sepi kaya gini, penghuninya pada kemana sih?" Gerutu Mama Nei kesal karena tak ada yang menyambutnya.
"Mungkin pada di kamarnya, ma. Itu kan tadi mobil Aldo juga ada di rumah. Lagi pula Arlin kan masih di rumah sakit, ada kemungkinan kalau Mbok Lala yang jaga disana. Apalagi Kei yang tak mau jauh dari Mbok Lala karena orangtuanya pada sibuk sendiri-sendiri" ucap Papa Tito sambil geleng-geleng kepala.
Mereka berdua memang belum diberitahu oleh Aldo mengenai Arlin yang sudah sadar dari komanya. Bahkan Kei awalnya akan dibawa liburan oleh keduanya namun Aldo tak mengijinkan. Walaupun ia sibuk bekerja, namun Aldo yakin kalau kehadiran Kei itu bisa menjadi pengobat hatinya dan kesadaran Arlin nanti.
"Lho... Nyonya, tuan..." seru Mbok Lala yang baru keluar dari kamarnya kemudian melihat kedatangan kedua majikannya.
Sontak saja kedua orangtua Aldo yang sedari tadi sibuk berdebat itu pun langsung mengalihkan pandangannya kearah suara yang memanggil mereka. Mereka terkejut saat melihat Mbok Lala berada di mansion, seketika keduanya ingat dengan Arlin yang masih di rumah sakit. Mereka panik karena bisa saja nyawa Arlin di ujung tanduk karena ada orang yang berniat jahat kepadanya.
"Lho Mbok Lala kok disini? Arlin siapa yang jaga di rumah sakit?" Tanya Mama Nei dengan sedikit panik.
Tentunya ia panik, menantu kesayangannya itu tak ada yang menjaganya di rumah sakit. Walaupun sedari dulu Arlin cuek kepada semua orang, namun jika sudah berbicara fashion dan tas dengannya sudah pasti akan mengalir seperti sahabat lama. Terlebih ia tak percaya jika nanti papa kandung dan ibu tiri Arlin yang ada disana.
"Lho... Nyonya belum tahu kalau nona Arlin sudah sadar dan pulang dari rumah sakit?" Tanya Mbok Lala dengan bingung.
Keduanya dengan kompak menggelengkan kepalanya pertanda tidak tahu. Tentunya mereka berdua geram dengan tingkah Aldo yang tak memberitahu informasi sepenting ini. Keduanya langsung saja pergi berlalu dari hadapan Mbok Lala yang kebingungan. Mereka menuju kamar Aldo yang tentunya ingin menghajar anak semata wayangnya itu.
Brakkk....
Pintu kamar Aldo dibuka dengan kerasnya membuat tiga orang yang ada didalamnya itu langsung terbangun. Bahkan mata Kei terlihat berkaca-kaca karena harus bangun tiba-tiba. Arlin langsung memeluk anaknya itu dari samping sedangkan Aldo menatap dua orang yang kini sudah berada dalam kamarnya. Kei menangis sesenggukan dalam pelukan mamanya karena begitu shock dan terkejut.
Kedua orangtua Aldo itu hanya bisa cengengesan melihat tatapan dari anaknya yang menatap tajam kearah mereka. Aldo mendengus kesal karena kehadiran mereka malah membuat acara tidur bersama dengan keluarga kecilnya itu menjadi berantakan. Padahal ia berniat untuk tidur sampai malam karena tidurnya kali ini begitu nyaman.
"Kalian kalau mau buka pintu itu ya pelan-pelan napa? Ketuk pintu dulu, kalau kita lagi iya-iya kan berabe" kesal Aldo.
"Dih... Ngimpi di siang bolong anda ini" celetuk Mama Nei yang takkan percaya kalau sepasang suami istri itu akan melakukan hal aneh-aneh.
Tanpa mempedulikan anaknya, Mama Nei segera mendekat kearah Arlin yang masih memeluk Kei. Sepertinya Kei sedikit terkejut hingga membuatnya menangis dalam pelukan Arlin. Bahkan Kei tak mau melihat kearah dua orang yang datang. Biasanya kalau sudah mendengar suara oma dan opanya, Kei langsung berwajah ceria dan antusias.
"Maafkan oma yang sudah membuatmu terkejut ya, Kei" ucap Mama Nei dengan rasa bersalahnya.
Kini Mama Nei langsung mengelus lembut punggung cucunya itu agar sedikit lebih tenang. Sebenarnya kedua orangtua Aldo sedikit terkejut dengan ketiganya yang tidur dalam satu ranjang. Pasalnya yang mereka tahu selama ini, Arlin jarang di rumah bahkan tak tidur satu kamar dengan suaminya.
Kei sendiri sudah mempunyai kamar yang lumayan jauh dari kamar kedua orangtuanya. Bahkan dulu Kei juga lahir karena adanya suatu kejadian yang memang sengaja dibuat oleh Mama Nei dan Papa Tito yang menginginkan seorang cucu. Namun tak ayal mereka juga bahagia melihat mereka yang tampak akur seperti saat ini.
"Mama..." panggil Arlin dengan sedikit canggung.
Sudah lama sekali dirinya tak memanggil seorang wanita dengan sebutan mama, ah lebih tepatnya jiwa Lili. Ia juga sudah mendapatkan ingatan dari Arlin mengenai dua orang yang baru saja masuk kamar itu. Keduanya begitu baik padanya walaupun dulu ia cuek hingga selalu ketus pada Aldo dan Kei. Keduanya tak pernah menyalahkannya karena berpikir bahwa Arlin belum siap ketika menikah muda dan mempunyai anak.
"Maafin mama, Arlin. Sudah membuat waktu istirahat kamu dan cucu mama terganggu karena kehadiran kami" ucap Mama Nei.
"Nah... Itu baru sadar kalau ganggu" ketus Aldo yang langsung pergi berlalu menuju kamar mandi.
Mama Nei hanya mengedikkan bahunya acuh mendapatkan ucapan Aldo yang begitu ketus. Ia sudah terbiasa menghadapi sikap Aldo sedari kecil yang kurang ekspresi itu. Tentunya sikap Aldo itu malah sering membuat keduanya berdebat walaupun begitu mereka tetap saling menyayangi dengan cara yang berbeda.
"Nggak papa kok, ma. Lagi pula memang seharusnya di jam segini kita itu sudah bangun" ucap Arlin tak enak hati.
Tadi setelah acara peluk-pelukan itu, mereka bertiga malah langsung tertidur. Lagi pula kedua orangtua Aldo sama sekali tak memberitahu anak dan menantunya kalau akan pulang hari ini. Tentunya jika mereka tahu pasti akan langsung menyambutnya.
"Mandi sama papa dulu ya, Kei" ucap Arlin dengan lembut setelah melihat suaminya keluar dari kamar mandi.
Tentunya kedua orangtua Aldo kaget sampai menatap kearah anaknya seakan meminta penjelasan. Perlakuan lembut yang baru pertama kalinya mereka lihat itu tentu membuat keduanya tercengang. Apalagi dulunya Arlin tak mau dekat-dekat dengan anaknya itu.
Aldo langsung menggendong anaknya untuk dibawa ke kamar mandi meninggalkan kedua orangtuanya yang terbengong. Sedangkan Arlin hanya bisa tersenyum canggung kearah kedua orangtua Aldo yang menatapnya dengan tatapan menyelidik. Arlin sendiri bingung harus menjelaskannya seperti apa, tak mungkin juga ia memberitahu mengenai dirinya bukan menantu aslinya.