Mantan Suamiku Ternyata Bosku

Agam duduk di samping Vany dan menatap Vany dengan canggung, begitupun sebaliknya.

"Bagaimana?" tanya Agam membuat Vany mengurutkan kening.

"Bagaimana apa?" tanya Vany balik tak mengerti.

"Bagaimana jawaban kamu, hmmm .... pertanyaan Ibu tadi?" tanya Agam lagi membuat Vany hanya menatap pada Agam dengan menautkan alisnya, 'Aneh, seharusnya kan kamu yang mengatakannya! Mengapa hal sepenting itu aku harus dengar dari ibumu. Mau jawabanku ya tanya sendiri, mengapa mau tau jawaban pertanyaan ibumu,' batinnya. Ia sangat ingin mengatakan hal itu, sayangnya ia hanya bisa mengucapkan kalimat itu di dalam hatinya.

"Ya sudah, kalian bicara saja, ibu temani Adelia," ucap Sari yang mengerti arti tatapan dari Vany pada Agam, sepertinya ia melakukan kesalahan dengan mendahului putranya, tetapi Sari tak menyesalinya, ia ingin segera membawa Adelia tinggal bersama mereka.

Begitu Sari ikut berhargabung dengan Sofyan dan juga Adelia. Agam mengajak Vany untuk keluar dari ruangan tersebut.

Mereka berjalan di area taman rumah sakit tersebut dan memilih untuk duduk di bawah pohon yang cukup teduh.

"Maaf, aku sudah ingin mengatakannya sejak pertama tahu jika Adelia adalah putriku, tapi aku masih ragu. Takut jika kamu sampai menolak, aku tak menyangka ibu yang menyatakannya lebih dulu," ucap Agam menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal.

"Pak, maksudku Agam. Apa kamu yakin ingin bersamaku? Aku ini hanya orang biasa, sangat jauh berbeda denganmu. Aku hanya karyawan biasa dan kamu atasanku."

"Memangnya kenapa? Apa pengaruhnya?" tanya Agam yang kini justru menatap Vany dengan menautkan alisnya.

"Apa kamu tak malu menikah denganku? Aku hanya karyawan biasa, wanita miskin. Sedangkan Kamu adalah pria kaya dan juga atasanku kamu bisa mendapatkan wanita yang lebih dari aku."

Mendengar itu Agam tersenyum dan menarik tangan Vany untuk menggenggamnya.

"Benar, aku bisa mendapatkan siapapun yang aku mau, tetapi aku hanya ingin kamu. Aku tak pernah melihat wanita dari kekayaannya. Aku menikahinya bukan karena ingin lebih kaya dan ingin tambah kaya, tetapi aku menikahi seseorang untuk bahagiakannya. Vany aku ingin menikahimu dan membahagiakan kalian dan aku yakin kamu bisa membahagiakanku, apalagi ada Adelia di antara kita. Aku bukan hanya akan membahagiakanmu tapi juga akan membahagiakan Adelia.

Mendengar itu Vany menatap mata Agam, walau ia mendengar semua itu dengan sungguh-sungguh. Namun, entah mengapa masih ada rasa ragu di hatinya. Agam pria tampan dan kaya, pasti banyak wanita yang cantik dan menarik yang mendekatinya, ia merasa tak pantas.

Mereka pernah menikah sebelumnya, tatepi itu hanya karena Agam. Apa sekarang Agam ingin kembali menikahinya karena cinta atau hanya karena Adelia. Lalu bagaimana dengan wanita yang dulu bertunangan dengannya? Ada apa dengan hubungan mereka? Apakah kehadirannya telah mengganggu hubungan mereka itu? Ada banyak pertanyaan di benaknya.

"Vany, apa sebenarnya yang kamu pikirkan? Lihat, ada Adelia di antara kita. Kamu tak melihat betapa senangnya dia saat tahu aku ini Ayahnya? Saat tahu jika dia memiliki kakek dan nenek, apa kamu tega membuat kebahagiaannya itu hilang darinya," ucap Agam saat Vany hanya diam dan seolah tak ingin menikah dengannya.

"Aku hanya ... Bagaimana dengan karyaean yang lainnya. Mereka alan tau jika Adelia putriku."

"Lalu kenapa? Apa masalahnya. Kamu jelaskan saja pada mereka jika sebelumnya kita pernah menikah. Aku adalah mantan suamimu. Aku rasa cepat atau lambat kita memang haus menikah."

"Apa kamu tak memiliki seorang kekasih?" tanya Vany. "Bukankah waktu itu kamu mengatakan kamu memiliki tunangan dan ingin segera menikah," tambahnya.

"Itu 5 tahun yang lalu, tapi sekarang aku tak memiliki siapapun lagi. Aku tak punya kekasih ataupun orang yang kucintai dan sekarang aku ingin menikahimu, aku mohon beri aku kesempatan untuk menunjukkan betapa aku serius ingin menjalin hubungan denganmu. Aku tahu kamu belum ada perasaan untukku, tapi aku yakin seiring berjalannya waktu perasaan cinta akan tumbuh diantara kita. Mungkin ini terdengar aneh, tetapi jujur selama ini aku kesulitan untuk melupakanmu bayanganmu. Bayangan kita bersama di malam itu. Semua itu terus saja mengganggu pikiranku, bahkan hingga saat ini," ucap Agam.

"Kenapa kamu membahas malam itu, sih! Itu kan sudah lama berlalu," ucap Vany dan tiba-tiba pipinya berubah menjadi merah. Dulu dia juga sangat sulit untuk melupakan kebersamaan mereka malam itu, setelah berusaha cukup keras dan Adelia lahit, akhirnya ia bisa melupakan semua itu. Namun, setelah kembali melihat Agam beberapa hari terakhir. Entah mengapa setiap melihat Agam memori itu kembali terputar jelas di ingatannya.

"Jika kamu setuju, aku akan mengatur pernikahan kita minggu ini juga?"

"Apa?" pekik Vany terkejut, "Minggu ini juga?" tanyanya membelalakkan mata tak percaya.

"Iya, Minggu ini juga, bulan ini juga, tahun ini juga, semua menurutku sama saja, bahkan jika bisa aku ingin menikahimu sekarang juga. Aku ingin meminta persetujuanmu sebelum memulai semua persiapannya. Vany, aku mohon jangan menolakku. Jika kamu belum mencintaiku dan tak memiliki perasaan padaku, atau tak ingin menjadikanku sebagai suamimu, coba pikirkan anak kita, Adelia. Biarkan aku menjadi ayahnya seutuhnya. Ayah sungguhan yang selalu ada dan bersamanya," mohom Agam.

Siapa bilang dia tak menginginkan Agam, Vany sangat menginginkannya. Tapi semua ini terlalu mendadak baginya.

"Vany. Bagaimana? Aku mohon jawablah dan Aku mohon jawab iya," ucqp Agam memaksa, semenjak kembali bertemu dengan Vany, Ia baru menyadari jika perasaan yang selama ini dirasakannya itu juga cinta. Ia mulai jatuh cinta pada sosok Vany, sejak mereka membawa Adelia ke dunia ini.

"Baiklah, terserah kamu saja, aku rasa kamu benar. Adelia membutuhkan kita," ucapnya membuat Agam pun tersenyum dan mengangguk.

"Aku akan mengurus secepatnya," ucapnya membuat Vani pun ikut mengangguk dan menarik garis senyumnya.

Mereka pun berjalan kembali ke ruang perawatan Pak Sofyan, setelah Agam mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. Mereka akan segera menikah. Vany sudah setuju untuk menikah dengannya.

Begitu mereka masuk, pandangan Sofyan dan juga Sari langsung tertuju pada Keduanya. Keduanya pun menghampiri mereka. Adelia langsung merentangkan tangan ingin digendong oleh Agam.

Agam menggendong putrinya dan mengecup keningnya.

"Bagaimana? Kapan kalian akan menikah?" tanya Pak Sofyan yang juga tadi mendengar pertanyaan dari istrinya untuk Vany dan Pak Sofyan yakin jika mereka keluar untuk melanjutkan pembahasan tersebut.

"Kami akan menikah dua hari lagi," ucap Agam.

"Apa dua hari lagi?" Sofyan, Sari bahkan Vany mengatakan kalimat itu secara bersamaan dan menatap kepala Agam. Agam tersentak kaget mendengar teriakan mereka begitupun Adelia.

Agam dan adelia melihat orang yang membuatnya terkejut secara bergantian kemudian Agam dan Adelia saling menatap. Keduanya hanya mengangkat bahu dan berjalan meninggalkan mereka bertiga yang terkejut dengan kalimat Agam yang mengatakan jika mereka akan menikah dua hari lagi. Padahal tadi Agam mengatakan jika mereka akan menikah satu minggu lagi.