Ketulusan Cinta Nada

Semalaman Farhan tidak bisa tidur nyenyak karena Nada yang tidak memberikannya jawaban pasti tentang kelanjutan pernikahan mereka. Semalam panjang ia terus menatap punggung Nada yang tidur membelakanginya, ada perasaan sedih padahal dulu ia sendiri yang meminta Nada tidur dengan posisi seperti itu. Membelakanginya.

Pagi hari...

Farhan akhirnya memutuskan meninggalkan desa seperti permintaan Nada yang menyuruhnya untuk pulang, karena tidak mungkin juga ia meninggalkan pekerjaannya terlalu lama. Ia akan menunggu istrinya itu selesai mengajar di desa tersebut dan setelah Nada kembali ia tidak akan membuang kesempatan untuk membuktikan pada Nada bahwa ia benar-benar bersungguh-sungguh ingin memperbaiki rumah tangga mereka.

Selesai sarapan, Farhan mengantarkan Nada ke tempat dimana istrinya itu mengajar. Ada rasa tak rela untuk berpisah, terlebih sepanjang jalan Nada bersikap acuh tak seperti dulu akan selalu mengajaknya berbicara ini dan itu untuk menarik perhatiannya. Apakah ini yang dulu dirasakan Nada disaat ia selalu mengacuhkannya, sakit?

Sesampainya di tempat Nada mengajar, Farhan pun akhirnya berpamitan meninggalkan desa tersebut.

"Aku menunggumu pulang, Nada. Aku akan membuktikan bahwa aku bersungguh-sungguh ingin memperbaiki rumah tangga kita." Ujar Farhan sebelum pergi."

.

.

.

Waktu menunjukkan pukul 12 siang ketika Farhan sampai dirumahnya, dengan langkah gontai ia melangkah masuk kerumah dan langsung menuju kamarnya.

Baru akan membaringkan tubuhnya di atas ranjang, perhatian Farhan teralihkan pada pintu kamar mandi yang terbuka. Ia sedikit terkejut melihat Kania keluar dari kamar mandi, ia pikir istrinya itu berada dirumah sakit atau masih berada diluar kota.

"Mas Farhan kemana aja sih, nomornya juga kenapa susah dihubungi? Aku sampai datang ke rumah Mama Sarah mencari Mas Farhan disana, tapi Mas gak ada?" Ujar Kania, ia memasang wajah cemberutnya sambil melangkah menghampiri suaminya itu.

Mendengar nama Mama Sarah disebut, dengan cepat Farhan menegakkan posisi duduknya, menatap Kania dengan ekspresi terkejut.

"Kamu ke rumah Mama Sarah?"

Kania mengangguk, " Tapi aku gak ketemu sama Mama Sarah, karena ART Mama Sarah gak mengizinkan aku masuk. Bahkan dia langsung menutup pintu saat aku bilang ingin melihat kondisi Mama Sarah yang...

Belum selesai Kania melanjutkan ucapannya, Farhan dengan tergesa turun dari tempat tidur.

"Mas Farhan mau kemana lagi?" Tanya Kania, saat Farhan meraih kunci mobil diatas nakas.

"Aku mau kerumah Mama Sarah, kamu gak usah ikut juga jangan susul aku ke sana!" Tekan Farhan lalu dengan langkah cepat keluar dari kamar. Ia harus kerumah mama Sarah sekarang juga untuk memastikan jika Kania tidak berbicara yang bukan-bukan disana.

Farhan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai, bahkan ia tak memperdulikan tubuhnya yang terasa pegal-pegal setelah melakukan perjalanan jauh dari desa.

Lima belas menit menempuh perjalanan, Farhan akhirnya sampai dirumah mama Sarah.

Farhan sudah bisa menebak jika ada sesuatu yang terjadi, melihat dari gelagat bi Ida yang tidak ramah seperti biasanya bila menyambut kedatangannya. Seperti ada kemarahan yang tertahan dari raut wajah bi Ida saat menatapnya. Namun, untuk saat ini Farhan tidak ingin memperdulikan itu. Sekarang tujuannya adalah bertemu mama Sarah.

Dengan pelan Farhan membuka pintu kamar mamanya yang kebetulan tidak terkunci, lalu dengan langkah pelan ia masuk ke kamar itu.

Mendengar suara pintu kamarnya terbuka, mama Sarah yang berdiri di dekat jendela langsung menoleh kearah pintu. Dan seketika tatapannya begitu tajam melihat siapa yang masuk ke kamarnya.

Dengan langkah cepat, mama Sarah menghampiri Farhan, dan langsung melayangkan satu tamparan keras di pipi putranya itu.

Plak...!!!