Mantan Suamiku Ternyata Bosku
Satu tamparan melayang keras di pipi Vany saat ia menolak untuk menikah dengan pria tua yang sudah berumur 50 tahun dan sudah memiliki dua orang istri.
"Vany, kamu harus menikah dengan Pak Yosep, jika tidak paman akan masuk penjara."
"Mengapa Paman mengorbankan Vany? Jika Paman masuk penjara itu karena hutang-hutang Paman sendiri, mengapa Vany yang harus membayarnya dengan masuk ke dalam neraka itu."
"Neraka? Apa maksudmu neraka? Pak Yosep adalah orang terkaya di kampung ini, kamu akan diberi kenyamanan saat menjadi istrinya. Lihatlah banyak orang yang ingin menjadi istri ketiganya. Namun, Pak Yosep menolak dan memilihmu."
"Tidak! Vany tak mau, Paman!" tolak Vany.
"Vany, kamu itu tak tahu balas budi. Kami yang membesarkanmu selama ini sejak kamu masih berusia 5 tahun sampai kamu sebesar ini, jika bukan karena kami mungkin sekarang kamu sudah terlantar di jalan."
"Tapi apa salah Vany, Bi. Kenapa Bibi harus memaksa Vany menikah dengan orang seperti dia, itu sama saja Bibi menjual Vany kepadanya. Mengapa kita tak mencari cara lain untuk membayar hutang kepada mereka?"
"Kamu ingin membayar hutang pamanmu pakai apa, Vany? Hutang pamanmu itu sebesar 20 juta dan jika sampai besok paman tak memberi jawaban, pamanmu akan dibawa ke kantor polisi, mereka orang yang mempunyai nama, jika paman sampai berurusan dengan polisi sudah dipastikan pamanmu akan masuk penjara dan rumah ini pasti akan mereka sita. Kita mau tinggal di mana?"
"Kita bisa tinggal di rumah Ningsih, kan Bi?"
1 tamparan lagi kembali mendarat di pipi mulus Vany, jika tadi tamparan datang dari pamannya kini sebuah tamparan keras itu datang dari bibinya.
"Dasar anak tak tahu diri! Ningsih sudah hidup bahagia dengan keluarganya, mengapa kita harus membebaninya. Pokoknya bibi nggak mau tahu kamu harus setuju, mau tak mau kamu harus menikah dengan Pak Yosep. Apa susahnya sih menikah dengannya, kamu adalah istri ketiga, kamu bukan hanya sendiri yang melayani si tua bangka itu. Kamu tenang saja, Pak Yosep pasti memberikan kemewahan padamu saat di sana, dia pasti lebih menyayangimu dari istri pertama dan keduanya karena kamu sangat cantik dan masih muda."
Vany tetap menggeleng sambil memegang kedua pipinya yang terasa panas, bekas tamparan pamannya juga masih terasa di pipinya kini ditambah lagi tamparan dari bibinya.
Vany berlutut memohon kepada paman dan bibinya agar tak dijodohkan, lebih tepatnya dijual pada pria tua yang memang sengaja memberi hutang pada pamannya itu, di mana sejak dulu pria tua itu sudah menawarkan untuk menjadikannya istri ketiga. Namun, Vany selalu menolaknya. Sepertinya dia sengaja menggunakan trik dengan memberikan hutang kepada pamannya agar ia tak punya pilihan lain selain menjadi istrinya. Namun, Vany bukanlah orang yang sepatuh itu, ia akan melakukan apa saja agar tak menjadi istri dari pria tua itu, walau ia harus pergi dari rumah meninggalkan pamannya, tak peduli jika pamannya harus dipenjara atau tidak.
Sejak kecil walau ia dibesarkan oleh paman dan bibinya. Namun, ia tak pernah merasakan kasih sayang dari mereka, ia selalu mendapat perlakuan yang beda dari kedua anak dari paman dan bibinya yang sekarang keduanya sudah menikah di usia mereka masih di bawah 20 tahun, mereka menikah dengan pengusaha yang ada di kampung mereka. Bagi kedua orang tuanya, asal anak-anaknya sudah lulus SMA mereka akan mencarikan calon. Suami untuk anak-anak mereka. Namun, jika kedua anak pamannya itu mencarikan pria yang tepat untuk mereka, tapi tidak dengannya. Mereka bukannya mencarikan kebahagiaan untuknya, pamannya justru ingin menjerumuskannya ke dalam kesengsaraan, memberikannya kepada pria tua bangka yang sudah bau tanah itu untuk dijadikan istri ketiga, hanya untuk agar hutangnya sebesar 20 juta akan dianggap lunas.
Malam hari Vany berpikir keras apa yang harus dilakukannya agar bisa terbebas dari semua itu, setelah memikirkan banyak hal. Namun, Vany tetap saja tak menemukan jalan keluar.
"Apa yang harus aku lakukan, aku tak mau jadi istri pria bau tanah itu." Vany bersandar pasrah hingga ia tak sengaja melihat tas ransel yang ada di atas lemarinya, pikiran Vany kemudian membawanya untuk sebaiknya dia kabur saja.
Vany dengan terburu-buru memasukkan beberapa pakaiannya dan juga ijazah SMAnya ke dalam tas ranselnya tersebut, Vany melihat uang yang ada di dompetnya, hanya ada uang Rp 200.000, itu cukup untuk ongkosnya pergi ke kota. Ia akan pergi kekota dan akan memikirkan lagi bagaimana caranya mendapatkan uang setelah ia sampai di sana, hal yang penting malam ini dia harus pergi dari rumah itu.
Vany terus menunggu hingga keadaan rumahnya aman, sesekali ia menempelkan telinganya di daun pintu kamarnya, memastikan jika paman dan bibinya sudah tak ada di ruang tengah dimana sejak tadi mereka ada di sana dengan membicarakan pernikahannya dengan kakek tua itu.
Begitu memastikan sudah tak ada suara lagi, Vany langsung menggendong tas ranselnya, ia melihat jam yang ada di ponselnya jam sudah menunjukkan pukul 01.00 malam, sepertinya ini waktunya ia pergi.
Vany dengan sangat hati-hati berjalan melewati pintu kamar paman dan bibinya, ia tak boleh ketahuan karena jika sampai ia ketahuan bisa dipastikan ia tak akan punya kesempatan untuk kabur lagi, pamannya pasti akan lebih waspada dan memastikan agar ia benar-benar menikah dengan pria sialan itu.
Vany bernapas lega saat melihat kunci tergantung di gagang pintu, ia pun dengan sangat hati-hati memutar kunci tersebut untuk membuka pintu, sesekali ia menoleh ke arah pintu kamar paman dari bibinya, memastikan jika apa yang dilakukannya tak diketahui oleh mereka.
Vany memejamkan mata dan menggigit erat bibirnya saat ia memutar kunci dan terdengar suara di sana, dengan cepat ia kembali menoleh dan memastikan semuanya aman.
Vany menunggu sejenak, setelah dirasa aman ia pun kembali perlahan memutar gagang pintu, menarik pintunya dengan hati-hati agar terbuka tanpa menumbulkan suara, ia berhasil. Dengan hati-hati Vany keluar.
Vany bernapas lega setelah ia sudah berada di luar, sekarang ia tinggal menutup pintunya lagi .
Namun, saat Vany akan menarik pintunya ia mendengar suara pintu kamar dibuka. Vany menghentikan gerakannya. Ia mendengar suara langkah yang keluar dari kamar tersebut, Vany semakin menegang saat mendengar suara batuk dari pamannya sedangkan pintunya belum tertutup sempurna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
eneng Heryani
Nemu postingan di FB akhirnya ku cari di sini Alhamdulillah kini ku mulai membaca 🥰
2024-11-17
0
Rahma Syndrome
Kasian Vany 😭
2024-11-02
0
Zainab Ddi
kasian vany mentang2 anak yatim
2024-05-06
0