"Lepaskan aku , Jika kau tak bahagia bersama ku, maka aku pun sudah siap membebaskan mu dari segala tanggungjawab mu terhadap diriku"
Kalimat terakhir yang Asmara ucap sebelum dia benar-benar berpisah dari suaminya.
Sebongkah hati yang kini berubah menjadi sayatan kecil , menyisakan luka yang teramat mendalam.
Tidak ada alasan untuk dirinya tetap bertahan di tempat itu, karena ternyata tidak hanya dirinya yang tidak di terima oleh suaminya, Bahkan anak yang telah dia lahirkan pun tidak pernah di harapkan oleh Bima yang jelas-jelas merupakan ayah kandungnya.
Akankah Asmara mendapatkan cintanya ??..
Ataukah Asmara akan semakin terluka ??
Yukk Saksikan Terus Kisahnya ....
Selamat Membaca , Semoga Suka dengan Karya Baru saya
SENJA ASMARALOKA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22. Rengekan Senja
...Takutlah Pada hati yang Berdoa Atas Nama Luka. Sebab Doa lirih dari dalam hati yang terasa pedih di genggam erat oleh sang Maha Kuasa. Bahkan Semesta takut mengaminkannya. ...
...🍁...
Setelah memastikan semua baik, Loka meminta pada mandornya untuk mengurus izin Pak Rohmad selama satu Minggu ke depan, tentu ini berkaitan dengan pengganti yang akan bertugas selama pak Rohmat belum kembali bekerja.
Sementara untuk masalah lainnya akan Loka selesaikan sendiri.
Setelah menunggu beberapa saat, mobil perusahaan yang bertugas untuk mengantarkan pak Rohmat pulang telah datang.
Tak lupa Pak Rohmat berpamitan pada Loka dan Asmara, tentu tidak lupa mengucapkan terima kasih pada keduanya.
Dengan di bopong oleh bapak-bapak sebelumny, Pak Rohmat di bawa ke mobil. Sementara setelah itu karyawan lainya menuju mobil sebelumnya untuk kembali ke Lokasi dan bekerja kembali.
Setelah kepergian para karyawan , Kini menyisakan Loka dan Asmara saja di depan Ruang periksa. Keduanya tampak canggung.
Waktu menunjukan pukul 16.30
Meski tidak benar-benar tahu siapa sebenarnya Loka, namun sampai sini, Asmara tahu jika Loka bukan orang biasa-biasa saja.
Tatapan keduanya sejenak beradu , dan ada rasa malu pada Asmara ketika menatap wajah Loka
"Terima kasih atas bantuan mu" Loka
Asmara mengangguk dengan senyum manis di wajah nya.
"Tidak seberapa mas, hanya membersihkan luka saja"
Loka tampak terkekeh, Asmara selalu mengatakan begitu atas setiap bantuan yang dia berikan, mungkin hatinya memang sangat bersih, sehingga tidak sedikitpun Loka melihat keangkuhan dan kesombongan dalam dirinya.
"Paman....!!!!"
Keduanya menoleh kebelakang ketika mendapati suara kecil menyapa.
'Senja'
Ternyata sedari tadi gadis kecil tersebut telah berada di balik pintu, tentu hal itu karena senja yang sangat ingin menemui Loka.
Senja memang sangat penurut , hal itu terbukti setiap kali Asmara mendapat pasien atau melakukan tindakan , dia tidak akan pernah datang untuk mengganggu Asmara.
Loka tersenyum dengan begitu manisnya, melihat Senja yang begitu bahagia ketika mendapati dirinya berada di sana.
"Paman , Enja Angen"
Loka tampak menajamkan pendengarannya, bukan tanpa alasan, hal itu karena dia tidak paham bahasa Senja. Sementara Asmara tampak membulatkan kedua bola matanya, mendengar apa yang di ucapkan oleh putri nya.
"Senja bilang apa ?"
"Angen paman!!"
Beberapa kali Loka bertanya dan menajamkan pendengarannya, namun tetap sama dia juga tidak paham ucapan Senja.
"Senja Kangen sama Kamu mas" Lirih Asmara.
Loka terkekeh mendengarnya, jujur itu sangat lucu bagi Loka yang tergolong masih amatir dalam dunia anak-anak.
Berat bagi Asmara mengatakan kalimat itu, namun melihat kegigihan Senja tentu membuat Asmara merasa tidak tega, tidak mungkin komunikasi antara keduanya berhenti begitu saja karena kendala Senja yang belum lancar berbicara.
Loka terkekeh, mendengar ucapan Senja, tanpa aba-aba dia segera meraih tubuh gadis kecil itu dan menangkup nya dalam pelukan, menggendong dan sesekali menghujani nya dengan kecupan.
'Lucu dan sangat menggemaskan' begitu batin Loka. Sejujurnya dia juga sangat menginginkan kehadiran seorang anak dalam pernikahan pertamanya, namun entah mengapa sang istri selalu menolak dan beralasan setiap kali Loka membahas soal anak.
Senja terlihat begitu bahagia dengan kedatangan Loka, bahkan gadis kecil itu juga tidak sungkan untuk memberikan ciuman.
Meski tergolong baru perkenalan antara keduanya, namun entah mengapa Asmara merasa ketika dengan Loka Senja terlihat begitu bahagia, seolah keduanya sudah saling kenal sejak lama.
Ini sangat berbeda dengan karakter Senja sebenarnya, yang sangat tertutup dan pendiam.
"Ibuk , Enja Mau pasal malem !"
"Pasar malam ?, Tapi Pasar malam nya sudah selesai Nak"
Senja sangat berharap bisa mengulang kebersamaan mereka ketika di pasar malam, dan Asmara tahu itu.
Meski kasihan namun beruntung pasar malam telah usai, sehingga Asmara tidak akan repot membuat alasan untuk Senja.
Hal itu tentu juga karena Asmara tidak sampai hati jika harus meminta Loka mengantarkan lagi.
Raut wajah Senja mendadak berubah sayu, terlihat jika dia begitu kecewa. Karena tidak bisa mengulang kebersamaan seperti di pasar malam tempo hari.
"Alo gitu Enja , gak mau aeem" ancam senja dengan berteriak.
Setelah mengatakan itu , nalurinya sebagai anak pun muncul, tangisan dan raungan terdengar memenuhi ruangan.
"Enja, tidak boleh bicara seperti itu ya. No no no" Asmara sedikit meninggikan suaranya.
Asmara berusaha meredam emosi pada putri nya yang merasa kecewa. Namun hasilnya Senja tetap saja marah dan tidak terima.
Melihat kemarahan senja yang semakin menjadi kini Loka pun mencoba untuk menenangkan Senja.
"Senja mau main ?" Loka.
Senja mengangguk dengan semangat.
"Oke, Kita main, tapi ada syaratnya !"
Senja tampak menautkan kedua alisnya, Sesungguhnya dia tidak benar-benar tahu maksut dari syarat, Senja hanya mendengar saja apa yang di katakan Loka.
"Senja harus makan, setelah itu kita akan bermain" Ajak Loka dengan lembut.
Mendengar ucapan Loka , Entah angin dari mana , namun Senja merasa bahagia dan seketika tangisnya berhenti begitu saja.
"Mas Tapi ---" Asmara
"Seetttt..."
Loka tampak meletakkan jari telunjuknya di bibir , mengisyaratkan ada Asmara untuk tidak lagi membuat senja merasa kecewa.
Sejujur nya Loka sangat paham jika saat ini Asmara melarangnya memanjakan Senja, Namun hal itu justru sangat ingin Loka lakukan. Dan pada akhirnya Asmara pun mengalah, dan membiarkan Senja membersama Loka untuk sesaat.
Meski tidak begitu keras, namun nyatanya tangisan Senja sebelumnya banyak mengundang reaksi penghuni rumah lainya.
Setelah sebelumnya mereka juga datang untuk menyaksikan siapa pasien Asmara yang mengalami cedera, lalu kembali lagi.
Kini seolah di undang, mereka pun berkumpul kembali di ruang praktik Asmara
"Ada apa Asma?" tanya ibu Bima dengan tergopoh-gopoh.
Asrama sedikit tidak enak hati karena mungkin saja tangisan putrinya mengganggu para tamu, meski mereka juga merupakan ayah dan kakek nenek nya.
"Maaf buk , Senja tadi minta untuk ke pasar malam, tapi pasar malam nya sudah selesai"
"Memang tidak ada tempat bermain lain selain di Pasar malam ?"
Asmara tampak menunduk dengan menggelengkan kepala.
Ibu Bima tampak memahami situasi dan kondisi Asmara saat ini, tidak mudah memang hidup di Pedesaan , yang tentu minim akan hiburan, Berbeda dengan kehidupan senja sewaktu di kota.
Selain mertua Asmara disana ada Bima dan Diana yang juga bergabung.
Sorot mata Diana jelas terlihat rasa penasaran pada sosok yang kini tengah menggendong Senja dalam pelukannya.
Begitu juga Bima yang menatap tidak suka pada Loka yang terlihat akrab dengan putrinya.
'Gagah, tampan, dan rupawan' kesan yang di tampilkan oleh Diana pada sosok di hadapannya. Seketika sudut bibirnya terangkat keatas.
"Enja mau makan kan?, oke sekarnag Enja makan ya sama Paman"
Asmara tampak mengalihkan pembicaraan, menyadari tatapan orang-orang dari masa lalunya yang menatap penuh tanda tanya pada Loka.
"Ya sudah kita makan saja buk, Takut ya nanti senja keburu ngantuk" ajak Asmara yang mulai tidak nyaman dengan situasi tersebut.
Beruntung selama Asmara menangani pasien nya, Mbok Jum tidak lantas berhamburan untuk menonton kejadian tersebut, seperti para penghuni lainya yang tampak antusias menonton.
Mbok Jum tetap berada di dapur dan menyelesaikan tugasnya menyiapkan makanan untuk makan malam.
***