Cinta Alea

Pov Alea

Sudah lebih dari 1 bulan sejak kepergian Meyer dari kediamanku. Bagiku, dunia rasanya seperti berhenti berputar. Begitu membosankan dan sangat tidak menyenangkan sekali.

" Kamu lagi apa sekarang Meyer? Apakah sekarang kau sudah bahagia bersama dengan keluargamu?" tanyaku saat melihat barang-barang Meyer yang tersusun rapi di kamar tamu.

Sekarang kegiatanku setiap hari hanyalah menatap barang-barang milik Meyer yang telah ditata begitu rapi oleh pembantu di rumahku.

Sungguh merindukan seseorang itu sangat menyakitkan. Merindukan seseorang yang bukan milik kita dan kita tidak mampu untuk berbuat sesuatu itu benar-benar sangat menyiksa dan itulah yang saat ini sedang aku rasakan.

Entahlah! Saat ini aku benar-benar tidak mengerti kenapa rasanya sesak sekali dadaku. Setiap kali aku memikirkan tentang Meyer yang mungkin saja sekarang sedang bersama kekasihnya yang baru di tempatnya yang jauh dariku saat ini.

" Aaaaaa! Meyer aku kangen banget sama kamu! Kamu di mana?" aku benar-benar sudah tidak sanggup lagi menahan kerinduan yang begitu besar dalam hatiku saat ini.

Aku sudah berusaha mencoba untuk menelepon ponsel Meyer tetapi tidak aktif hingga saat ini.

Ketika kerinduan di hatiku yang semakin membuncah. Aku pun kemudian memutuskan untuk memberanikan diriku dan mengunjungi sekolahan Meyer. Siapa tahu aku akan bertemu dengan dia di sana. Minimal aku bisa bertanya kepada kembaran Meyer yang ada di sana atau mungkin bisa bertanya kepada Angel wanita yang mengaku sebagai tunangan Meyer itu.

Ketika aku mengingat tentang Angel seketika hatiku merasa kesal dan jengkel.

" Kau boleh muda dan kau boleh seusia dengan Meyer. Tetapi hanya aku yang dicintai olehnya. Jadi kau tidak usah sombong di hadapanku Angel!" aku bermonolog dengan diriku sendiri untuk menguatkan diriku yang saat ini hendak maju ke medan perang untuk bertemu dengan Angel, ratu cabe-cabean yang mengaku sebagai tunangan Meyer.

Dengan mengendarai mobil pribadiku aku pun langsung menuju sekolahan Meyer yang letaknya tidak terlalu jauh dari Mansion milikku. Hatiku berdebar sangat kencang.

Entahlah. Tapi yang jelas, hatiku benar-benar bergemuruh saat ini. Memikirkan kalau mungkin saja nanti aku akan bertemu dengan Meyer di sekolahan ini. Hal itu benar-benar telah membuat jantungku berdebar sangat kencang. Aku kesulitan mengendalikannya.

Dengan langkah lebar aku langkahkan kakiku untuk masuk ke dalam sekolahan yang super mahal ini. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru sekolahan. Aku berusaha mencari keberadaan kekasih yang sangat aku rindukan selama beberapa minggu ini.

Saat mataku menatap sesosok wajah yang sangat mirip dengan Meyer, hatiku sangat senang sekali. Aku lupa siapa nama pria tampan itu. Pria yang memiliki wajah hampir sama dengan Meyer dan juga mata biru yang begitu mempesona persis seperti mata yang dimiliki oleh Meyer.

Laki-laki itu mendekat ke arahku ketika melihat aku yang melambaikan tangan padanya.

" Halo kau Alea kan?" tanyanya sambil mengulurkan telapak tangannya padaku.

" Ya. Wah kok masih ingat denganku. Itu hebat sekali! Tapi maafkan aku. Karena aku lupa dengan namamu!" ucapku lesu sambil menundukkan kepala karena merasa sedih dengan kepayahanku sendiri yang tidak bisa mengingat nama laki-laki tampan di hadapanku ini.

" Tidak masalah. Jangan khawatir denganku. Oh ya kau sudah mencari Meyer?" tanya pria tampan itu yang malahan tersenyum padaku.

Aku hanya menganggukan kepala karena merasa malu untuk mengakui perasaanku sendiri di hadapan kembaran Meyer.

" Meyer sekarang berada di Jerman. Karena dia telah dijemput oleh bodyguard keluarga kami untuk bertemu dengan kedua orang tuaku di sana!" ucap pria tampan itu sambil tersenyum ke arahku.

" Katakan padaku siapa namamu?" tanyaku penasaran kare tidak mungkin bukan, kalau aku terus memanggil dia dengan lelaki itu?

" Namaku Mario Clarkson. Aku adalah kembaran dari Meyer usia kami hanya berbeda 5 menit saja. Dia beruntung menjadi kakakku hanya karena beda waktu itu!" ucap Mario dengan senyum yang tergambar jelas di wajahnya benar-benar sangat mirip dengan Meyer yang aku cintai.

" Kenapa kau ada di sini sementara Meyer dipaksa untuk kembali ke Jerman?" tanyaku sungguh penasaran dengan hal itu.

" Meyer memang tinggal bersama dengan kedua orang tua kami karena dia adalah pewaris yang telah dipilih oleh Ayahku untuk meneruskan perusahaan keluarga kami." ucap Mario sambil tersenyum kepadaku.

" And?"

" Aku sejak bayi selalu tinggal dengan nenek dan kakekku. Karena berdasarkan mitos, anak kembar itu tidak boleh tinggal bersama. Kalau tidak, maka salah satunya pasti akan meninggal. Oleh karena itu kakekku memilih untuk merawatku di sini bersama dengan istrinya!" ucap Mario sambil menundukkan kepalanya.

Aku hanya manggut-manggut mendengarkan semua keterangan yang disampaikan oleh Mario. Hidup mereka ternyata sangat rumit gengs kasihan sekali.

Aku benar-benar merasa bersyukur dengan hidupku yang selama ini selalu bebas dan merdeka tanpa ada tekanan dari siapapun.

" Oh ya kapan Meyer kembali dari Jerman?" tanyaku penasaran sekali.

" Meyer tidak akan kembali lagi ke Indonesia. Karena sekarang dia sudah dijodohkan oleh Ayahku untuk menikah dengan Putri salah satu rekan bisnisnya di Jerman. mau tidak mau bayar harus menerima perintah itu kalau dia tidak mau kehilangan statusnya sebagai pewaris keluarga kami!" demi apapun! Jantungku benar-benar seakan berhenti berdetak. Ketika aku mendengarkan berita tentang laki-laki yang aku cintai kini telah dijodohkan dengan wanita lain.

Tubuhku serasa lemas seketika seakan tidak bertulang sama sekali. Dadaku sesak luar biasa. Mataku sampai berkunang-kunang.

" Apakah kau yakin kalau Meyer sudah dijodohkan dengan perempuan lain di Jerman?" tanyaku pelan berusaha untuk mengkonfirmasi perkataan Mario.

" Setidaknya itulah yang dikatakan oleh kakek Bayu. Waktu tadi pagi berbicara dengan Mamaku di Jerman!" ucap Mario menatapku dengan tajam.

" Kau jangan khawatir Alea. Gak ada Meyer dalam hidup kamu, bukankah masih ada aku? Kalau kamu mau, Aku bersedih Aku menggantikan posisi Meyer untuk menjadi kekasihmu!" demi apapun saat ini aku benar-benar ingin sekali memukul kepala Mario yang sembarangan bicara kepadaku.

" Jangan gila yah!" ucapku kesal sekali sambil memalingkan wajahku dari tatapan Mario yang sama persis seperti Meyer ketika melihat ke arahku.

Aku benar-benar tidak mengerti dengan dua bersaudara ini kenapa mereka sangat ahli membuat jantungku tidak karuan begini.

Aku benar-benar tidak mau mencari perkara dengan menjalin hubungan dengan Mario yang notabene adalah kembaran dari Meyer.

Cukup satu kali aku merasakan patah hati karena mencintai laki-laki seperti Meyer yang usianya jauh lebih muda di bawahku.

" Ya sudah aku pulang dulu ya. Terima kasih atas semua informasi yang sudah kau berikan untuk aku!" setelah berpamitan kepada Mario aku pun pulang kembali ke mansionku dengan badan loyo total.