NovelToon NovelToon
Anjani Istri Yang Diremehkan

Anjani Istri Yang Diremehkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Uang miliaran di rekening. Tanah luas. Tiga ratus pintu kontrakan.

Anjani punya segalanya—kecuali harga diri di mata suaminya dan keluarganya.

Hari ulang tahunnya dilupakan. Status WhatsApp menyakitkan menyambutnya: suaminya disuapi wanita lain. Dan adik iparnya dengan bangga menyebut perempuan itu "calon kakak ipar".

Cukup.

"Aku akan tunjukkan siapa aku sebenarnya. Bukan demi mereka. Tapi demi harga diriku sendiri."

Dan saat semua rahasia terbongkar, siapa yang akan menyesal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 11

“Ya ampun... kenapa dua orang ini malah memarahi aku?” gumam Anjani, tertegun di tengah keributan.

“Momy... Momy…” tangis Anja pecah di pelukannya, membuat dada Anjani sesak.

Anak ini… kenapa reaksinya seperti trauma kekerasan fisik?pikir Anjani dalam hati, sambil menatap mata Anja yang penuh ketakutan.

“Anja!” panggil seorang perempuan dari kejauhan.

Anja menoleh. “Oma! Tolong Anja, Oma! Anja nggak mau ikut Mama! Mama galak... suka pukul Anja...” tangisnya pecah, membuat semua orang di sekitar menoleh.

Seorang wanita paruh baya segera menghampiri. Anja buru-buru meraih wanita itu dan memeluknya erat, melepaskan diri dari pelukan Anjani.

“Oma, Anja mau sama Oma aja. Nggak mau sama Mama,” isaknya.

“Tidak bisa! Aku pemegang hak asuh. Anja harus ikut denganku!” bentak Viona, melangkah mendekat.

“Alah, itu juga karena hakimnya selingkuhan kamu,” tukas Rizki, matanya tajam menatap Viona.

Anjani melihat wanita paruh baya itu dan memberi isyarat halus. Sang Oma langsung membawa Anja menjauh dengan cepat.

“Kalian ini sudah dewasa tapi bertingkah seperti anak-anak!” seru Anjani tegas. “Kalian pikir, pertengkaran di depan anak nggak berdampak? Anja bisa membenci kalian berdua karena ini!”

“Diam kamu!” bentak Viona. “Siapa kamu berani-beraninya ikut campur urusanku?!”

“Sudah, Viona. Jangan bikin malu,” sahut Rizki, letih.

“Aku yang dapat hak asuh. Anja ikut aku!” tegas Viona.

“Selama ini yang ngurus Anja ibuku. Kamu sibuk arisan dan nongkrong. Sekarang bilang mau jadi ibu?” balas Rizki.

“Aku nggak peduli. Anja tetap harus bersamaku!”

“Jadi, apa maumu biar Anja diasuh ibuku?”

“Perusahaan kamu.”

Rizki tertawa sinis. “Akhirnya ketahuan juga tujuanmu... Baiklah. Tapi kamu harus janji, jangan pernah temui Anja lagi.”

“Deal. Aku ingin semuanya selesai besok!”

“Datang ke kantorku.”

Viona berjalan keluar lobi pengadilan dengan senyum kemenangan

Anjani juga berjalan karena sudah tidak ada hal yang harus dia urus lagi

“Anjani,” panggil Rizki, menyusul dari belakang.

“Hmm? Ada apa?” Anjani menoleh sekilas.

“Kamu lagi ngapain di sini?”

“Beli obat batuk,” jawab Anjani singkat.

Rizki tertawa kecil. “Masih galak aja, kayak dulu.”

“Aku sudah cerai. Sekarang mantan istriku ngotot mau ambil Anja,” ucap Rizki, suaranya berat.

“Maaf, aku nggak mau tahu urusan rumah tanggamu,” sahut Anjani datar.

Rizki mengeluarkan sesuatu dari sakunya. “Ini... terima kasih ya.”

“Terima kasih untuk apa?”

“Karena mau jadi momy-nya Anja.”

Anjani menatapnya tajam. “Nama anakmu siapa?”

“Anja Rizki Septiansah.”

Anjani tercenung. “Namanya mirip denganku. Kenapa?”

“Karena aku masih—”

“Daaady!” teriak Anja, memotong.

Gadis kecil itu berlari memeluk Rizki. “Dad, pulang yuk!”

Rizki tersenyum pada Anjani. “Aku pulang dulu, ya.”

“Momy, ayo kita pulang,” pinta Anja.

“Anja, nggak boleh. Dia bukan momy,” koreksi Rizki.

“Padahal Anja mau Momy…” gumam Anja.

Dipeluk ayahnya, Anja melambai pada Anjani.

Anjani terpaku. Ingatannya kembali ke masa lalu—Rizki datang sambil membawa seikat padi.

“Namaku Rizki Kurniawahsah. Aku mencintaimu.”

Saat itu, Anjani yang sedang meneliti bibit padi hanya bisa membisu—karena hatinya sudah dimiliki Riki.

...

Setelah keluar dari ruang pengadilan dengan hati campur aduk, Anjani langsung menuju kantor Balitbangtan. Rasa sesak masih menyesakkan dada, tapi ia berusaha menenangkan diri—hari ini adalah titik balik hidupnya.

“Ni, kamu sudah ditunggu Pak Guntur,” ujar Rina, Asisten Kepala Balitbangtan, sekaligus teman kuliahnya dulu.

“Oh, baiklah,” jawab Anjani, menata napas.

Namun langkah Rina membawanya ke arah aula, bukan ruang biasa.

“Rin, kenapa ke aula?” tanya Anjani curiga.

Rina tersenyum. “Hari ini peluncuran formula pupuk organik AJ25, hasil karyamu sendiri. Semua sudah menunggu.”

Langkah Anjani terhenti. Aula besar itu penuh orang. Saat ia masuk ke ruangan, semua tamu berdiri dan bertepuk tangan meriah.

“Kita sambut peneliti muda kita, pencipta formula AJ25!” seru pembawa acara.

Anjani terpaku. Dalam undangan, ia hanya diminta hadir untuk memberi materi umum soal pertanian. Ia tidak menyangka, ini adalah acara peluncuran resmi hasil penelitiannya.

Pak Guntur segera menghampirinya. “Silakan Anjani, presentasikan hasil karyamu.”

Dalam hati, Anjani panik. “Aduh, dari pagi pikiran kacau karena urusan cerai, sekarang harus presentasi dadakan?”

Tapi ia tidak punya pilihan. Ia menunduk sebentar, mengatur napas, lalu naik ke podium. Di bangku tamu, ia melihat beberapa dosennya dulu.

Perlahan ia berbisik, “Bismillah.”

Tanpa teks, tanpa catatan, tanpa slide—Anjani mulai menjelaskan. Kata-katanya mengalir lancar dan jelas. Pengalaman dan keyakinannya membuat dia yakin.

Saat ia selesai bicara, seluruh ruangan kembali berdiri. Tepuk tangan menggema lebih lama. Untuk pertama kalinya, Anjani merasa dihargai.

Beberapa menit kemudian, ia diminta menandatangani kontrak kerjasama. Hari itu menjadi awal baru dalam hidupnya.

Setelah acara peluncuran AJ25, Rina mengajak Anjani ke ruang keuangan. Seorang staf sudah menunggu dengan map dan laptop terbuka.

“Bu Anjani, ini dokumen yang perlu ditandatangani. Anda berhak menerima royalti awal sebesar tiga miliar rupiah,” jelas staf itu. “Juga ada dana operasional jika Ibu bersedia turun langsung ke lapangan.”

Anjani terdiam. “Tiga miliar?” tanyanya pelan, hampir tak percaya.

“Benar, Bu. Pembayaran dilakukan bertahap sesuai isi kontrak.”

Anjani menatap angka di layar. Tangannya gemetar saat memegang pulpen untuk tanda tangan. Matanya berkaca-kaca.

Semua kerja keras, hinaan, dan anggapan remeh dari orang-orang selama ini… akhirnya terbayar.

Rina menepuk bahunya. “Akhirnya sampai juga, Ni. Ini buah dari kerja kerasmu.”

Anjani menarik napas dalam, lalu mengangguk. “Alhamdulillah…”

...,.....

Setelah berbincang sebentar dengan Rina, Anjani keluar dari Balitbangtan dan berjalan menuju kontrakannya. Udara sore terasa lembap, dan pikirannya masih campur aduk antara rasa lega dan letih.

Belum sempat ia melepas sepatu, ponselnya berdering. Nama Reno, kakaknya, muncul di layar. Anjani menghela napas panjang sebelum menjawab.

“Anjani, ngapain kamu ke pengadilan agama?” suara Reno terdengar tegas.

Dalam hati, Anjani menggerutu, “Siapa lagi yang membocorkan aku ke sana…”

“Iya, Bang. Aku memang ke sana,” jawab Anjani pelan.

“Jangan bilang kamu lagi gugat si Riki?” suara Reno mulai meninggi.

“Iya, Bang,” jawabnya jujur.

“Kurang ajar! Dia nyakitin kamu?!” bentak Reno, jelas menahan emosi.

“Dia mau menikah lagi,” lirih Anjani.

Terdengar suara meja dipukul di seberang sana. “Gila! Akan aku bilang ke temanku biar dia dipecat dari perusahaan!”

“Jangan, Bang… Jangan zalimi orang. Aku enggak mau abang pakai kekuasaan buat hal yang enggak adil,” potong Anjani cepat.

“Tapi dia nyakitin kamu!”

“Aku tahu, Bang… Tapi dia tulang punggung keluarganya. Kalau pun dia dipecat, biar karena kesalahan dia sendiri, bukan karena perintah abang. Cukup abang diam, jangan lagi membela Riki di kantor.”

Reno terdiam beberapa saat. “Ya udah. Kalau kamu mau pulang ke Lampung, bilang. Abang suruh orang jemput.”

“Enggak usah, Bang. Aku lagi ada kerja sama sama Kementan. Formula bibitku dipakai pemerintah, Bang.”

Terdengar senyum dalam suara Reno. “Alhamdulillah… Adik abang memang luar biasa.”

“Abang tahu aku ke pengadilan dari siapa?” tanya Anjani curiga.

“Rizki. Katanya tadi ketemu kamu di sana.”

Anjani mendengus kecil. “Rupanya dia…”

“Jaga diri ya, Ni. Jangan sungkan hubungin abang kalau ada apa-apa,” ucap Reno lembut.

..

Sementara itu di kantor, Riki duduk di meja kerjanya dengan wajah kusut. Tangannya menopang kepala, tatapannya kosong.

“Kenapa lu kayak orang habis ditabrak truk?” celetuk Tedi, rekan sekaligus sahabat dekatnya. “Harusnya lu senang, bentar lagi kita bakal naik jadi kepala cabang!”

Riki menghela napas berat. “Ibuku nyuruh aku ceraikan Anjani…”

Tedi langsung terdiam. “Serius? Alasannya apa?”

“Katanya Anjani bukan wanita karier, pendidikannya biasa aja, dan bukan dari keluarga kaya,” jawab Riki lesu.

Tedi bersandar di kursinya. “Gue tanya ya... Waktu lu susah, siapa yang nemenin lu?”

“Anjani…” gumam Riki pelan.

“Justru itu! Hidup lu bakal kacau kalau ninggalin dia. Sekarang, karena lu sukses, banyak yang mau. Tapi mereka bukan karena cinta—mereka cuma ngincer posisi lu.”

Riki memijit pelipisnya. “Tapi, dia itu... memalukan. Dia cuma ibu rumah tangga.”

Tedi tertawa kecil. “Lu ini masih mikir zaman batu. Gue aja, istri gue dulu manajer. Gue suruh berhenti kerja supaya fokus ke anak-anak. Gue bangga bilang ke orang, istri gue ibu rumah tangga.”

Tedi menatap serius. “Bapak gue tentara, nyokap gue ibu rumah tangga. Gaji bapak gue pas-pasan, tapi berkat nyokap, sebelas anaknya bisa kuliah. Kalau bukan karena dia, gue enggak tahu jadi apa.”

“Jangan rendahkan ibu rumah tangga, Rik. Mereka itu pahlawan tanpa tanda jasa. Hari buruh dirayain, hari guru dirayain, tapi ibu rumah tangga? Enggak ada yang ingat. Lu enggak boleh ceraikan Anjani cuma karena latar belakangnya. Kecuali... dia selingkuh. Baru deh, gue dukung.”

Riki terdiam. Kata-kata Tedi menampar kesadarannya, tapi juga membuat pikirannya makin kusut. Hatinya bergetar, tapi logikanya tetap bimbang.

1
Elizabeth Zulfa
klo anjani jujur bakal makin kamu dan kluarga mafaatin donk.... ngaku miskin aja udah kamu manfaatin buat jdi babu... 😏😏
Elizabeth Zulfa
Zo gak bakal bisa kembali lah 😏😏
SOPYAN KAMALGrab
terimakasih
SOPYAN KAMALGrab
ok makasih
Uthie
Cewek licik n jalang murahan gtu yg dipilih 😏
Liana CyNx Lutfi
Berarti jodohnya anjani bkn kamu rizki tp raka km cocoknya jadi sehabat anjani aza'jngn rusak persehabatan kalian krn egoisan , hemmm3 riki terjebak dlm permainan lusi sungguh miris sebangai laki2 tidak pnya ketegasan mlah terjerumus dlm kemalangan
Uthie
Cerita yg seru dan menarik disimak 👍👍👍👍
Uthie
Wadduuhhhh.... Rizki duda 1 anak.. dan Raka pria lajang yg tampan....
pilih siapa yaa.. ikutan bingung 😆😆
Uthie
keren 👍
Uthie
sayangnya merangkak jadi jalang 😜😏
Uthie
puassss banget itu. semua di moment yg Pass 👍😏
Uthie
Diiihhh.. S2 KW jalang itu mahhh 😜😜😏
Si Riki sama Ibunya biar nyaho.. wanita yg di elu-elu kan taunya adalah simpenen bapak/suami mereka 😜😜😜😆
Ma Em
Rizki kalau emang Anjani jodoh kamu pasti tdk akan kemana .
Uthie
setujjuu 👍🤨
Uthie
sukurin 😝😏
Ros Miati
bagus
Dessy Sugiarti
Alhmadulillah Update lagiiii....
Lanjuuttt kakakkkk....
Ditunggu kehancuran mantan suami Anjani...
Liana CyNx Lutfi
Kayaknya riki mau djadikan kambing hitam sama dody hidup iku jngn hanya mikirin gengsi riki harus pnya prinsip apa lagi klu km tau kebenaranya klu km iku bkn anak kndung ayahmu ,dan prempuan yg akan km dikahi adalah selingkuhan ayah tirimu sungguh mlah hidupmu riki dijadikan bonek oleh orang tuamu
Uthie
gtu dong.. jangan mau terus-menerus diinjak harga diri 👍🤨😏
Uthie
Mampir 👍♥️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!