Tuntutan Keluarga, Membuat Anya Harus Melanjutkan Kuliahnya. Sebenarnya dia ingin bekerja saja atau membangun bisnis. karena dia sudah sangat lelah berurusan dengan tugas terutama belajar.
Dia yang suka kebebasan, namun takut membangkang pada orang tua. Akhirnya memutuskan untuk Kuliah.
Dan disana lah, dia bertemu dengan seorang laki-laki tampan. Rangga, dosen yang sekaligus menjadi pembimbing akademiknya.
Anya selama perkuliahan sering bolos dan tidak pernah mengerjakan tugas. Hal inilah yang membuatnya mau tidak mau harus bertemu Rangga setiap hari.
Hingga muncul benih-benih cinta dari sisi Rangga. Tapi Anya sangat membenci dosen itu, karena selalu mengganggu dan menggagalkan kenakalannya. Lalu Bagaimana kisah mereka? Cari tahu di Novel ini ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Person S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sharelock
Rangga terlihat mondar mandir di ruangannya sekarang. Entah apa yang dilakukan dan dipikirkannya.
Seseorang tiba-tiba mengetuk pintu dan masuk ke ruangannya.
"Pak, bapak memanggil saya?" Tanya Dinda.
Rangga mengangguk.
Dia pun langsung mempersilahkan Dinda untuk duduk.
Rangga terdiam sebentar, dia tampak ragu untuk mengatakan apa yang ada di kepalanya sekarang.
"Bagaimana keadaan temanmu?" Tanya Rangga kemudian.
"Temen? Maksud Bapak?" tanya Dinda bingung.
"Temanmu yang di UKS" ucap Rangga lagi.
"Owh Anya" ucap Dinda kemudian.
Rangga langsung mengangguk. Dinda pun kemudian menjelaskan bahwa Anya sudah pulang sedari tadi. Saat Dinda mengantarkan tasnya, Anya pun langsung meminta pulang. Dinda membantu Anya ke parkiran. Nah saat Dinda akan mengantar Anya ke parkiran, seseorang mendatanginya dan mengatakan bahwa Pak Rangga memanggilnya. Jadi dia meminta pada Reza yang saat itu sedang tidak jauh dari mereka untuk mengantar Anya pulang.
"Begitulah ceritanya pak. Jadi Anya sudah balik sekarang" ucap Dinda kemudian.
Mendengar hal itu, sontak membuat Rangga langsung mengepalkan tangannya. Itu tentunya tidak luput dari perhatian Dinda.
"Ya sudah, kamu boleh kembali" ucap Rangga kemudian.
"Itu saja pak?" Tanya Dinda.
"Oya, ini hasil pemeriksaan tugas kalian. Berikan pada teman-teman mu ya" ucap Rangga.
"Siap Pak" ucap Dinda kemudian mengambil tumpukan kertas di depannya dan meninggalkan ruangan Rangga.
"Entah kenapa aku merasa pak Rangga aneh" batin Dinda.
Setelah kepergian Dinda, Rangga pun mengambil Hpnya.
"Hallo" ucap seseorang dari seberang telpon.
***
Saat ini Anya sedang mengendarai motornya.
Dia pulang sendiri. Reza memang menawari untuk mengantarnya pulang. Tapi Anya menolak.
Dia hanya tidak ingin jika bodyguard papanya akan berpikir aneh dan melaporkannya pada papanya. Dia sangat tau apa yang akan papanya lakukan jika mengetahui dia dekat dengan seorang laki-laki.
Papanya akan mencari tahu semua hal tentang laki-laki tersebut sampai ke akar-akarnya.
Sesekali dia menghentakkan kakinya ketika kenangan di toilet itu muncul kembali.
"Hah, bisa nggak sih, kamu nggak usah inget-inget itu lagi" ucap Anya pada dirinya sendiri.
Anya pun memilih untuk memilih untuk bernyanyi dan berteriak teriak tidak jelas, agar ingatan itu bisa teralihkan.
Beberapa orang yang melintas di sampingnya melihat ke arahnya.
"Masa bodoh mereka menganggap ku gila" ucap Anya yang terus lanjut bernyanyi dan bersenandung tidak jelas. Hingga Hpnya pun bunyi.
Dia memilih menepi, karena takut kejadian sebelumnya akan terjadi lagi.
"Drrrtttt" hpnya terus berbunyi.
"Sabar dong, yaelah" ucap Anya kesal.
Dia pun menekan tanda angkat.
"Hallo" ucap Anya.
"Kamu dimana?" ucap seseorang dari seberang telpon.
Anya pun melihat kembali kontak yang menelponnya. Nomor yang tidak dikenal.
"Lo siapa?" Tanya Anya.
"Saya Rangga" ucap Rangga kemudian.
"Rangga? Rangga yang mana ya? Nama Rangga yang gw kenal banyak. Rangga Adiwisata, mantan pas SMA, Rangga Urip, tukang kebun di kompleks sebelah, Rangga Wijaya, Dosen si dosen kulkas, terus Lo siapa?" Tanya Anya sambil mencoba mengingat ingat.
"Apa kamu bilang tadi? Dosen kulkas? Kamu bilang saya dosen kulkas" ucap Rangga dari seberang telpon yang terdengar sangat kesal.
"Owh jadi Lo dosen pak Rangga" ucap Anya dengan entengnya.
"Eh, bentar-bentar. Pak Rangga?" ucap Anya yang tersadar. Anya pun langsung panggilan telpon.
"Astaga, tadi pak Rangga. Mati aku. Hey, pakai acara ngomong dosen kulkas segala. Astaga dia tahu nomorku dari mana. Ya ampun" ucap Anya sambil memukul bibirnya karena merasa salah bicara.
"Drrrtt" Hpnya lagi-lagi bunyi. Panggilan dari nomor yang sama.
"Angkat nggak ya. Kalu nggak diangkat nanti kualat. Ya udah deh angkat saja. Nanti aku akan minta maaf" ucap Anya kemudian mengangkat telpon tersebut.
"Ha-hallo pak Rangga. Maaf pak, tadi sinyal kurang baik. Ada apa ya pak?" Tanya Anya.
"Kamu dimana? Bukannya kamu janji untuk menemani saya makan sate" ucap Rangga.
Anya terdiam sesaat, mencoba mengingat kapan dia pernah berjanji. Hingga kenangan saat di mobil terulang kembali.
"Oya, maaf pak saya lupa. Tapi saya lagi di jalan pulang ini pak. Saya lagi kurang enak badan. Kapan-kapan saja ya pak. Saya takut tidak kuat nanti. Saya soalnya sendiri jadi kalau kenapa-kenapa kan bahaya ya pak" ucap Anya.
"Kamu pulang sendiri?" Tanya Rangga.
"Iya Pak" ucap Anya, yang membuat Rangga malah tersenyum bahagia.
"Ya sudah, tunggu saya disana. Biar saya antar pulang. Sharelock" ucap Rangga dan sambungan telpon pun diputus secara sepihak.
"Heh, aku belum selesai ngomong. Lah, apa maksudnya dia mau nganter. Heh, Astaga, ini dosen bener-bener" ucap Anya. Namun dia akhirnya mengirim lokasi nya sekarang.
-Bersambung-
"