NovelToon NovelToon
Antara Ada Dan Tiada

Antara Ada Dan Tiada

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:356
Nilai: 5
Nama Author: Sazzzy

"Apa yang kamu bicarakan Lin Yi? A-aku sudah kotor sejak kecil haha, dan kamu, dan kalian kenapa masih tertarik pada perempuan sepertiku? Sepertinya kalian kurang berbaur ya, diluar sana masih banyak loh gadis yang lebih dariku dari segi fisik dan mental, so, kerjasama kita bertiga harus profesional ya!" Sebenarnya Safma hanya mengatakan apa yang ada dalam pikirannya, walaupun Safma sendiri tidak terlalu paham dengan maksud dari kalimatnya secara mendalam. Tidak ada airmata dari wajah Safma, wajahnya benar-benar pintar menyembunyikan emosinya.

"Safma!" Sudah habis kesabaran Lin Yi, kemudian menarik tangan Safma pelan juga tiba-tiba namun dapat membuat gadis itu terhuyung karena tidak seimbang. "Jangan bicarakan hal itu lagi, hatiku sangat sakit mendengarnya. Kamu terlalu berharga untukku, Please biarkan aku terus mencintaimu!" Lirih Lin Yi dibarengi air mata yang mulai berjatuhan tanpa seijinnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sazzzy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

siapa yang pecundang?

Dimeja makan malam yang sudah dipenuhi oleh makanan yang sudah Safma buat, sebenarnya River merasa tak enak dengan itu. Bagaimana tidak, sudah tadi ia membuka aib Safma tanpa izin dan sekarang ia lupa membuat makan malam karena keasyikan main game yang memang sebenarnya ia juga dapat uang karena game tadi.

Tapi tetap saja, rasa bersalah membuncah di dalam diri River, diam-diam River menatap Safma, karena jika boleh jujur, ia merasa tidak nyaman karena perbuatannya sendiri.

"Maafkan aku." Akhirnya setelah menimbang-nimbang, keluar juga dua kata itu.

Safma menghentikan suapannya, kemudian mengernyitkan keningnya lalu terkekeh kecil, "Tidak masalah, toh kamu punya kesibukan sendiri kan? Aku paham jika mungkin saja itu tidak bisa kamu tinggalkan. Santai saja." Kalimat Safma terdengar berusaha menenangkan River.

Namun, River yang ditenangkan tambah merasa bersalah dan tak tenang, kenapa ada gadis seperti Safma sih. Dia terlalu baik dan pengertian, apakah kehidupannya sepengaruh itu terhadap karakternya?

Disisi lain, Lin Yi yang memperhatikan itu semua mengulum bibir, dengan benak berasumsi bahwa Safma memang typenya. Dimana lagi dirinya menemui juga mendapatkan gadis paket komplit seperti gadis itu? Yah, walaupun ia akui bahwa kekurangan dari Safma adalah tubuh mungilnya, toh hanya itu kan, lagipula Lin Yi memiliki tubuh tinggi kan? Tak masalah lah, itu akan menggemaskan malah.

Kembali pada River yang masih merasa bersalah, sungguh, River takut untuk berkata jika ia tanpa izin sudah membuka aib gadis itu. Katakanlah River pengecut, itu memang benar adanya, ia tak bisa berkata jujur akan kesalahannya pada Safma.

"Sekali lagi ... Tolong maafkan aku," ulang River kearah soal membuka aib Safma tanpa izin.

Sedangkan Safma, gadis itu masih berfikir rasa bersalah River adalah karena tidak membuat makan malam. "Iya, aku maafkan, aku percaya kamu tidak akan mengulanginya kan? Jadi sudahlah, lupakan saja, lanjutkan makan malam kamu."

"Em, Safma, besok jam berapa kamu mulai membuat sabun herbal?" Lin Yi mengganti topic yang lebih bagus.

Terlihat Safma berfikir dengan pikirannya, "Ah ya, kamu bisa datang ke ruang produksi sabunnya setelah kita sarapan." Tahu Safma menatap wajah Lin Yi.

Walaupun berkata demikian, Safma akan tetap bangun jam tiga pagi sebenarnya, gadis itu berkata demikian karena tidak mungkin kan dia berkata sejujurnya pada Lin Yi bahwa dia punya gangguan tidur dan selalu bangun jam tiga pagi.

Ya, Safma tidak ingin terlalu merepotkan orang, terutama Lin Yi yang sudah memberikan suntikan dana padanya.

River agak banyak diam sekarang, karena rasa bersalah, dan hanya mendengarkan dua insan yang berbeda jenis kelamin didekatnya mengobrol bisnis mereka sampai detail pun Safma membahasnya.

Mereka pun menghabiskan makanannya hingga tidak tersisa sedikitpun, di sepanjang acara makan malam hanya ada suara Lin Yi dan Safma, mereka berdua mengobrol banyak hal. Sedangkan River masih setia menjadi pendengar diantara obrolan mereka, sesekali menyahuti pertanyaan Safma sekedarnya.

Setelah selesai, mereka bersama membereskan meja makan, seperti River yang memunguti mangkuk juga piring, lalu Lin Yi mencuci piringnya dan Safma tinggal membilas cucian piringnya kemudian menatanya di pengering alat dapur.

River tak bisa berbuat apa-apa saat melihat antara Lin Yi dan Safma sangat dekat, mereka terlihat serasi dan kadang Lin Yi bercanda yang membuat Safma terkekeh geli. River yang sendirian hanya menghela nafas panjang, seraya mengelap meja makan dengan perasaan campur aduk seperti gado-gado.

Beberapa waktu berlalu, Safma sudah pergi ke kamarnya sedangkan River dan Lin Yi tengah berjalan beriringan. Lin Yi yang kini berada di belakang River karena berjalan dengan pelan entah apa maksudnya, setelah itu mendekati River dan berbisik agak keras.

"Pecundang!" Ejek Lin Yi, setelah berkata begitu ia melangkahkan kakinya lebar-lebar dan masuk ke kamar tamu yang merangkak jadi mess.

Karena perkataan Lin Yi, langkah River terhenti seketika. Matanya menatap punggung lebar Lin Yi tanpa kata yang keluar untuk membalasnya. Antara enggan dan merasa benar akan ucapan Lin Yi, membuat River mengurungkan niatnya untuk tidur, River akan mencari angin segar di pekarangan belakang rumah Safma, ya begitu lebih baik saat ini.

Benar, sekalian introspeksi diri akan kesalahannya. Betapa kurang ajarnya ia, dan begitu pecundang dirinya pada Safma. Saat River menunduk, napasnya terlepas dengan sempurna, dan akhirnya ia duduk di kursi yang berada disana.

Kembali menatap langit yang terlihat malu menampilkan bintang-bintangnya, apakah langitnya malas memperhatikan keindahannya pada River? Pemuda yang menjadi pecundang ini? Bagaimana reaksi Safma saat tau dia melakukan kesalahan itu? Akankah ia termaafkan? Atau malah diusir dari tempat yang Safma tawarkan padanya.

"Aku memang pecundang!" Gumam River menatap sendu langit yang sedang kosong.

Benar-benar seperti enggan memamerkan keindahannya pada River, kedua tangan River saling berpegangan erat diantara kedua kakinya. Pemuda itu kembali merenung dan introspeksi diri juga mencoba sadar diri akan kesalahannya, baiklah, River akan mencoba memperbaiki kesalahannya tapi tanpa memberitahu hal itu pada Safma.

Toh si Lin Yi juga sepertinya hanya menggertak dirinya saja yakan? Tidak mungkin Lin Yi memberitahukan kepada Safma tentang kesalahan River, oh ayolah berfikir positif River! Jerit River dalam hati dengan berulang kali sembari memejamkan matanya erat.

Keesokan harinya, tepatnya setelah adzan subuh, bangun tidur River langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dan mengganti pakaiannya menjadi pegawai TOSERBA milik Safma, ia menatap dirinya di cermin dengan wajah datar. Lalu sedikit demi sedikit mulai tersenyum untuk menyambut baik pagi hari ini yang diharapkan akan baik pula, River bertekad akan bekerja keras agar usaha Safma better dari sebelumnya.

Disusul dengan Lin Yi, pria muda itu bangun tidur langsung duduk mencoba untuk mengumpulkan nyawanya agar tak goyah. Karena biasanya Lin Yi jika langsung bangun, saat berdiri akan goyah, terlepas dari badannya yang tegap nan gagah itu.

Yah seperti boneka yang diisikan nyawa, seperti itulah gambaran Lin Yi sesungguhnya. Saat sudah dirasakannya terkumpul sepenuhnya, akhirnya ia dapat menghela nafas panjang.

Kemudian turun tangga dari kasur yang berubah menjadi tingkat dua karena Safma langsung mengganti ranjang untuk Lin Yi yang juga akan tinggal disini.

Entah kenapa, Lin Yi merasa sangat nyenyak tidur di tempat asing ini, padahal biasanya jika dirinya ditugaskan untuk ambil projects di luar kota bahkan luar negeri tidak akan senyenyak ini, pasti ada rasa asing dan kurang nyaman hingga Lin Yi memilih untuk bergadang semalaman sampai ia mengantuk dengan sendirinya.

Sudah menginjak lantai, Lin Yi menoleh keranjang bawah, tidak mendapati River, kemudian matanya menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Oh mungkin sedang mandi pikir Lin Yi.

Dan benar saja,

Tak lama pintu terbuka menampilkan River dengan pakaian yang sudah rapi melekat pada tubuhnya. Mereka saling tatap beberapa waktu, River di depan pintu masuk kamar mandi dan Lin Yi duduk di sofa, lama mereka bertatapan dengan pikiran masing-masing sampai suara dari Lin Yi menyadarkan pemikiran River yang lebih rumit.

"Enyahlah dari sana, aku juga ingin mandi!" Tegur Lin Yi jengah.

"Hem." Balas River enggan.

Kini River sudah sibuk berkutat di dapur, sedangkan Safma dan Lin Yi duduk di meja makan menunggu dengan tenang. Tak ada percakapan diantara mereka bahkan sampai makanan yang sudah River buat sudah tersedia dimeja.

Ditengah makan, Safma berdehem pelan, kemudian menatap River yang menunduk saat makan. Entah kenapa Safma agak merasa aneh dengan sikap River akhir-akhir ini. Semoga saja pemuda itu tidak berfikir seperti pertemuan pertama mereka, yah semoga saja, Safma merasa khawatir akan hal itu.

"River, ini adalah hari pertama kamu bekerja kan? Aku harap kamu sudah bisa beradaptasi dengan mereka, aku harap kamu juga betah disini, jujur, jangan buat aku khawatir dengan keterdiaman kamu dari kemarin itu." Meluapkan pikiran adalah pilihan terbaik bagi Safma saat ini. "Apa kamu ada masalah? Kamu bisa undur masuk kerja jika memang ada." Lanjut Safma menatap khawatir River.

"Jujurlah!" Celetuk Lin Yi malas, apalagi melihat tatapan mata khawatir dari Safma membuat ia cemburu dan kesal sangat.

Ucapan Lin Yi membuat Safma menoleh dengan heran, apa maksudnya coba?

Baiklah, "Safma, jika boleh, aku ingin bicara berdua denganmu setelah sarapan bisa?" Balas River ragu.

Mengangguk mengiyakan, "Okay." Senyum Safma dengan pikiran berkecamuk tiba-tiba. Apa ini ada kaitannya dengan dirinya sendiri?

Melihat kejadian itu, Lin Yi mulai makan dengan perasaan kesal, mendengus dingin dan mulai mempercepat acara makannya.

Beberapa waktu berlalu, Lin Yi berdiri di dinding dengan tangan melipat juga mata menatap dua insan seakan mengawasi keduanya.

Lalu untuk River dan Safma, mereka berbicara dengan kehati-hatian, ah tidak, River yang berbicara dengan sangat hati-hati, sedangkan Safma sendiri sibuk mendengarkan dengan seksama sekaligus mencoba untuk memahami apa yang dikatakan oleh River.

Tiba-tiba saja River berlutut di depan Safma dengan kepala menunduk merasa bersalah. Dan Safma agak kaget dengan tindakan tiba-tiba dari River yang membuatnya tak habis pikir.

Ia merasa dejavu akan kalimat River, namun atas kejadian apa dirinya tak tau karena tidak dapat mengingat dengan jelas. Kepalanya tiba-tiba saja terasa agak pusing yah, terasa nyut-nyutan dan agak berat rasanya, ah entahlah, Safma tidak dapat mendeskripsikan hal yang seperti ini.

Melihat Safma seperti akan tumbang, sontak saja Lin Yi memegang pundak Safma walaupun sebenarnya lebih terlihat memeluk erat gadis itu sih. "Safma!" Suara penuh kekhawatiran dari Lin Yi.

Dan ya, gadis itu menolak dengan halus ditengah apa yang dilakukan oleh Lin Yi. "Aku baik-baik saja, aku hanya merasa sedikit aneh pada kepalaku." Mencoba menenangkan pria muda yang sekarang tengah memeluknya erat.

"Safma, sekali lagi maafkan aku!" Lirih River tanpa mengetahui bahwasanya keadaan Safma sedang tidak baik-baik saja, pikiran rumit menghantam River hingga pemuda itu terus menunduk dengan rasa bersalahnya.

"Jujur, aku sangat kecewa padamu, tapi aku tetap akan memaafkan kesalahan mu itu walaupun aku tidak berjanji akan melupakan kesalahanmu." Lirih Safma ditengah rasa pusingnya.

Melotot tak percaya dengan kebaikan gadis di pelukannya, "Terlalu naif juga tidak baik Safma!" Geram Lin Yi.

"Aku bersumpah tidak akan mengulanginya lagi, jadi tolong beri aku kesempatan kedua, aku akan membayar kesalahan itu." River memelas dengan airmata yang sudah terjatuh dari tadi.

"Ya!" Kemudian melepaskan pelukan Lin Yi, dan memegang bahu River yang bergetar hebat untuk bangun dari tindakannya. "Aku memberikan kamu kesempatan kedua, tapi aku tidak janji untuk memaafkan dirimu untuk kedua kalinya. Aku hanya manusia biasa, aku bukan Tuhan yang orang sering bilang 'Tuhan saja pemaaf masa kamu nggak' Tidak! River, aku bukan orang baik seperti yang kamu bayangkan selama bersamaku, percayalah padaku! Okay. Aku anggap hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya, jadi ambil pembelajarannya saja, jangan buat diriku mengingat ini." Tegas Safma.

"Kamu sadar dengan ucapanmu?" Selidik Lin Yi.

Tertawa sumbang, "Kalimat ku berlaku juga padamu Lin Yi, kamu tahu aku? Em yah, mungkin saja tidak suci karena kejadian pelecehan itu. Jadi--"

Sebelum selesai, kalimatnya sudah Lin Yi potong, "Cukup, aku tidak akan melakukan hal seperti yang kamu pikirkan, aku tidak bodoh untuk membuka aib orang yang sudah mempercayakan hal itu padaku, walaupun itu dari kesalahan orang lain. Apalagi itu aib kamu, aku mencintaimu dan kau tahu itu Safma. Jadi stop merendahkan dirimu sendiri!" Geram Lin Yi dengan sikap Safma yang semakin jauh dari kata ingin hidup.

"Apa yang kamu bicarakan Lin Yi? A-aku sudah kotor sejak kecil haha, dan kamu, dan kalian kenapa masih tertarik pada perempuan sepertiku? Sepertinya kalian kurang berbaur ya, diluar sana masih banyak loh gadis yang lebih dariku dari segi fisik dan mental, so, kerjasama kita bertiga harus profesional ya!" Sebenarnya Safma hanya mengatakan apa yang ada dalam pikirannya, walaupun Safma sendiri tidak terlalu paham dengan maksud dari kalimatnya secara mendalam. Tidak ada airmata dari wajah Safma, wajahnya benar-benar pintar menyembunyikan emosinya.

"Safma!" Sudah habis kesabaran Lin Yi, kemudian menarik tangan Safma pelan juga tiba-tiba namun dapat membuat gadis itu terhuyung karena tidak seimbang. "Jangan bicarakan hal itu lagi, hatiku sangat sakit mendengarnya. Kamu terlalu berharga untukku, Please biarkan aku terus mencintaimu!" Lirih Lin Yi dibarengi air mata yang mulai berjatuhan tanpa seijinnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!