NovelToon NovelToon
Istri Yang Tersakiti

Istri Yang Tersakiti

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Dendam Kesumat
Popularitas:797.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: neng_yanrie

sekian tahun Tasya mencintai suaminya, selalu menerima apa adanya, tanpa ada seorang anak. bertahun-tahun hidup dengan suaminya menerima kekurangan Tasya tapi apa yang dia lihat penghianatan dari suami yang di percaya selama ini..

apakah Tasya sanggup untuk menjalankan rumah tangga ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neng_yanrie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22

"Titik yang paling lelah dalam hidup itu, ketika kamu berdoa pada Tuhan bukan lagi tentang bagaimana untuk membuatnya tetap tinggal sama kamu. Tapi bagaimana agar kamu mengiklaskan atas semua yang terjadi." ucap Radit ketika keduanya duduk di sebuah pelataran sebuah mesjid

untuk melaksanakan kewajibannya.

Timbunan rasa kecewa yang datang secara bertubi terkadang masih mendorongnya untuk sejenak menangis. Berkali-kali, berjanji bila itu adalah tangisan terakhir, tetap saja ada satu waktu yang membuatnya kehilangan pertahanan. Menangis tidak hanya berbicara tentang kelemahan, tapi selepas rasa lelah untuk kemudian bisa kembali berdiri tegak.

Suasana mesjid ini terasa begitu menenangkan dan nyaman. Udara yang sejuk dan terbangun di atas ketinggian, membuat pemandangan di sekitarnya bisa memberi damai di hati.

Tasya beruntung menemukan seorang untuk bisa di ajak berbagi, meski harus selalu Radit yang ia repotkan. Karena hanya ia satu-satunya orang yang ia percaya.

Segala permasalahan ini membuatnya mengerti, bila semesta tidak selalu membalas sebuah kebaikan. Tapi setidaknya Tuhan memiliki catatan atas segala hal yang sudah di perbuat.

"Seperti kata terima kasih meski aku ucapkan sejuta kali kepadamu, itu tidak pernah cukup," jawab Tasya memandang ke arah sahabatnya.

Radit tersenyum. Ia kemudian mengajak Tasya untuk mengisi perut. Mobil masih terparkir di pelataran mesjid. Sebelum turun, ia mengambil sebuah jaket di sana lalu memberikannya pada Tasya.

"Pakai ini, dingin. Suhunya makin turun saja."

Tasya mengambil jaket itu, lalu memakainya. Sejak tadi suhu dingin sudah menusuk sampai ke tulang rasanya. Apalagi ketika mengambil air wudhu, air yang mengalir seperti keluar dari lemari pendingin.

Keduanya berjalan beriringan menuju sebuah kedai, Radit memesan nasi goreng, sementara Tasya hanya memesan coklat panas.

"Kamu belum makan dari siang, makanlah."

Tasya menggeleng pelan. "Aku tidak lapar."

"Cobain nasi gorengnya, kamu akan suka."

"Kamu pernah makan di sini?"

Radit mengangguk. "Pernah di ajak Linda." ucapnya begitu saja.

Tasya langsung terdiam dan menyeruput coklatnya kembali. Hati dan telinganya selalu tidak nyaman mendengar nama Linda di sebut.

Ya.... Ia sadar, bila dirinya memang se-egois itu.

Tidak berapa lama pesanan datang, Radit segera menyantapnya dengan lahap.

"Coba nih sedikit saja," ucapnya sambil memberikan sesendok nasi.

Sahabatnya itu sempat menolaknya, tapi Radit memaksa, sampai akhirnya satu suap nasi masuk ke dalam mulutnya.

"Enak?"

Tasya mengangguk pelan sambil menikmati nasi gorengnya. Hingga Radit memberikan suapan melanjutnya yang kini di terima dengan lahap juga.

*****

.

.

.

.

Kirana masih di rumah sakit dengan Evan yang mulai terlelap dalam dekapan, sementara Sintia masih tidak sadarkan diri.

"Cari hotel saja, kasihan Evan," ucap Devan duduk di sampingnya.

"Aku tidak tahu daerah ini," balas Kirana.

"Aku antar, kita akan kembali ke Jakarta besok. aku yang mengantarkan mu."

"Tidak usah, tunggu saja Sintia sampai sadar. Dia pun tanggung jawab mu, ada anakmu yang sedang di kandungannya."

Devan menghela napas panjang. Kemudian ia mengajak Kirana berlalu dari sini, sementara Sintia di titipkan pada mang Ade.

"Kabari saya kalau ada perkembangan apa pun," ucap Devan pada tukang kebunnya itu.

Mang Ade hanya mengangguk. Setelah itu mereka pun berlalu meninggalkan rumah sakit dan mencari sebuah hotel terdekat.

"Kamu bermalam di sini saja, besok aku jemput untuk pulang," ucap Devan ketika mereka tiba di kamar hotel.

Kirana hanya mengangguk sambil membaringkan sang anak. Selama ini ia memang tidak banyak bicara, tidak banyak mengumpat, walau hidup bersama Devan adalah sesuatu yang tidak ingin ia jalani. Devan pun tidak pernah bersikap kasar, karena Kirana tidak pernah membalas amarahnya.

Ia adalah istri yang baik andai bukan Devan suaminya.

"Kamu mau makan apa?" tanya Devan.

Kirana menggeleng kepala. "Aku tidak lapar."

Sebelum kembali meninggalkan kamar ini, tiba-tiba saja ia merasakan sakit di area dada menjalar sampai ke tulang belakang. Keringat dingin mengucur dengan deras, ia tumbang di sebuah sofa membuat Kirana khawatir.

"Kamu kenapa?"

Devan tidak menjawab dan masih memegang perutnya. Segera Kirana keluar dari kamar dan mencari air panas. Mungkin udara dingin membuat asam lambung Devan kambuh. Secepat mungkin. Kirana kembali dan meminumkan air itu pada suaminya.

Tidak membutuhkan waktu lama, rasa sakitnya sedikit berkurang, Devan pun berbaring di

sofa dengan lemas dan baju yang basah oleh keringat. Kirana mengoleskan kayu putih agar lebih baik.

"Tidur saja di ranjang, istirahat. Mungkin kamu juga kelelahan. Sudah makan?" tanya Kirana.

Devan menggeleng pelan.

"Berbaringlah di sana, aku akan turun ke bawah."

Kirana tidak banyak lagi berkata kemudian pergi meninggalkan tempat ini. Sementara Devan berbaring di samping anaknya. Kondisinya sudah lebih membaik, ia memejamkan mata mencoba terlelap sambil menunggu Kirana datang.

Tak berapa lama, ponselnya terdengar, sebuah pesan masuk dari mang Ade.

Seketika Devan langsung berangkat, tidak pikir panjang ia segera mengambil kunci mobil dan hendak kembali ke rumah sakit tanpa menunggu Kirana kembali.

Sementara Tasya minta sejenak untuk menikmati kota ini dengan sepotong jagung bakar dan duduk di perapian untuk menghangatkan badan. Ia meminta sejenak untuk tenang, sebelum kembali bergelut dengan segala aktivitas yang membuatnya jengah.

Radit terus memperhatikan Tasya yang sedikit pun tidak berubah di matanya. Sejak dulu, saat gadis kecil dengan mata indah menghampirinya sambil membawa permen.

Tidak bisa di pungkiri, kisahnya dan Tasya memiliki perjalanan yang sangat panjang. Setidaknya, selama kebersamaan ini, ia pernah mengusahakan banyak hal, mengorbankan yang bisa selalu ia lakukan. Dan semua tidak akan selesai, jika napas itu masih ada.

"Dit..."

Panggilan Tasya membuyarkan lamunannya sesaat. Pria itu menoleh, menatap wanita di sampingnya seperti biasa.

"Kamu pernah berpikir gak kalau kita begitu menakjubkan, jarang ada persahabatan yang waktunya selama kita. Tapi benar kata orang, tidak ada persahabatan yang murni, seperti kamu dan Clarisa." Tasya mengambil coklat hangatnya dan menyeruput pelan, satu tangan masih memegang jagung bakar.

"Aku rindu Clarisa, kenapa orang yang baik harus pergi lebih dulu,"

"Ya begitulah cerita alam, Clarisa hadir dan banyak memberikan cerita juga pelajaran buat kita."

"Kamu benar, Linda bagaimana? Sepertinya dia pun baik. Hubungan kalian sudah sedekat itu?"

Radit tersenyum. "Kami masih berteman saat ini."

"Kamu suka sama dia?"

Radit tertawa kecil. "Serasa ABG di tanya begini."

"Tinggal jawab jujur saja, pakai ada acara ngeles." Tasya mendelik.

"Aku belum memikirkan ke sana, nanti setelah semuanya baik dan memastikan kamu bahagia juga dan baik-baik saja, barulah kita bicara tentang perasaan."

Kini Tasya yang kembali melihat ke arah Radit.

"Jangan se-egois itu pada hidupmu, Dit."

"Betul. Karena itu lah, berhubung kamu adalah bagian dari hidupku, jadi aku harus memastikan semua baik-baik saja. Agar aku bisa melangkah dengan tenang."

Tasya terdiam, ada haru yang bergejolak dalam hatinya.

.

.

.

.

.

Menghadapi segala hal yang sedang terjadi saat ini, jujur saja secara emosional aku merasa semuanya sudah selesai, secara mental aku benar-benar lelah dan kehabisan tenaga, tapi secara fisik harus tersenyum, bangkit dan kuat menghadapi segala hal yang sedang terjadi...

1
Yusan Lestari
the best👍
Hilda Hayati
jangan2 kirana nih yg bakal jadi penggnti Tasya
Hilda Hayati
Lumayan
Hilda Hayati
Kecewa
Akun Lima
athornya pengecut anjing kaga ada respon anji k
Akun Lima
thor jangan terlalu goblok dong balas anjink
Akun Lima
thor bisakah kau bersikap adil sumpah karyamu ini Sangat buruk
Dewi Yanti
kpn beres nya sih itu bls dendam
Dewi Dama
saya cuka jln cerita novel..ini...semangat thoorrr...
Yani Cuhayanih
Baguus tasya..aku salut padamu
Yani Cuhayanih
aku boleh getok kepala nya pake panci sekalian biar devan dan sintia gegar otak../Curse/
Herta Siahaan
seperti nya acara balas dendam nggak akan habis.... kesadaran masing-masing tdk ada ... kok keknya nggak ingat ajal
Zanzan
udah...jangan terus ditangisi...kau harus bangkit...
Saadah Rangkuti
kenapa lagi thor ?!😡😡🙏🙏
Saadah Rangkuti
tuh kan pas..ayolah thor sudahi penderitaan mereka 😂😂
Saadah Rangkuti
apa radit yg jadi pendonornya? ya Tuhan 😭😭
Saadah Rangkuti
semua ini memang kesalahanmu Thor...bukan si devan atau siapapun 😭😭
Saadah Rangkuti
aku rasa belum ada bab yg gak bisa bikin emosi thor,dari awal 🙏🙏☺️☺️
Saadah Rangkuti
ya Tuhan..ternyata masih banyak rahasia devan...
Saadah Rangkuti
keterlaluan 😡😡😡😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!