JANGAN DI BOM LIKE PLISSS 😘🥰
Dhev si duda dingin dan tidak berperasaan akhirnya bisa jatuh cinta lagi dan kali ini Dhev mencintai gadis yang usianya jauh lebih muda.
Dhev, Nala dan Kenzo. Di dalam kisah mereka terdapat kesedihan masa lalu dan harapan untuk hidup bahagia.
Mampir? Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen dan gift/votenya, ya. Terimakasih 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepikiran
Melepaskan penat, Dhev memilih untuk berendam. Memejamkan mata dan di saat itu juga Dhev teringat dengan Nala yang mengatainya tua.
Dhev segera berdiri dan berjalan ke arah cermin, terlihat bulu kakinya yang basah. Dhev yang hanya mengenakan celana pendek itu berdiri dan memperhatikan wajahnya.
"Awet muda gini, kok!" kata Dhev seraya memperhatikan wajahnya.
Setelah itu Dhev segera membilas tubuhnya dengan air shower, Dhev menyudahi mandi malamnya.
"Kenapa aku selalu teringat dengan gadis pembuat onar itu?" gerutu Dhev yang sekarang sedang memakai handuk kimono.
****
Malam berganti pagi, seorang Dhev yang mulai memikirkan Nala itu menghindari pertemuan dengan gadis tersebut.
Dhev menyadari apa yang membuat dirinya memikirkan Nala, Nala gadis yang berbeda, seperti tidak memiliki rasa takut padanya. Dhev juga mengerti mengapa Nala ada di pikirannya, itu karena Nala selalu membuat keributan di mana pun dirinya berada, begitu lah pikir Dhev yang sudah beberapa kali melihat Nala berada dalam keributan.
Dhev pergi bekerja tanpa sarapan bersama, bahkan tidak ada orang yang melihat keberangkatan Dhev.
Amira, Nala dan Kenzo masih menunggu di meja makan.
"Ayo cepat sarapan, Ken. Nanti telat, nanti ayah mu turun pasti langsung ngajak berangkat," kata Amira dan Kenzo pun mengangguk.
Selesai sarapan, Nala diminta oleh Amira untuk memanggil Dhev di kamarnya.
Nala pun menurut dan bangun dari duduknya.
"Mah, nemu anak itu di mana, sih?" tanya Nindy yang sedari tadi hanya diam.
"Dia bukan barang, Nindy. Sekarang sudah menjadi anggota keluarga kita," Amira seraya menatap Nindy yang masih menikmati sarapannya.
"Walaupun Kakak melarang kamu ke kantor, tidak seharusnya kamu pasrah seperti ini, tunjukkan kalau kamu bisa bekerja!" Amira mencoba menyemangati Nindy.
"Nanti," jawab Nindy yang kemudian menyudahi sarapannya.
****
Di lantai atas, Nala masih mengetuk pintu kamar Dhev.
Tidak ada jawaban membuat Nala turun dan memberitahu Amira.
"Anak itu," geram Amira, setelah itu Amira mengambil ponselnya yang tergeletak di meja ruang tengah.
Amira menghubungi Dhev yang ternyata sedang mengemudi.
"Dhev sedang buru-buru. Mau keluar kota," jawab Dhev.
"........ "
"Taksi saja, kalau perlu cari sopir baru," kat Dhev saat mendengar protes Amira.
Setelah itu, Dhev memutuskan sambungan teleponnya.
****
Benar saja, Nala memesan taksi online. Taksi sudah di dapat, sekarang Kenzo yang tidak mau berangkat karena sudah telat.
"Nggak mau, udah telat!" Kenzo bersedekap dada, berdiri di pintu utama dengan memalingkan wajahnya pada Nala dan Amira.
"Lebih baik telat dari pada enggak sekolah, Ken. Ayo... Tante antar," bujuk Nala seraya berjongkok di depan Kenzo, menyentuh dua bahunya.
"Kalau nggak bisa ngurus anak itu bilang dong," cibir Nindy yang kemudian menggandeng lengan Kenzo, membawanya masuk ke mobil Amira.
Pagi ini Nindy yang akan mengantarkan Kenzo berangkat.
"Nggak mau!" Kenzo berontak. Sekali tidak tetap tidak, begitu lah Kenzo.
Nala berbisik di telinga Kenzo.
"Nanti sepulang sekolah, Tente janji ngajak Ken ke taman, kita makan es krim di sana, gimana?"
"Janji?" tanya Kenzo seraya melirik Nala.
Setelah itu, Amira meminta Nindy untuk mengantarkan keduanya, Amira tidak lupa membayar taksi yang sudah dipanggilnya.
Nindy meminta pada untuk duduk di depan. "Gue bukan supir! Duduk depan!"
Nala pun mengiyakan, pagi Ini Nindy mengemudi dengan kecepatan tinggi dan selama perjalanan, Nala tidak berhenti berdoa untuk keselamatan semua orang.
"Nggak jadi telat kan, Ken?" tanya Nindy dengan bangganya.
"Terimakasih, Tante," kata Kenzo seraya turun dari mobil dan segera berlari masuk ke gerbang sekolah.
"Saya mau ada perlu, boleh saya turun di sini?" tanya Nala pada Nindy yang tak mau menatapnya.
"Hmm, terserah," jawab Nindy seraya membuka kunci mobilnya.
"Alhamdulillah," gumam Nala dalam hati. Nala takut akan mengalami jantungan apa bila harus ikut Nindy kembali.
Nala yang masih berdiri di depan gerbang itu mencoba menghubungi Ririn. Tidak ada jawaban membuat Nala menghubungi Naomi.
Naomi yang sedang merasa kesakitan di area intimnya itu menerima panggilan dari Nala.
"Halo," lirih Naomi seraya meringis.
"Kamu kenapa?"
Naomi menangis mendengar pertanyaan itu. Sudah memfitnah Nala tetapi yang difitnah itu menanyakan keadaannya.
"Bisa datang ke kos aku?" tanya Naomi.
"Bisa, tapi aku nggak tau alamat kamu."
Setelah itu, Naomi memutuskan sambungan telepon dan Nala segera menerima sebuah pesan alamat dari Naomi.
Nala segera memesan ojek online.
Sesampainya di sana, Nala mengetuk pintu kamar yang Naomi sebutkan sebelumnya.
Dengan tertatih, Naomi membuka pintu kamar. Mempersilahkan Nala untuk masuk. Melihat penampilan Nala yang baru membuat Naomi bertanya dari mana dirinya bisa berubah seperti sekarang ini.
"Aku kerja sebagai pengasuh anak orang kaya, penampilan dan hidupku di tanggung oleh Nenek anak itu." Nala menjelaskan kebingungan Naomi.
"Ooh," jawab Naomi seraya duduk di ranjang.
"Kamu kenapa?" tanya Nala yang melihat Naomi menahan sakit, sudah begitu ada luka memar di wajahnya.
"Nggak mungkin gue cerita sama Nala. Gue nggak mau melayani bandot brengsek itu lagi!" batin Naomi seraya menunduk.
Apakah Naomi punya niat jahat terhadap Nala?
"Mau ke dokter?" tanya Nala seraya menepuk bahu Naomi.
Naomi yang memiliki memar di bahu itu kesakitan.
"Aaauu, jangan sentuh aku!" kata Naomi seraya menurunkan tangan Nala dari sana. Ya, Naomi bukan hanya harus melayani bandot itu, tetapi Naomi juga mendapatkan perlakuan yang kasar dan menyimpang dari si bandot yang akan merasa puas apa bila lawan bercintanya kesakitan.
"Maaf," lirih Nala seraya ikut meringis.
"Aku nyari kamu karena mau nanya kabar Ririn, di mana dia? Terakhir ketemu, dia marah-marah sama aku, sekarang nggak mau terima atau balas chat aku." Nala menjelaskan niat kedatangannya.
"Pasti Ririn udah labrak Nala, tapi ini cewek bodoh apa bego sih, apa Ririn nggak ngomong sebab dia marah?" batin Naomi.
"Tapi kalau cewek bego kek dia, bisa gue manfaatin! Gue harus pergi dari sini sebelum si bandot itu minta gue lagi!" Naomi masih berbicara dalam hati.
"Gue tau di mana Ririn, dia lagi nginep di hotel sama pacarnya."
"Jangan sembarangan kamu, aku tau Ririn sama Darwin bagaimana!"
"Ck! Itu kan kamu tau luarnya aja! Lagian dua orang manusia yang lagi jatuh cinta terus berduaan, ya kamu pikir sendiri lah! Emangnya lo nggak pernah berduaan apa? Apa pacar gitu, punya nggak?"
"Aku nggak percaya!" jawab Nala seraya bangun dari duduknya.
Nala memilih untuk keluar dari kamar kos Naomi. Nala berniat untuk pergi mencari Ririn ke rumahnya.
Sesampainya di sana, Nala segera mengetuk pintu gerbang yang berwarna hitam.
Seorang wanita cantik yang baru dilihatnya itu keluar dari rumah tersebut dan menghampiri Nala.
"Cari siapa?" tanyanya dengan ramah.
"Saya mencari Ririn, ada?"
"Tidak ada yang namanya Ririn di rumah, mungkin Ririn adalah pemilik rumah ini sebelumnya."
"Maksudnya? Ibu pemilik rumah ini?" tanya Nala.
"Iya," jawabnya singkat.
Nala pun menganggukkan kepala, setelah itu berbalik badan dan mulai melangkah pergi dari tempatnya berdiri.
Kemana Ririn? Berhasilkah rencana jahat Naomi pada Nala?
Bersambung.
Jangan lupa untuk like, komen dan difavoritkan, ya. Dhev dan Nala juga butuh dukungan berupa gift/Vote tentunya. Terimakasih yang sudah membaca.