"JANGAN LUPA LIKE PERBAB YA!"
Reyhan Pratama dipertemukan dengan seorang wanita shalihah yang dulu pernah ditolaknya saat akan dijodohkan beberapa tahun lalu membuatnya sedikit menyesal tentang masa lalunya.
Wanita itu sekarang sudah bercadar namanya Annisa Putri, wanita shalihah yang sangat lembut dan sekarang sangat disukai oleh Asyifa putrinya Reyhan.
Akankah mereka bisa memperbaiki masa lalu mereka?
Jika ada penulisan atau kata-kata yang salah, atau menyinggung salah satu agama, mohon di maafkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi Karyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Malam hari bu Janeta dan pak Pramana menjemput Annisa di rumahnya, tadi sore Annisa pamit pulang dan mengatakan akan datang lagi di malam hari.
Reyhan duduk menjaga Syifa di rumah sakit. Dia tidak tau harus bagaimana, anaknya semakin dekat dengan Annisa, dia merasa tidak enak, walau Annisa tidak keberatan tapi baginya ini masih tidak wajar, suatu saat Annisa akan menikah begitupun dirinya, pasangan mereka akan keberatan dengan keadaan ini.
"Kok Tante Nisa belum datang, Tante Nisa pasti bohong mau ke sini lagi," ujar Syifa sedikit ngambek.
"Oma dan Opa yang menjemputnya, pasti bentar lagi Tante Nisa datang," ucap Reyhan sambil mengusap lembut kepala Syifa.
Anaknya terlalu bergantung sama Annisa, menurutnya ini sudah kelewatan karena sebaik apapun Annisa, dia tetap orang luar.
Annisa, Bu Janeta dan Pak Pramana sudah di depan rumah sakit.
Mereka masuk dan berjalan menuju ruangan Syifa.
"Assalamu'alaikum," ucap Annisa saat Pak Pramana membuka pintu kamar rawat Syifa.
Syifa tersenyum melihat kearah pintu.
"Wa'alaikumsalam," jawab Syifa dan Reyhan
Reyhan bangkit dan langsung keluar takut Annisa tidak nyaman berada di ruangan yang sama dengannya.
Pak Pramana juga keluar setelah masuk sebentar, dia mengikuti Reyhan duduk di depan ruang rawat.
Annisa langsung duduk di samping Syifa.
"Syifa kira Tante Nisa bohong mau ke sini," ucap Syifa
"Kita gak boleh bohong, kalau bohong nanti lidahnya dipotong, Tante takut lo gak punya lidah," canda Annisa
Syifa tertawa mendengarnya.
"Tante menginap di sini kan?" tanya Syifa
"Tentu, oh ya makanannya kok gak di makan?" tanya Annisa saat melihat makanan Syifa di meja masih belum disentuh.
"Makanannya gak enak, Syifa gak suka," ucap Syifa sambil menutup mulutnya dengan tangan mungilnya.
"Tapi ini harus dimakan, kan harus minum obat," ucap Annisa
"Iya benar, Syifa gak bisa minum obat kalau gak makan dulu," tambah Omanya
"Tapi gak enak, Syifa gak mau," ucap Syifa lagi dan menutup mulutnya dengan rapat.
"Tante suapi ya," ucap Annisa sambil memegang makanan Syifa. "Buka mulutnya," tambahnya
Syifa langsung membuka mulutnya dengan terpaksa dan memakan makanan itu.
Syifa tetap memakannya walau gak suka.
Di luar, Reyhan yang sudah berdiri melihat dari kaca pintu kamar rawat Syifa, dia tersenyum melihat tingkah Syifa yang awalnya menolak tapi tidak bisa menolak lagi setelah Annisa bicara.
Pramana duduk di kursi tunggu dan melihat ke arah Reyhan yang tersenyum menatap ke dalam.
Setelah makan beberapa suap, Annisa memberikan obat ke Syifa lalu memberinya minum.
Dia memang suka anak-anak tapi saat ini hanya Syifa lah anak orang lain yang dekat dengannya, bukan karena dia anaknya Reyhan, orang yang pernah dikaguminya tapi sebelum dia tau Syifa anak siapa, dia sudah senang bersama anak ini.
Setengah jam berlalu
"Sudah hampir pukul 9, Syifa tidur ya," ucap Janeta membujuk Syifa yang sejak tadi gak ada mengantuknya.
"Gak bisa tidur Oma," kata Syifa
"Baring dulu, nanti di tepuk-tepuk pasti tidur," kata Annisa
Syifa langsung berbaring setelah mendengar ucapamnya, Annisa mulai menepuknya sambil membacakan ayat kursi.
Syifa mendengar Annisa membacanya dengan merdu.
Kenapa dulu Reyhan menolak wanita seperti ini, Annisa bisa menjadi Istri dan Ibu terbaik batin Janeta saat menatap Annisa.
Reyhan juga mendengar dari luar, dan hanya tersenyum mendengar suara Annisa membaca ayat kursi, suaranya sangat lembut.
Setelah membacanya, Annisa membacakan doa tidur lalu mencium kening Syifa.
Syifa memejamkan mata dan mulai tertidur, matanya memang sangat berat.
Annisa memakaikan selimutnya lalu berjalan duduk di sofa dekat Bu Janeta.
"Nisa juga tidur saja," ucap bu Janeta
Annisa mengangguk lalu duduk di lantai yang sudah diberi alas tilam tipis.
Keduanya berbaring dan mulai memejamkan mata juga.
Reyhan dan Pramana juga tertidur di luar, awalnya mereka ingin pulang tapi merasa disini lebih baik. Di rumah malah tidak akan membuat mereka tenang, karena pikiran mereka akan ada disini.
Saat subuh semuanya bangun kecuali Syifa, Annisa membuka pintu ingin keluar. Tatapannya tertuju pada Reyhan dan Pramana juga sudah bangun.
Annisa menunduk melihat mereka, dia berjalan menuju mushola, Reyhan dan Pramana juga menuju ke sana tapi menjaga jarak dari Annisa yang sudah berjalan lebih dulu.
Mereka shalat di mushola tapi terpisah tirai sehingga tidak mungkin terlihat.
Setelah selesai Annisa lebih dulu pergi, dia masuk kembali ke ruang rawat Syifa lagi lalu gantian Bu janeta yang keluar menuju mushola.
Dia duduk di samping Syifa. Syifa terbangun dan langsung tersenyum ke arahnya.
"Pagi Syifa," ucap Annisa
"Pagi Tante, Syifa kira saat Syifa bangun Tante sudah pergi," kata Syifa masih lemah sehabis bangun.
"Tante memang harus pulang, tapi nanti insya AllahTante datang lagi ke sini," ucapnya sambil membangkitkan Syifa
Syifa terlihat sedih mendengar Annisa mau pulang.