NovelToon NovelToon
Beloved Idol

Beloved Idol

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romansa
Popularitas:70.1k
Nilai: 5
Nama Author: Suci Aulia

Benci jadi cinta, atau cinta jadi benci?

Kisah mereka salah sejak awal. Sebuah pertemuan yang didasarkan ketidaksengajaan membuat Oktavia harus berurusan dengan Vano, seorang idol terkenal yang digandrungi banyak kalangan.

Pertemuan itu merubah hidupnya. Semuanya berubah dan perubahan itu membawa mereka ke dalam sebuah rasa. Cinta atau benci?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suci Aulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kiss

Jantung Okta nyaris lepas setelah menyadari apa yang dia ucapkan tadi. Ingin sekali dia mengelem mulutnya sendiri, supaya tidak bicara sembarangan. Kalau sudah begini, mau ditaruh mana mukanya?!.

Harkat dan martabatnya sebagai perempuan anjlok seketika. Masa iya, dia minta disosor duluan. Gak elite banget!. Mana Vano gak ngasih respon, makin gak punya muka rasanya.

Vano menggumam takjub melihat kelakuan perempuan yang ada di pelukannya ini. Mental Okta patut diacungi jempol. Soal ciuman, dia gak masalah memberikan. Laki-laki mana coba yang nolak dikasih rezeki. Tapi dia masih ingin mengerjai perempuan yang kini menjadi istrinya itu.

Masih dalam posisi yang sama, Vano mendekatkan wajahnya kearah Okta. Membuat perempuan itu terkejut dan kontan menutup kedua matanya karena takut. Melihat hal itu Vano mati-matian menahan tawa. Semangatnya semakin membara untuk menggoda lagi. Dia mendekatkan wajahnya, semakin dekat hingga hidung mereka nyaris bersentuhan.

"Dapetin ciuman gue gak gampang sayang. Keluarin semua cara lo untuk menggoda gue, kita liat siapa yang akan menang" cowok ituu berbisik di telinganya.

Zonk, Okta membuka mata dan menemukan Vano sedang menatap geli kearahnya. Sial, dia dikerjai lagi!.

Okta langsung memasang wajah cemberut dan melepaskan diri dari pegangan Vano. Dia terlanjur hilang muka. Harga dirinya seakan terjun bebas karena minta cium duluan, mana gak dikasih!!.

Astaga, rasanya Okta mau nyemplung ke laut aja.

Perempuan itu berdehem ringan, memberanikan diri untuk membalas tatapan Vano. Dia harus menyelamatkan wibawanya yang sudah terlanjur ambyar, setidaknya jangan sampai Vano tau kalau dia sedang menahan malu setengah hidup.

"Oke, kita liat apa lo bisa nahan diri dari godaan seorang Oktavia Adisty" balas Okta sambil tersenyum miring. Perempuan itu menggigit bibirnya kecil, berusaha menggoda Vano dengan sengatan ringan. Tapi nampaknya laki-laki itu tidak terpengaruh.

"Semoga berhasil"

*************

Kesepakatan konyol semalam tidak berpengaruh pada hubungan mereka. Dua orang itu bersikap seperti biasanya, seolah semalam tidak ada kejadian apapun.

Hari ini Okta sangat senang, karena dia dan Vano akan kembali ke rumah mereka sendiri. Meninggalkan rumah ini yang terasa seperti neraka dunia yang dijaga oleh Wewe gombel. Mengingat itu Okta bergidik ngeri, membayangkan hidup Papa Nathan yang harus hidup dengan manusia lampir seperti Mama Lusi. Pasti sangat tertekan.

Sebenarnya ada banyak pertanyaan dibenak Okta tentang silsilah keluarga Vano, tapi dia masih menahan diri untuk bertanya. Hubungannya dengan Vano masih seumur jagung, rasanya belum pantas kalau harus menanyakan masalah keluarga yang terkesan sensitif.

Maka dari itu Okta tidak terlalu ambil pusing. Yang penting ada Vano dan uangnya, itu sudah lebih dari cukup.

Vano sedang mandi di toilet, mereka akan pergi pagi ini juga. Okta menatap pantulan dirinya di cermin. Dia berkacak pinggang sembari melihat postur tubuhnya sendiri. Masih ramping, mungkin hanya bertambah beberapa kilogram. Tangannya lalu bergerak menggulung kaosnya sampai atas pusar. Okta mengusap perutnya sendiri. Perutnya masih rata, hanya menonjol sedikit di usia kandungan 2 bulan ini.

Besok adalah jadwalnya bertemu dokter kandungan untuk konsultasi. Dokter privat yang sengaja disiapkan Vano khusus untuk mereka. Senyum Okta terbit, tangannya terus bergerak mengusap perut putih mulus itu. Ada rasa menggelitik dalam hatinya saat mengingat kalau dia akan menjadi seorang ibu di usia 25 tahun. Ini seperti mimpi. Padahal rasanya baru kemarin dia masih menjadi seorang gadis yang mendambakan kebebasan. Menikmati profesinya sebagai pramugari yang bisa singgah ke negara manapun. Melakukan hal apapun yang dia mau. Nongkrong, clubing, Okta tidak munafik, dia mengakui kalau dia juga berada dalam lingkaran itu. Tapi masih di dalam batas wajar.

Tiba-tiba pintu toilet terbuka, membuat Okta menoleh cepat dan langsung menurunkan kaosnya sebelum Vano melihat. Laki-laki itu keluar dari kamar mandi dengan handuk yang tergantung di leher. Nampak sangat maskulin, Okta jadi betah melihatnya.

"Iler lo tuh, netes!!" Vano berseru tiba-tiba. Dan dengan goblokknya Okta mengelap sudut bibirnya dan tidak menemukan apapun disana. Vano tertawa ngakak.

"VANOOOOO"

Membuat Okta kesal sekarang menjadi hobi baru Vano.. Perempuan itu lucu kalo marah-marah. Wajahnya merah dengan bibir kecil yang mengerucut seperti ikan dori.

Vano terkekeh kecil. Dia berjalan kearah lemari, mengambil beberapa stel baju dari sana dan kembali membawanya ke kamar mandi.

"Van..." Okta memanggil setelah Vano masuk ke toilet. Dia berbalik dan duduk menunggu di ranjang.

"Apa?" Vano menjawab dari dalam sembari memakai celananya. Sedikit kesusahan karena kakinya masih agak basah.

"Besok ada check-up kandungan, lo bisa ngga nemenin gue nggak?" Okta bertanya dengan gusar. Perempuan itu menerka-nerka sikapnya, kelewat manja atau tidak. Tapi gimana ya, dia kepingin banget ditemenin Vano besok.

Sedangkan Vano sendiri jadi terdiam di kamar mandi. Besok dia ada janji menjemput Kiara di Bandara, apa sempat mengantar Okta. Tapi rasanya dia juga tidak tega kalau harus menolak permintaan Okta, apalagi ini menyangkut anak mereka.

Vano keluar dari kamar mandi dengan baju yang sudah lengkap dan rapi. Berjalan ke sudut kamar, cowok itu mengambil sepasang sepatu lalu memakainya.

"Jam berapa?" dia bertanya untuk mencocokkan jadwal. Jangan sampai waktunya bentrok dengan jam dia menjemput Kiara.

"Waktunya fleksibel sih, kan itu dokter privat yang lo rekomendasiin. Jadi kapan pun kita minta dia pasti bisa"

Nice, Vano bersorak dalam hati. Kalau begini dia masih bisa mengatur waktu.

"Kalo gitu kita kesana agak pagian aja ya, jam 9. Soalnya jam 1 siang gue ada pemotretan" cowok itu beralibi. Jam 14.00 pesawat Kiara landing, jadi jam 13.00 dia ingin sudah standby disana untuk menunggu perempuan itu. Sebucin itu dia.

Okta tersenyum lebar sembari mengangguk. Pagi hari lebih baik, dia juga males keluar rumah saat siang hari. Panas.

"Pulang sekarang yuk!"

Vano membawakan tas Okta, padahal tas itu tidak terlalu besar. Hanya berisi alat makeup dan perintilan khas perempuan. Mereka berjalan beriringan menuju ruang tengah untuk berpamitan. Tidak ada yang spesial, di rumah hanya ada Lusi yang sepertinya memang suka kalau Okta pergi dari sana. Laura sekolah, sedangkan Om Jack dan Nathan pergi bekerja.

Jalanan cukup ramai hari ini, membuat mobil Vano cukup kesulitan untuk bergerak padahal ini masih pukul 08.00.

"Kita langsung pulang ya, gue ada urusan" Vano memulai pembicaraan setelah hening beberapa saat. Okta mengangguk saat Vano meliriknya. Lagipula dia juga tidak ada tempat yang ingin dikunjungi.

Di depan lampu merah, mobil Vano berhenti di belakang zebracross bersama kendaraan-kendaraan lain. Untung kaca mobilnya tidak tembus pandang. Jadi para penggemar tidak mengetahui kalau orang dalam mobil biru itu adalah seorang Geovano.

Selang beberapa puluh menit mobil Vano terparkir di garasi. Dia mengantar Okta masuk ke dalam kamar, sebelum akhirnya pamit pergi lagi.

"Emang mau kemana?" Okta bertanya saat mereka sudah sampai. Perempuan itu duduk di ranjang sembari melepas jaketnya karena merasa panas.

"Ada urusan bentar, pulangnya rada malem jadi gak usah ditungguin" Vano memberikan pesan. Teringat kejadian dua minggu yang lalu, dia pulang jam 2 pagi karena ada syuting iklan dan Okta menunggunya di ruang tamu karena dia tidak mengabari. Dan keesokan harinya perempuan itu mengeluh pegal-pegal. Akhirnya tetap Vano yang repot.

Okta mengangguk sebagai jawaban. Vano berbalik badan hendak pergi, tapi panggilan dari Okta menghentikan langkahnya.

"Kiss my baby?" perempuan itu berucap sembari menaikkan kedua alisnya, gak tau malu.

Vano putar arah, menghampiri Okta dengan senyum tipis tersungging di bibirnya. Cowok itu menunduk, mengelus perut Okta yang masih rata dengan lembut.

"Dady pergi dulu ya Baby, jangan nakal ya. Kita ketemu lagi nanti malem"

Vano mengecup perut Okta, menciptakan sengatan kecil dalam diri perempuan itu. Hatinya menghangat. Melihat sikap Vano yang seperti ini membuatnya tidak rela memberikan cowok itu ke siapapun.

************

Siang hari di SA Entertaiment sangat ramai. Disini tidak ada orang yang tidak sibuk. Para staf berjalan mondar-mandir untuk mencocokkan program, mrngatur schedule, dan masih banyak lagi.

Di ruang pribadinya, Vano duduk sambil ungkang-ungkang kaki di sofa panjang. Menunggu Gery selesai memesan barang yang dia mau. Cukup lama, cowok itu berdecak. Padahal pesanannya tidak terlalu banyak.

Hari ini dia tidak ada jadwal kerja grub, hanya proyek individu untuk iklan tas branded. Yaa, dia berbohong. Pemotretannya dimajukan hari ini supaya besok dia bisa full bersama Kiara dan tidak terganggu oleh apapun.

Selang 15 menit kemudian, Gerry datang sembari membawa dua buah paperbag besar. Mukanya masam, terlihat jelas kalau dia sedang kesal.

"Parah banget sih lo, siang panas gini nyuruh gue nyari bunga susah banget apalagi tas ini. Sampe dua mall gue cari tapi ketemunya malah di toko khusus" Gery menjatuhkan dirinya di sofa. Membuka jas yang dia pakai tadi supaya dinginnya AC bisa meresap ke dalam kulitnya yang berkeringat.

Vano membuka dua buah paper bag yang berisi tas dan kalung, serta secarik kertas bukti pemesanan bunga lily yang akan dikirim besok.

"Good, thanks udah bantuin gue" ucap Vano sambil tersenyum. Cowok itu merogoh sakunya, mengambil amplop cokelat yang berisi uang 5 juta dalam sana.

"Nih buat ganti uang bensin" ucapnya sembari meletakkan uang di meja.

Muka Gery langsung gak jadi sepet. Laki-laki berumur 24 tahun itu membuka isinya, matanya langsung melotot.

"Gak salah nih bos?. Bensin doang 5 juta?, di pom bensin aja palingan cuma habis 150 ribu" ucap Gery dengan lebay.

"Nggak mau?" Vano mendelik malas. Gery ini emang suka sok nolak diawal, tapi ujung-ujungnya tetap masuk kantong.

Cowok itu menyengir lebar, memasukkan uang ke dalam kantong dengan muka berseri-seri. "Mau lah bos, masak rezeki ditolak. Kalo kayak gini terus, bensin gue lo habisin tiap hari juga gapapa"

Vano tidak menanggapi lagi. Dia sudah sibuk dengan ponselnya. Membalas pesan Kiara yang bilang kalau dia sedang packing. Hati Vano bahagia, apalagi saat tau kalau Kiara ke Indonesia seorang diri. Tanpa Felix.

"Bos, Kiara jadi dateng?" Gery bertanya penasaran.

"Jadilah"

"Kagak lo jemputkan?. Kan udah punya bini"

Vano kontan menoleh, menatap laki-laki di sampingnya dengan mata memicing.

"Gue jemputlah, lo pikir ini semua buat siapa kalo bukan buat dia?!"

Gery terkaget-kaget. Dia pikir setelah menikah bosnya itu bisa melupakan Kiara, ternyata tidak sama sekali.

"Hidup bos tuh kek lagu deh" dia berceletuk ringan.

"Lagu apaan?"

"Senangnya dalam hati, kalau bercewek dua"

1
ㅤ ✰͜͡v᭄ᵗⁱⁿₜₐʰᵢᵗᵃᵐ𝐀⃝🥀ᵒᶠᶠ.ᵒⁿ
semoga ini awal yang baik buat kalian berdua dan gunakan lah sebaik mungkin biar ga ada dusta diantara kalian 🤭!!!!!!
ㅤ ✰͜͡v᭄ᵗⁱⁿₜₐʰᵢᵗᵃᵐ𝐀⃝🥀ᵒᶠᶠ.ᵒⁿ
akan kah Okta ngasih kesempatan kedua buat vano
ㅤ ✰͜͡v᭄ᵗⁱⁿₜₐʰᵢᵗᵃᵐ𝐀⃝🥀ᵒᶠᶠ.ᵒⁿ
kenapa harus pura² pdhl gak enak lho.....
ㅤ ✰͜͡v᭄ᵗⁱⁿₜₐʰᵢᵗᵃᵐ𝐀⃝🥀ᵒᶠᶠ.ᵒⁿ
pertemuan yang mengharukan antara vano dan okta
ㅤ ✰͜͡v᭄ᵗⁱⁿₜₐʰᵢᵗᵃᵐ𝐀⃝🥀ᵒᶠᶠ.ᵒⁿ
papamu aja bisa menemukan Okta,,,
ㅤ ✰͜͡v᭄ᵗⁱⁿₜₐʰᵢᵗᵃᵐ𝐀⃝🥀ᵒᶠᶠ.ᵒⁿ
seharusnya km sadar apa yg salah dari dirimu vano,,knp Okta memilih pergi darimu
ㅤ ✰͜͡v᭄ᵗⁱⁿₜₐʰᵢᵗᵃᵐ𝐀⃝🥀ᵒᶠᶠ.ᵒⁿ
hilang tanpa jejak tuh si okta
⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽
yg bilang dekil itu tanda nya sirik🤣
⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽
prnh ngerasain juga sih pas putus eh malah masih sayang🤣
⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽
astaga berak nanggung tinggal sebiji wkwkwk ngakak weeh
💙 Ɯιʅԃα 🦅™📴
inilah karma untuk Vano
💙 Ɯιʅԃα 🦅™📴
semakin ada kemajuan nih di hubungan Alex dan Okta.
💙 Ɯιʅԃα 🦅™📴: Alex dan Kiara
total 1 replies
💙 Ɯιʅԃα 🦅™📴
Sedih banget... masih sempat²nya pas mau pergi Okta masih ngingat Vano.
⏤͟͟͞R𝐈𝐍𝐃𝐔𝕸y💞🍀⃝⃟💙
astagah.... 😳😳😳
bener itu amp hamidun🤔
⏤͟͟͞R𝐈𝐍𝐃𝐔𝕸y💞🍀⃝⃟💙
whaa... jd buruan paparazzi
kasian tuh sana sini musti pinter nyari jln
⏤͟͟͞R𝐈𝐍𝐃𝐔𝕸y💞🍀⃝⃟💙
kl ga ada rasa cocok gmn mo tertarik 🙈
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ༄⃞⃟⚡𝐒𝐀𝐍𝐓𝐈🦚
makanya cari ayank biar ada yang bangunin🤭
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ༄⃞⃟⚡𝐒𝐀𝐍𝐓𝐈🦚
mungkin irfan gak bisa move on tuh makanya terus gangguin kamu
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻ༄⃞⃟⚡𝐒𝐀𝐍𝐓𝐈🦚
ya bilang aja baik baik biar bisa bekerja lebih baik lagi sebelum pecat wkwkwk
💙 Ɯιʅԃα 🦅™📴
Aku kok jd kasihan juga yah sama Vano
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!