Deadline Cinta

❤️ Happy Reading ❤️

Kendra melajukan kendaraannya dengan kencang, karena dia tak ingin kalau begitu sampai di rumah sang kakek ternyata mommy dan daddynya sudah berangkat bekerja.

Ting Tong

Ting Tong

Cklek

''Eh den Kendra.'' kata art yang membuka pintu.

''Assalamualaikum bik.'' sapa Kendra.

''Wa'alaikumsalam.'' sahutnya.

''Mommy dan daddy ada bik?'' tanya Kendra.

''Ada den, semuanya ada.'' jawab sang art. ''Ayo mari masuk den.'' katanya.

''Terimakasih bik.'' ucapnya dengan sopan.

*****

''Siapa bik?'' tanya Nia saat melihat sang art masuk ke ruang makan.

''Itu bu'...'' jawab sang art.

''Aku onty.'' potong Kendra yang muncul di belakang art keluarga Arman.

''Assalamualaikum.'' salamnya.

''Wa'alaikumsalam.'' sahut semuanya.

''Sini duduk sayang.'' kata ibu Dewi.

Sedangkan Kevin dan Sifa hanya diam tanpa ada maksud untuk menyapa putra mereka itu, bahkan melihat kearah Kendra pun tidak.

''Iya nek.'' jawab Kendra yang kemudian berjalan mendekat lalu menyalami semuanya termasuk kedua orangtuanya yang sedari tadi hanya cuek melihatnya.

''Sudah sarapan belum sayang? ''tanya Nia.

''Nenek siapin ya...'' tawar ibu Dewi.

''Gak usah nek, tadi Kendra sudah sarapan kok, terimakasih.'' jawab Kendra dengan sopan.

*****

''Kita berangkat dulu ya...'' pamit Arman dan Nia, mereka berdua masih setia dengan profesi mereka sebagai seorang dosen.

''Hati-hati.'' kata ayah Harun.

''Arin juga berangkat ya...'' pamit Arin. ''Dadah Kendra...'' katanya pada sang sepupu dan hanya di balas senyuman oleh Kendra.

''Assalamualaikum.'' ucap salam mereka bertiga.

''Wa'alaikumsalam.''

Dua anak Arman dan Nia si Arka dan Arin mereka sudah pindah rumah karena mereka sudah berkeluarga, dan di keluarga mereka hanya tinggal Arsi yang belum menikah tapi dia sudah bertunangan...jadi tinggal menunggu waktu menuju sah saja.

''Kalian bicarakan baik-baik masalah kalian...ayah sama ibu ke belakang dulu.'' kata ayah Harun yang memang dia dan sang istri sudah pensiun dari pekerjaannya.

''Nenek tinggal ya sayang.'' kata ibu Dewi pada sang cucu.

''Iya nek.'' jawab Kendra.

Begitu ayah Harun dan ibu Dewi pergi, maka hanyalah terjadi keheningan di ruang makan tersebut.

Sampai beberapa saat tak ada satu pun yang membuka suaranya untuk mengatakan sesuatu.

Bahkan Kevin dan Sifa pun sangat enggan untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu.

Hingga mau tak mau Kendra lah yang membuka suara terlebih dahulu.

''Ehem...mom...dad.'' kata Kendra namun kedua orangtuanya itu masih saja tetap diam membisu. ''Mom, dad...aku minta maaf.'' ucapnya.

Namun Sifa tetap diam tak bergeming.

''Mom...aku sungguh minta maaf, aku tau aku sangat salah dan keterlaluan.'' lirihnya lagi.

''Sukur deh kalau kamu tau kalau kamu salah.'' ketus Sifa. ''Tapi salahmu bukan ke mommy...melainkan ke Nisa.'' kata Sifa.

''Iya aku tau itu mom.'' sahut Kendra.

''Dan asal kamu tau kamu sungguh membuat mommy kecewa plus malu ke bisa karena perbuatan serta kata-kata yang terlontar darimu itu.'' kata Sifa lagi dengan nada yang masih marah.

''Iya mom, aku minta maaf dan aku juga mau meminta maaf pada Nisa.'' kata Kendra.

''Meminta maaf itu mudah dan memaafkan juga mudah apalagi menyakiti hati bahkan menorehkan luka sangatlah gampang tapi menghilangkan rasa sakit itu yang sangat sulit.'' kata Sifa. '' Kita memang bisa saja memaafkan tapi untuk melupakan...itu hak yang sangat sulit meskipun sudah bertahun-tahun lamanya.'' imbuhnya lagi.

''Ibarat kaca yang sudah pecah, walaupun di satukan tetap akan ada cacat...tak kan mulus seperti sedia kala.'' sahut Kevin.

''Iya Kendra mengerti dad...mom.'' kata Kendra. ''Emm Kendra juga bersedia menikah dengannya mom...'' katanya lagi.

''Mommy gak mau kamu menikahinya cuma karena rasa tak enak atau merasa bersalah sama mommy.'' kata Sifa.

''Enggak mom...Kendra sudah pikirkan ini masak-masak.'' sahutnya.

''Baiklah, nanti siang kita ke panti untuk bertemu Nisa kalau dia sudah pulang dari mengajar.'' kata Sifa.

''Baik mom.'' jawab Kendra.

''Dengar...mommy tak pernah menjanjikan apa-apa padanya...mommy juga tak memberi imbalan apapun padanya...jadi semua yang kamu tuduhkan padanya itu sama sekali gak benar.'' kata Sifa.