Eva adalah gadis berusia 18 tahun berasal dari keluarga sederhana. Ia memiliki mimpi besar menjadi orang kaya dan hidup serba ada.
Daniel Ananta menikahi gadis bernama Arsana putri wijaya. Putri satu-satunya dari keluarga terpandang di negaranya. Sayangnya Arsana adalah wanita yang sombong dan bertindak semaunya. Dalam pernikahannya Arsana tak mau mengandung seorang anak dengan berbagai alasan. Untuk itu Daniel akan membayar siapa saja yang mau mengandung anaknya dan Arsana. Dengan imbalan uang 3 miliar setelah anaknya dapat terlahir di dunia.
Dengan informasi dan bujukan dari Toni,
Eva bersedia menyewakan rahimnya karna terbayang uang yang akan di dapatkannya nanti setelah melahirkan bayi Daniel dan Arsana.
Mampukah Eva yang masih berusia 18 tahun mengandung seorang bayi dan melahirkannya. Dan konflik apa saja yang ada di dalamnya.
Ikuti kisahnya, jangan lupa like, coment, vote, favorit dan hadiahnya ya...
Salam manis dari author..selamat membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerak telor
Mentari masih malu-malu menampakkan sinarnya. Suasana malam masih enggan meninggalkan jejaknya. Burung-burung pun masih terlelap dalam peraduan.
Berbeda dengan suasana di villa tempat tinggal Eva sekarang. Di dalamnya sudah tercipta berbagai macam kesibukan para pelayan dengan tugasnya masing-masing.
Para pelayan semakin di buat sibuk dengan kedatangan Eva kembali ke villa setelah di nyatakan hamil. Pasalnya para pelayan harus extra menjaga Eva karna bayi yang di kandungnya.
Terutama para pelayan yang bertugas di bagian dapur. Mereka harus memasak makanan yang seimbang dan juga bergizi untuk kelangsungan hidup janin di dalam rahim Eva. Bahkan setiap makanan dengan menu pilihan sudah di jadwalkan setiap harinya, dengan takaran-takaran yang sudah di sesuaikan dengan kebutuhan gizi ibu hamil.
Beberapa hari setelah kepulangannya dari rumah sakit Eva masih merasakan pusing di kepalanya. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di kamarnya, terbaring di ranjang sambil memejamkan mata. Dia tidak tertidur melainkan meredam rasa pusing yang semakin menjadi saat dia membuka matanya, Eva selalu bilang dunianya terasa berputar-putar karna pusing yang dia alami.
Beberapa hari belakangan bahkan Eva sering mual-mual di pagi hari. Bahkan dia jarang memakan porsinya karna rasa mual yang suka tiba-tiba datang.
Salah seorang pemimpin pelayan pun melaporkan apa yang Eva alami kepada tuannya Daniel.
Daniel pun meresponnya dengan menyuruh dokter Danis ke villa untuk mengecek kesehatan Eva dan juga janinnya. Daniel menyuruhnya untuk memberikan Eva sebuah obat anti mual. Setidaknya agar Eva dapat makan seperti biasanya, agar kesehatan dan janinnya terjaga.
Pagi-pagi sekali masih di jam 6 pagi, seorang pelayan sudah berada di kamar Eva untuk membawakan segelas susu hangat dan juga roti dengan isian daging dan sayur-sayuran.
"Nona...makanlah selagi hangat..."
kata pelayan tersebut sambil menaruh nampan di sebuah meja di dekat ranjang Eva.
"Maaf mbak...aku terasa sangat mual...aku tak bisa makan apapun sekarang..."
jawab Eva dengan masih memejamkan matanya.
"Saya mohon nona setidaknya makanlah sedikit...agar perut nona terisi..."
"Maaf mbak tapi aku tidak bisa..aku akan memakannya nanti ketika mualku sudah sedikit reda..."
Tak ingin memaksa Eva akhirnya pelayan itu pun terdiam dan memilih pergi dari kamar Eva.
"Baiklah nona...saya harap nona memakannya nanti...saya undur diri...jika nona membutuhkan sesuatu tolong pencet bell yang ada di sebelah nona...."
pelayan itu pun beranjak keluar dari kamar Eva.
Eva hanya mengangguk pelan dan berkata.
"Terimakasih mbak..."
tanpa melihat pelayan itu sama sekali karna dia masih memejamkan matanya.
Eva memijat pelan pelipisnya, kepalanya terasa pusing berputar, bahkan semalam Eva hanya tertidur selama beberapa jam karna rasa pusingnya ini.
kenapa hamil rasanya sangat menyiksa seperti ini...Tuhan bisakah aku menjalani ini sampai 9 bulan nanti...
batin Eva yang merasa getir dengan apa yang sedang di jalaninya saat ini.
Baru saja pelayan itu keluar dari ruangan ada seorang lagi yang terdengar masuk lewat suara langkah kakinya.
Dengan nada malas Eva berusaha mengusirnya dengan sopan.
"Maaf mbak tapi aku sedang tak mau makan apapun...lebih baik mbak bawa pergi apapun yang sedang mbak bawa..."
rupanya Eva mengira itu adalah seorang pelayan, yang setiap pagi selalu membawakan makanan untuk Eva secara bergantian bahkan tanpa di minta.
"Aku Toni..maaf aku masuk ke kamarmu karna aku ingin melihat kondisimu...sepertinya kau terlihat kurang baik..."
Jawab Toni melirih karna takut membuat Eva terganggu dengan suaranya.
"Oh..maaf..."
jawab Eva sambil setengah membuka matanya melirik pada Toni.
"Bolehkan aku duduk di sebelahmu...aku akan membantu memijat kepalamu.."
melihat Eva yang memijat pelan pelipisnya Toni merasa kasihan dan menawarkan dirinya untuk memijatnya.
"Hmm..."
Eva hanya berdehem dan membiarkan Toni duduk di sebelah ranjangnya memijat kepalanya, dia berpikir semua pekerjaan ini adalah tanggung jawab mereka. Jadi Eva tak akan sungkan jika Toni sedikit meringankan beban yang dia rasakan sekarang.
Cukup lama Toni memijat Eva, sampai akhirnya dokter Danis datang mengunjungi Eva di villa nya.
Setelah memeriksa keadaan Eva sambil sedikit berbasa-basi menanyakan apa yang Eva rasakan sekarang, dokter Danis pun memberikan obat untuk meringankan gejala kehamilan Eva sekarang.
"Apa aku akan mengalami ini semua selama 9 bulan dokter.."
Tanya Eva dengan pandangan memelas.
"Tentu saja tidak nona...biasanya gejala-gejala kehamilan akan di rasakan di trimester pertama saja..atau lebih mudahnya selama 3 bulan pertama....selanjutnya semua akan berangsur berkurang seiring bertambahnya usia kehamilan..."
jawab dokter Danis dengan santai.
Eva pun tampak bernafas lega, lalu dokter Danis menambahkan kalimatnya lagi.
"Tapi itu semua tergantung kondisi ibu hamil.sendiri nona...karna setiap wanita memiliki cerita yang berbeda di setiap kehamilannya..."
"Baiklah dok...setidaknya kata-kata dokter bisa membuat saya sedikit tenang...hanya 3 bulan bukan.."
jawab Eva sedikit menampakkan wajah berbinar.
"Ya saya juga berdo'a semoga semua gejala ini segera berangsur berkurang nona...agar anda nyaman menjalani kehamilan ini..."
jawab dokter Danis lagi dengan tersenyum manis.
"Dok apa tidak ada obat untuk mengurangi semua gejala hamil ini..."
tanya Toni penasaran, karna dia merasa kasihan melihat Eva dengan kondisinya sekarang.
"Maaf tuan...tidak ada obat untuk mengurangi gejala kehamilan...kami hanya memberikan obat untuk meredakan gejalanya...karna gejala tersebut murni muncul dari tubuh ibu hamil karna hormon yang berubah drastis dalam tubuhnya..."
Setelah menjelaskan berbagai macam kondisi tentang ibu hamil kepada keduanya, dokter Danis pun membereskan alat-alat yang di bawanya.
Setelah Eva meminum obat anti mual dari dokter Danis tadi, Toni segera menawarinya makan.
"Makanlah...habiskan roti isimu..."
kata Toni sambil menyodorkan piring berisi 2 roti isi yang sudah di tata rapi.
"Iya nona...makanlah sedikit-sedikit tapi sering jika nona merasa mual...bagaimana pun nona harus memakan sesuatu untuk bayi yang ada di dalam rahim nona..."
Dokter Danis ikut membujuk Eva untuk memakan sarapannya.
"Sungguh aku merasa mual hanya melihatnya...aku sepertinya ingin makan kerak telor..."
jawab Eva malas menatap piring yang di bawa Toni.
"Apa kerak telor...mana ada di jam sepagi ini va..."
jawab Toni terkejut dengan penuturan Eva.
Dokter Danis pun tertawa ringan melihat Toni dengan tatapan meledek. Dia pun pamit untuk segera pergi ke rumah sakit. Dia tak ingin terlibat dengan permintaan Eva yang cukup sulit di cari di pagi hari.
Sementara Eva dan Toni berdebat di ruang kamar Eva.
"Setidaknya tunggu sampai siang hari aku akan mencarikannya nanti..."
"Tapi aku lapar ingin makan sekarang..."
"Astaga Eva dimana aku harus mencarinya...apalagi letak villa ini yang jauh dari perkotaan..."
"Aku tak berselera makan apapun selain itu..."
Toni pun akhirnya memilih mengalah dan berangkat mencari kerak telor keinginan Eva, memainkan perannya sebagai suami palsunya. Dia di antar oleh seorang supir yang sudah di tugaskan disana untuk mengantar Toni dan Eva kemana pun.
Lama berputar-putar di jalanan, Toni tak menemukan makanan itu, karna sudah menjelang jam 10, Toni pun pulang dan berniat untuk membuatkannya sendiri lewat resep di internet.
Baru sampai di villa, Toni langsung saja ke kamar Eva ingin mengabarkan bahwa ia tak mendapatkan makanan yang di inginkan Eva.
Tapi begitu Toni masuk dalam kamar, Toni melihat Eva yang sudah memakan beberapa porsi kerak telor, terlihat dari box yang berjajar di sampingnya.
"Loh...darimana kau mendapatkannya..."
"Tuan Daniel yang mengirimnya..."
kata Eva dengan senyuman manisnya.
"Kau mau...itu masih tersisa beberapa porsi jika kau mau..."
imbuh Eva lagi.
astaga..aku mencari sampai lupa memakan sarapanku...ternyata dia disini malah enak-enak makan..bahkan sampai habis beberapa porsi....
batin Toni kesal.
Bersambung...
makin penasaran nich..
kira2 siapa yg akan membongkar masalah ini🤔
kelihatannya dokter itu org baik...
membuang darah daging nya sendiri.ingat hukum karma lambat laun akan menghampiri kalian Danil
mmg tuh y pasangan durjana mentang² kaya bisa berbuat semaunya 😡
makanya nurut aja y...tp aku yakin lama kelamaan berontak jg tuh si Danil,hbs juga kesabaran dia...