"Jangan harap aku akan tunduk kepada siapapun! Apalagi seorang wanita sepertimu!" Alaska Dirgantara.
"Sekeras apapun hatimu menolakku, aku tidak peduli! Akan aku pastikan hati sekeras batu itu luluh dengan caraku!" ucap Arumi Nadya Karima.
Alaska Dirgantara, merupakan pewaris tunggal Dirgantara. Pria keras dan kasar yang terpaksa harus menerima perjodohan dengan wanita pilihan Papa Farhan---ayah kandungnya, sebagai syarat untuk mendapatkan aset keluarganya.
***
Terbangun dari koma selama tiga bulan, Arumi Nadya Karima dikagetkan dengan status barunya yang tiba-tiba sudah menjadi istri dari pria kejam yang bahkan tidak dikenalinya sama sekali. Dan lebih parahnya lagi, ia hanya dijadikan alat untuk mempermudah jalannya mendapatkan aset Dirgantara dari ayah mertuanya.
Akankah Arumi mampu menjalini hari-harinya berganti status seorang istri dari pria keras dan kejam? Atau memilih pergi dari suaminya? Yuk ikuti kisah selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34 : Tidak Akan Pernah Jatuh Cinta
..."Seseorang bisa menolak cinta, tapi tidak ada orang yang mampu menolak takdir. Jika cintamu berlabuh di hati yang sama, maka semua akan sesuai dengan ekspektasimu yang akan hadir. Namun, jika cintamu tidak berlabuh di hati yang sama, maka yakinlah itu adalah takdir terbaik untuk hidupmu."...
...~~~...
Alaska dibuat tertawa mendengar apa yang Arumi katakan. "Haha ... kamu percaya diri banget ya? Jangan berharap aku jatuh cinta kepadamu, melihatmu saja aku sudah tidak sudi lagi!" ucapnya masih dengan gelak tawa yang sama.
"Mas jangan menganggap enteng Arumi! Setiap kata yang keluar akan terjadi! Dan Mas yang akan menelan lidah sendiri karena menolak untuk mencintaiku," balas Arumi dengan begitu tegas dan percaya diri.
Pada saat Alaska ingin membalas Arumi, tiba-tiba saja suara manja terdenger tidak jauh dari tempatnya sekarang.
"Sayang, aku capek. Yuk kita ke kamar sekarang," ucap Safa begitu manja mendekati Alaska.
Sontak Alaska dan Arumi menoleh ke arah suara. Di mana nampak seorang gadis berjalan dengan begitu lesu, karena sudah bulak balik kamar mandi enam kali, sehingga membuatnya lelah dan tidak bertenaga lagi, seakan semua tenaganya terkuras habis.
"Sudahlah, kamu pulang saja Safa! Aku sekarang sedang tidak mood lagi," ucap Alaska yang seketika menolak ajakan pacarnya.
"Hem, sudah aku duga bahwa ini akan terjadi. Lihat saja Mas, aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku sungguhan," ucap Arumi di dalam hatinya.
"What? Kenapa kamu menyuruhku pulang sayang? Kita kan masih mau bersenang-senang di hadapan istrimu itu." Safa mengungkapkan maksudnya kadang ke rumah itu, membuat Alaska semakin kesal saja.
"Sudah sana pulang! Jangan membantah! Kamu pergi pulang saja, aku tidak ingin membahas itu lagi," kata Alaska kini tidak bisa mengendalikan lagi emosinya.
"Hah? Apa kamu tidak salah, sayang? Kamu mengusirku? Aku tidak menyangka ini. Aku kesal sama kamu!" ucap Safa dengan kesal mengatakan itu kepada Alaska, karena merasa sudah tidak dianggap lagi.
"Sana, hus! Hus! Tenyata suamiku tidak membutuhkanmu lagi," ujar Arumi langsung membuat Safa menatapnya dengan begitu tajam.
"Ingat satu hal ya! Suamimu tidak akan pernah menjadi milikmu, karena dia sangat mencintaiku," ucap Safa begitu angkuh di hadapan Arumi.
"Hem, boleh saja. Tapi jangan menyesalinya jika di akhir nanti, suamiku kembali mencintaiku dan bukan dirimu," balas Arumi dengan menyilangkan kedua tangannya di perut.
Safa merasa kesal dengan perkataan Arumi, ia pun melangkah meninggalkan Arumi dah juga Alaska yang nampak tidak memperdulikan pacarnya.
"Hus! Sana pergi ulat gatal," ucap Arumi masih bisa didengarkan oleh Safa.
Safa pun berbalik sebentar dan menatap wajah cantik Arumi dengan sepasang mata yang begitu penuh emosi.
"Lihat saja kamu Arumi, aku tidak akan membuatmu tenang!" tegas Safa sekali lagi mengancam Arumi.
"Dan untuk kamu, sayang. Aku tunggu kamu di kantor besok!" lanjutnya soraya menatap wajah Alaska dengan begitu lembut, berbeda sewaktu berbicara dengan Arumi.
"Hem ... iya sayang. Pulanglah! Aku sedang tidak baik-baik saja sekarang," sahut Alaska menatap sekilas sang kekasih.
"Ih! Bukannya kamu membujukku, Alaska. Kamu malah mengusirku. Enak saja wanita itu begitu saja menghancurkan kebersamaan kita," batin Safa begitu kesal karena ternyata Alaska malah terus memintanya pulang.
"Oh iya Nona Safa, pulanglah. Suamiku sudah tidak menginginkan keberadaanmu di sini. Jangan terus mengemis untuk Mas Alaska membujukmu," ujar Arumi menohok.
"Kamu ya! Berani mengatai aku terus, lihat saja nanti Mas Alaska akan membalas perbuatanmu kepadaku. Aku yakin dia yang memasukan sesuatu di minumanku," ucap Safa menuduh Arumi karena ia rasanya tidak tahan jika terus berdiri seperti itu, selau saja ingin ke kamar mandi.
Alaska memandang Arumi penuh tanda tanya. Ditambah gerak gerik Safa tidak terlihat baik-baik saja, nampak tidak karuan.
"Aaakkh! perut aku malah sakit lagi, aku harus cepat-cepat pergi dari sini," kata Safa yang terdenger oleh Arumi.
"Haha ... kenapa Safa? Makanya cepat pulang sana," ucap Arumi meledek Safa yang kelihatan keter ketir dan buru-buru keluar dari rumah Arumi, tanpa memperdulikan apa yang Arumi katakan.
Kini tinggal berdua lagi yang tersisa. Alaska memandang Arumi dengan penuh selidik. Sungguh, dia tidak menyangka bahwa istrinya itu bisa melakukan hal seperti tadi.
"Apa kamu yang membuat Safa sakit perut terus menerus seperti tadi?" tanya Alaska untuk menghilangkan rasa penasarannya.
"Hem ... iya itu memang aku yang melakukannya. Aku yang mencampurkan obat pencahar di dalam jus Safa. Ada masalah?" tanya balik Arumi yang sudah mengakui ulahnya.
"Apa? Kamu yang telah melakukan itu? Itu masalah besar! Bagaimana mungkin kamu melakukan itu kepada Safa, dia pacarku."
Alaska nampak marah karena Arumi telah mencampurkan sesuatu ke dalam jus kekasihnya.
"Ya itu salahnya, karena dia kekasih Mas Alaska, maka harus disingkirkan. Hus! Seperti tadi," balas Arumi dengan begitu santainya menjawab pertanyaan suaminya, tanpa rasa takut lagi seperti kemarin.
Sreekk!
Alaska kembali mencekik leher Arumi dengan begitu kuat, sehingga membuat istrinya itu kaget akan tindakannya yang tiba-tiba.
"Beraninya kamu, hah? Aku tidak suka kamu mengusik Safa! Dia itu segalanya bagiku. Cintaku, hidupku, duniaku," kata Alaska dengan menekankan bahwa dia sangat bertergantungan kepada Safa.
"Aaaww! Huh! Lepaskan Mas!" pinta Arumi karena merasa sesak.
"Tidak akan! Kamu sudah mengerjai kekasihku, maka kamu harus terima akibatnya," ucap Alaska menolak permintaan istrinya itu.
"Kalau tidak dilepaskan. Hah! Aku akan mengadukannya kepada Papa," kata Arumi mengancam Alaska.
Tiba-tiba tangan Alaska terlepas dari leher Arumi. Ia pun sedikit menjauh dari istrinya.
"Alhamdulillah, akhirnya Mas Alaska menurut juga," ucap Arumi di dalam hatinya.
"Oh ya, apa kata kamu tadi Mas? Cinta, dunia, hidupmu, semuanya ada pada Safa. Aku tidak yakin akan semua itu, mencintainya pun kamu belum tentu, Mas. Apalagi menggantungkan hidupmu kepadanya," ucap Arumi membuat Alaska kembali menatapnya dengan tatapan elang.
"Aku mencintainya dan itu nyata! Kamu menyangkalnya karena kamu iri dengen Safa, kan? Sementara kamu ini tidak mendapatkan cinta dariku," balas Alaska tidak mau kalah.
"Hem ... oke aku akui. Aku memang tidak mendapatkan cintamu untuk sekarang Mas, tapi akan aku pastikan. Suatu saat nanti, Mas Alaska akan mencintaiku melebihi cintaku kepadamu! Cinta seorang suami kepada istrinya, bukan cinta sepasang kekasih," ucap Arumi kembali membuat Alaska tertawa.
"Haha ... teruslah berharap, Arumi! Sampai kapanpun, cintamu itu tidak akan membuatku jatuh cinta kepadamu! Malah kebencian yang akan kau dapatkan karena membuatku kesal," ujar Alaska tersenyum sinis setelah puas menertawakan perkataan istrinya yang dianggapnya lucu.
"Sekeras apapun hatimu menolakku, aku tidak peduli! Akan aku pastikan hati sekeras batu itu luluh dengan caraku!" tegas Arumi dengan sangat yakin.
Terlihat dari sorot matanya yang menatap Alaska begitu tajam, dan tidak terlihat kebohongan di dalam setiap ucapannya sedikit pun.