Romance modern.
Kisah cinta Anne Halinger dengan Robert Anderson yang bertemu lewat perjodohan.
Anne yang berasal dari keluarga yang tidak menyayanginya. Dia dijodohkan dengan Robert yang hampir bangkrut dan tidak punya penghasilan tetap.
Namun, tiada yang tahu jadi diri Robert yang sebenarnya adalah pewaris dan CEO Black Diamond Group. Bagaimana kisah cinta dua insan ini? Akankah Anne dan Robert berbahagia?
Ikuti terus kisah mereka ya.
IG @cindy.winarto
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cindy Winarto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
Lalu, pada saat Oma Tinka jatuh sakit, bukankah sudah sewajarnya dan seharusnya Nyonya Sandra dan keluarganyalah yang merawat Oma Tinka sampai dipanggil Tuhan? Pas Oma Tinka masih sehat, dipakai tenaganya, lalu pas sakit, masak Oma Tinka dibenci dan dibuang begitu saja?
Tuan Handri sibuk berbisnis, dan masih bolak-balik menjenguk Kanzania yang kos di Bandung. Oleh karena itu, maksud Tuan Handri adalah dia tidak keberatan mengirim uang bulanan yang besar untuk Oma Tinka asalkan yang menjaga Oma Tinka adalah Nyonya Sandra saja. Namun, Nyonya Sandra ini licik dan tidak mau capek, jadi dia maunya bergantian dengan Tuan Handri dalam mengurus Oma Tinka.
Orang tua yang sakit memang rewel dan bawel karena tidak bisa bergerak bebas seperti saat masih sehat, selain itu tengah malam suka bangun-bangun karena lapar dan mau buang air kecil atau buang air besar, sedangkan Nyonya Sandra tidak terbiasa bangun-bangun bila malam. Selama ini ‘kan Spencer dan Anne dari bayi dirawat Oma Tinka, yang artinya Oma Tinka-lah yang bangun-bangun tengah malam saat mereka bayi untuk memberi susu, menggendong ketika menangis, ganti popok, dll. Betapa enaknya Nyonya Sandra ini, hanya bekerja saja tanpa perlu jaga malam. Sekarang ketika karma menuntut balas, Nyonya Sandra jadi marah-marah karena tidak terbiasa bangun-bangun jaga malam. Mereka tidak mau pakai jasa perawat orang tua karena keberatan dengan biaya gajinya, jadi mau tidak mau karena alasan berhemat, harus menjaga Oma Tinka sendirian.
Lalu, bagaimana dengan Spencer?
Spencer menikahi Renita. Karena Spencer dari sebelum menikah sudah berkata bahwa dia tidak mau membawa Oma Tinka, maka istrinya pun terpengaruh. Keduanya tinggal memisah dari rumah Nyonya Sandra Palm Spring, dan beli rumah sendiri di perumahan itu juga, cuma beda komplek saja. Luar biasa ‘kan Spencer. Dia adalah pria yang pintar cari muka, pandai bersilat lidah, dan bisa memutarbalikkan fakta, seharusnya dia sebagai cucu laki-laki harus mau bawa Oma Tinka sampai meninggal, bukan? Itulah Spencer, dia hanya mau harta saja dari orang tuanya, tapi tidak mau repot. Spencer tidak begitu suka pada Oma Tinka karena dulu Oma Tinka bawel kepadanya dan tidak merestuinya ketika berpacaran dengan beberapa wanita yang lebih tua dari Spencer.
Paling mentok, Spencer pastinya harus mau bawa Nyonya Sandra dan Tuan Ridhan sampai tiada nantinya, karena semua harta keluarga Halinger akan jadi miliknya. Lagi-lagi persoalan harta. Di mata Nyonya Sandra dan Tuan Ridhan, anak yang disayang dan yang diharapkan adalah Spencer, dan karena Spencer yang akan menerima semua warisan, maka Spencer-lah yang bertanggung jawab merawat orang tuanya sampai tiada nanti. Sifat Nyonya Sandra yang tidak adil pada anak, juga membawa dampak besar pada anak-anaknya. Yang satu keras kepala dan haus kasih sayang (Anne), yang satu lagi haus harta (Spencer). Spencer pun tidak akur dengan Anne.
Nyonya Sandra, Tuan Ridhan, Spencer dan Renita memang setali tiga uang. Mereka aktif dalam kegiatan keagamaan dan suka memberi sumbangan ke rumah ibadat. Namun, sikap mereka kepada Oma Tinka dan Anne, menjadi sebuah tanda tanya sendiri, apakah mereka benar-benar orang yang baik atau munafik-kah. Untuk apa rajin menyumbang rumah ibadat, bila tidak memperlakukan orang tua dan anak sendiri dengan kasih? Apakah hanya karena ingin dapat pahala saja? Entahlah, Anne pun tidak berani menghakimi orang tuanya, dia hanya menuliskan ini semua di dalam diarynya.
Apakah Nyonya Sandra tidak takut kepada hukum karma kah? Bagaimana bila suatu saat, Nyonya Sandra yang gantian terkena stroke, akankah Spencer dan Renita mau sabar merawatnya juga? Sepertinya tidak. Anak laki bila sudah menikah, cenderung ikut dengan istrinya ‘kan.
Itulah susahnya keluarga yang terlalu patrilineal dan terpecah belah, dan mengesampingkan anak perempuan. Ibarat kata sudah membuang anak perempuannya seperti membuang ludah, dan tidak mungkin dijilat lagi ludahnya itu.
***
Anne dan Robert menyapa Tuan Handri dan Nyonya Mary di ruang tamu.
“Halo Paman dan Bibi, apa kabar?” ucap Anne ramah.
“Halo, Anne, Robert. Kami baik-baik. Ayo silakan masuk, Oma Tinka di kamar,” sahut Tuan Handri ramah.
“Anne, bagaimana kabar kamu?” tanya Oma Tinka yang sedang berbaring di kamarnya.
“Aku baik, Oma. Ini ada sedikit oleh-oleh untuk Oma ya,” jawab Anne sambil memeluk Oma Tinka.
“Kapan kamu hamil? Oma mau lihat buyut sebelum Oma mati nanti,” tanya Oma Tinka lagi.
“Iya Oma, semoga aku segera hamil nanti ya. Oma jangan cemas, ayo sekarang tidur lagi saja,” jawab Anne pelan sembari mengecup pipi Oma Tinka.
Tak terasa air mata mengalir di mata Anne, kasih sayangnya untuk Oma Tinka masih selalu terasa hingga saat ini. Anne ingin sekali bisa bantu merawat Oma Tinka, tapi apa daya tenaganya terbatas, rumahnya kecil, dan uangnya habis untuk membayar cicilan rumah dan motor, serta memberi uang bulanan kepada Nyonya Sandra dan bantu-bantu sedikit biaya pengobatan Oma Tinka yang dia kirim ke Nyonya Sandra setiap bulannya.
Kalau Nyonya Sandra ‘sih mau enaknya saja, dia selalu menekan Anne untuk tidak lupa membalas budi kepada Oma Tinka, dan menurutnya seharusnya Anne-lah yang membawa Oma Tinka karena Anne adalah cucu tersayang Oma Tinka. Sebenarnya, Anne merasa tidak enak dengan Robert yang sudah menerimanya apa adanya, dan posisi Robert hanyalah sebagai cucu menantu, tidak pada tempatnya menyuruh Robert yang membiayai dan merawat Oma Tinka. Sebenarnya Robert mau saja merawat Oma Tinka, hanya saja dia tidak ingin Nyonya Sandra lepas tangan begitu saja.
Lalu, Robert dan Anne berdoa sebentar untuk kesehatan Oma Tinka sebelum mereka keluar dari kamar Oma Tinka.
Tuan Handri dan Nyonya Mary sudah menyiapkan makan siang untuk Anne dan Robert lalu mereka makan siang sembari mengobrol bersama. Anne dan Robert senang mengobrol dengan Tuan Handri karena Tuan Handri yang bijaksana dan berhikmat. Kenalannya pun dari berbagai kalangan, dan juga aktif dalam kegiatan keagamaan. Tuan Handri betul-betul mempraktikkan ajaran kasih itu kepada Oma Tinka, sekalipun Oma Tinka tidak membantu membesarkan ketiga anak Tuan Handri, tapi ibu tetaplah ibu, bukan?
Anne hanya berharap suatu saat agar Nyonya Sandra, Tuan Ridhan, dan Spencer dibuka mata hatinya oleh Tuhan, dan meminta maaf kepadanya, dan bila waktunya tiba nanti adalah waktu yang tepat. Semoga suatu saat Nyonya Sandra sadar dari semua tindakannya yang menyakiti Anne dan Oma Tinka. Semoga suatu saat topeng Spencer terbuka di mata kedua orang tuanya. Mungkin akan menarik bila semuanya terbuka. Semoga saat itu tiba, Nyonya Sandra tidak terlambat memperbaiki kesalahannya. Harta bisa dicari, tapi kebahagiaan kumpul Bersama keluarga adalah segalanya. Buat apa harta banyak, tapi tidak bisa menikmati kebahagiaan dan bahkan kehilangan anak, sekalipun mereka tidak menyayangi Anne, tapi mereka sudah bertindak bodoh dengan lebih memilih harta daripada Anne.
Tuan Handri tidak lupa berpesan pada Anne untuk mengampuni orang tuanya. Bahwa kita pun manusia berdosa di hadapan Tuhan. Bereskan hati dengan baik sebelum hamil, dan berharap agar hamilnya tidak sakit-sakitan dan bayi tidak rewel ketika sudah lahir nanti, bayi diberkati dengan berlimpah. Tuhan akan gantikan dengan berkat baru bagi Anne dan Robert nanti.
***
Hai teman-teman yuk dukung karya pertama aku ya. Klik like, vote, favorit, dan bagi koinnya jika berkenan ya. Thank you
IG @cindy.winarto