Tak sengaja Rena melihat suami nya sedang bersama dengan seorang wanita, padahal dia sedang dalam kondisi hamil 3 bulan, dari awal sebelum menikah dia sudah mengatakan bahwa dia paling tidak suka di bohongi, dan suami nya mengiyakan permintaan nya.
Namun setelah melihat apa yang di lakukan suaminya Rena pergi dan berniat untuk menuntut cerai. Rena adalah gadis bercadar yang kecantikan nya hanya di perlihatkan kepada suaminya, dia tidak pernah membenci seseorang, tapi dia paling benci di bohongi apa lagi itu suami yang di cintai nya.
suaminya sudah berusaha untuk membuat Rena kembali dan percaya, namun semua sia - sia. tiba - tiba datang seorang gadis berjilbab yang Rena lihat waktu itu bersama suami nya. gadis itu melemparkan sebuah kunci kepada Rena, sambil menangis dia mengatakan.
"jika kamu ingin mencari kebenaran ambil kunci ini, jika tidak buang lah, namun jangan pernah membenci nya, karena Malaikat pun akan membencimu walaupun kau berbakti kepada orang tua mu."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frangki s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Sang Pahlawan
Pagi hari nya Awan bangun turun ke bawah. Tampak Istrinya Pak Karni sedang menyiapkan menu untuk sarapan pagi.
"Mas Awan kok' Sudah bangun? Ini kan masih pagi. Kata Istri Pak Karni ketika melihat Awan.
"Iya Bu' Soalnya tidur saya enak tadi malam. Makanya saya bisa bangun cepat.
"Saya panas kan dulu air ya Mas' Nanti saya buat kan Kopi Hitamnya."
"Makasih Bu' Saya mau ke depan dulu, Mau lihat pantai."
"Iya nanti Kopi nya saya antar ke sana."
Awan pun segera keluar melihat pemandangan di sekitar pantai. Setelah puas menikmati pemandangan di pagi hari. Awan kembali ke Vila dan duduk di teras depan.
Istri Pak Karni datang sambil membawakan Kopi kesukaan Awan.
"Di minum dulu Mas Awan' Mumpung masih hangat." Kata Istri Pak Karni.
"Iya Bu' Terima kasih. Kata Awan sambil meminum Kopi buatan Istri Pak Karni.
Pak Karni kemana Bu' Soalnya dari tadi saya kelihatan." Kata Awan.
Sejak Awan bangun tadi Pak Karni memang tidak ada.
"Oh... Bapak pergi mancing Ikan Mas."
"Kapan pergi mancing Bu! Kok saya tidak di ajak."
"Bapak takut mau ajak Mas Awan pergi mancing. Soalnya Bapak takut Mas Awan tidak tahan dingin."
Kata Istri Pak Karni menjelaskan.
"Saya kan masih Muda Bu! Masa saya gampang masuk Angin." Kata Awan bercanda.
Tidak lama kemudian Pak Karni datang dengan membawa hasil pancingan nya. Awan langsung merasakan lapar di perutnya ketika melihat Ikan hasil pancingan Pak Karni.
"Waduh' Saya jadi lapar Pak." Kata Awan sambil memegang perutnya.
"Mas Awan mau di masakin apa? Biar nanti saya masakin." Tanya Istri Pak Karni.
"Di bakar kayaknya enak deh Bu." Kata Awan sambil tersenyum.
"Ini Bu di bersihkan dulu. Bapak mau cari tempurung dulu." Kata Pak Karni sambil menyerahkan hasil pancingan Ikan nya.
"Tunggu Pak' Ibu ambilkan dulu Kopi di dalam. Biar Bapak tidak masuk Angin." Kata Istrinya sambil masuk kedalam Vila.
"Iya Pak' Istirahat saja dulu. Nanti kalau Bapak sakit bagaimana?" Kata Awan menambahkan.
Dia tidak mau Pak Karni sakit hanya untuk memenuhi keinginannya.
"Kalau saya yang sakit tidak apa Mas Awan. Asal jangan Mas Awan nya yang sakit." Kata Pak Karni sambil tersenyum.
Awan tertegun sejenak setelah mendengar apa yang di katakan Pak Karni barusan. Dia tidak menyangka Orang yang dulu pernah di hajar nya ternyata begitu peduli dengan dirinya.
Ada rasa bersyukur di dalam Hati nya karena bertemu dengan keluarga Pak Karni. Sebenarnya Awan mempunyai kejutan untuk Pak Karni dengan keluarga nya. Namun dia masih menunggu Waktu yang tepat untuk memberitahu mereka berdua.
Lama mereka berbincang sambil menghabiskan Kopi buatan Istri Pak Karni. Setelah itu Awan beserta Pak Karni berjalan di pinggir Pantai untuk mencari penjual tempurung. Di pertengahan jalan Pak Karni bertanya.
"Mas Awan' Sebenarnya ada yang mau Bapak katakan tadi. Tapi baru ingatnya sekarang." Kata Pak Karni.
"Apa itu Pak?"
"Itu Mas Awan' Di sebelah Vila kita ada yang lagi bangun Rumah. Kayaknya Mas Awan bakalan punya tetangga."
Awan hanya tersenyum mendengar apa yang Pak Karni katakan.
"Ya... Kan bagus Pak' Nanti kan Bapak bisa punya teman di sini."
"Bukan itu maksud saya Mas Awan. Bapak cuma khawatir, Kalau nanti mereka sudah tinggal di situ, Bisa mengganggu Mas Awan, Jika nanti datang beristirahat."
"Kalau masalah itu Bapak tidak usah khawatir."
Kata Awan berusaha menenangkan ke khawatiran di pikiran Pak Karni.
Mereka pun menemukan warung yang menjual tempurung dan segera pulang ke Vila.
***
Setelah selesai makan dan beristirahat sejenak. Ponsel di saku Awan tiba-tiba berbunyi, Tanda ada pesan yang masuk. Awan pun segera melihat pesan itu yang ternyata dari Dawa.
"Assalamu'alaikum Kak."
"Waalaikum salam. Balas Awan."
"Kak Awan' Jangan lupa sebentar belajar mengajinya. Kakak jemput saya di depan Pesantren ya.... Soalnya ada tugas yang saya kerjakan, Jadi kemarin tidak bisa pulang ke Rumah."
Awan pun segera membalas pesan dari Dawa.
"Iya... Nanti Kakak jemput kamu sebentar jam berapa?"
Dawa kembali membalas.
"Jam 1 saja Kak' Kalau bisa."
"Oke' Sebelum Jam 1 kamu siap - siap saja." Balas Awan lagi.
Pak Karni yang sejak bersama Awan, Heran melihat senyum - senyum sendiri.
"Mas Awan kok senyum - senyum sendiri?" Tanya Pak Karni.
"Oh... Ini Pak' Teman saya tadi kirim pesan. Katanya dia mau di jemput sebentar." Kata Awan sambil tersenyum.
"Teman Wanita Mas?" Tanya Pak Karni penasaran. Karena selama ini dia belum pernah melihat Awan bersama seorang Wanita.
"Cowok Pak' Saya mau belajar mengaji sama dia. Soalnya buat persiapan." Kata Awan sambil tertawa kecil.
"Oh.... Saya pikir cewek Mas' Kata Pak Karni.
Sebenarnya dia masih ingin bertanya mengenai yang Awan katakan barusan tentang persiapan. Tapi dia merasa tidak pantas terlalu banyak bertanya.
"Berarti Mas Awan sudah mau pulang?" Tanya Istri Pak Karni yang tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka berdua.
"Iya Bu' Jawab Awan.
"Yah.... Vila nya jadi sunyi lagi." Kata Istrinya Pak Karni.
"Kan ada Bapak di sini." Kata Pak Karni yang melihat kekecewaan di mata Istrinya.
"Bedalah Pak' Jawab Istrinya sambil bercanda.
Awan hanya tersenyum melihat tingkah laku kedua pasangan Suami Istri tersebut.
***
Jam sudah menunjukan pukul 12 Siang, Awan segera keluar dari kamarnya untuk pamit kepada Pak Karni dan Istrinya.
"Saya permisi dulu ya Pak, Bu."
"Iya Mas Awan. Kalau bisa sering - sering datang kesini. Bila perlu seminggu sekali. Kata Pak Karni.
"Iya Pak' Sekalian saya ajak Afya kesini.
"Kalau begitu saya pamit dulu. Ketika Awan akan keluar Vila. Istri Pak Karni datang membawa sesuatu.
"Mas' Ini Ikan nya di bawa saja. Sudah saya masakin. Nanti kalau Mas Awan ketemu sama temannya, Ini di kasih saja." Kata Istri Pak Karni sambil menyerahkan makanan serta lauk yang sudah si susun rapi di dalam kotak plastik.
"Makasih banyak Bu' Saya permisi dulu."
"Iya Mas' Sama-sama.
***
Mobil yang di kemudikan Awan sudah berada dalam Pesantren. Dia melihat keberadaan Dawa, Namun Anak itu belum juga kelihatan batang hidungnya. Sedangkan pesan yang di kirim Awan belum di baca nya. Akhirnya Awan memberanikan diri untuk keluar dari Mobilnya.
Dia berjalan perlahan kedalam mencari sosok Dawa. Awan yang saat itu sedang berusaha mencari Dawa tiba-tiba terpana dengan sosok Wanita yang sedang berbicara dengan seorang Santriwati. Sosok Wanita yang di lihat nya itu adalah Rena Bidadari nya Awan.
"Mimpi apa aku semalam ya... " Kata Awan dalam Hati nya.
Dia ternyata baru sadar kalau Hari ini adalah Hari Minggu. Awan pikir Rena sedang berada di Kampus. Lagi asik nya dia memandang Rena dari jauh. Handphone nya berdering tanda ada pesan masuk. Awan pun membuka pesan itu.
"Kak' saya sudah di depan. Kakak sudah di mana?" Tanya Dawa.
"Kamu tunggu dulu di situ 10 Menit lagi Kakak datang." Balas Awan.
Awan pun melihat ada seorang Santriwati sedang berjalan di samping nya. Akhirnya timbul ide di Kepala nya dan memanggil Santriwati itu.
"Dek." Kata Awan memanggil.
Santriwati itu pun melihat kepada Awan yang memanggilnya. Dia pun berjalan menghampiri Awan.
"Kakak manggil saya?" Tanya Santriwati itu.
"Iya' Kakak boleh minta tolong?" Tanya Awan.
"Minta tolong apa Kak?"
"Kamu tunggu di sini sebentar ada yang mau Kakak ambil di Mobil."
Awan pun segera menuju Mobilnya dan membawa Kota plastik yang di berikan Istri Pak Karni.
"Tolong kamu kasih ini sama Kakak yang bercadar itu.. " Kata Awan sambil menunjuk ke arah Rena.
"Oh... Kak Rena."
Kata Santriwati itu dengan suara yang hampir di dengar oleh Rena. Andai saja tidak ada pondok di situ, Mungkin Rena bisa melihat keberadaannya.
"Shhhht...Pelan - pelan nanti Kak Rena bisa dengar."
Kata Awan berusaha menenangkan Santriwati itu agar suaranya di pelan kan. Santriwati itu tertawa kecil melihat tingkah Awan.
"Oke Kak' Tapi nanti kalau Kak Rena tanya siapa yang kasih, Saya bilang apa Kak."
Awan berpikir sejenak kemudian mengatakan.
"Bilang saja dari Sang Pahlawan." Kata Awan sambil tersenyum.
Santriwati itu pun pergi begitu juga dengan Awan yang buru - buru pergi agar tidak ketahuan. Dia segera menjemput Dawa di luar Pesantren.
Sedangkan Dawa heran karena Awan malah datang dari dalam Pesantren.
tapi kalau pemeran utama pria harus mengemis dan menderita baru dimaafkan
kalau sudah begini dimana keadilan yang harus ditegakkan
kok g pernah dgr,
boleh kasih penjelasan lbh akurat, atau vid ulama y membahas@?
gk rela kayaknya nya klo ud end😔😢
blm tau ke benaran yg pasti sikapnya begitu ke suami dr segi mn solehanya thor...sorry...
banyak kejutan" dari masing"tokoh tentang jati dirinya
pokok nya keren alur ceritanya