Baca Aku bukan/hanya bayangan biar faham alurnya...
.
.
Melarikan diri demi melupakan masa lalu, tersakiti dan terhianati, oleh kekasih dan sahabatnya sendiri..
"Aku benci penghianat, dan aku benci kalian..aku membencimu!"
Kanaya Prameswari Sadewo.
Kesalahannya adalah membuat semuanya abu-abu tanpa penjelasan, membiarkan cintanya pergi tanpa tau yang sebenarnya.
"Aku akan mendapatkanmu kembali..dan mengantikan bencimu kembali menjadi cinta dan ya, kita tak pernah putus maka kamu masih kekasihku!"
Bagaskara Nandowijaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelarian
"Kamu yakin?"
"Huum" disebrang sana Bima tersenyum.
"Oke.. jadi mulai sekarang kita pacaran.." Bima terkekeh "Pacaran coba coba"
"Iya, dan semoga berhasil"
'Itu yang aku harapkan' batin Bima.
"Kamu dimana sekarang?"
"Aku di mall lagi sama Kak Yasmin, Raja dan Runa"
"Perlu aku kesana"
"Ngapain?"
"Aku yakin ada sesuatu yang membuat kamu nangis tadi.."
"Kakak beneran cenayang ya?"
Dan Bima tertawa terbahak bahak.
.
.
Perasaan Kanaya lebih ringan sekarang, setidak nya dia harus siap untuk menghadapi situasi nya nanti jika dia harus bertatap muka dengan Bagas dan Anina.
"Maaf kak lama" Kanaya menghampiri Yasmin yang sedang melihat dari jauh Runa dan Raja yang bermain, lebih tepatnya Rona yang di asuh Raja, Raja terlihat sangat possessiv terhadap Runa yang sedang berlari kesana kemari, tentu saja Raja begitu menyayangi adiknya itu , meski bukan adik kandung tapi Raja begitu menjaga dan menyayangi Rona seperti adiknya sendiri.
"Iya kamu dari mana aja"
"Tadi ada telpon kak, makanya lama.. Ya udah aku ke Rona sama Raja dulu ya" Kanaya pun berlari menuju kedua keponakannya itu.
Setelah puas bermain mereka mampir kesebuah food court "Duduk aja kak biar aku yang pesan" Yasmin pun menurut dan duduk dikursi bersama Raja.
Kanaya mendudukan Rona di kursi, sedari tadi Kanaya lah yang menggendong Rona karna Yasmin sedang hamil muda jadilah ia tak boleh kelelahan.
Sebenarnya Azka tak mengijinkan Yasmin dan anak anak keluar rumah tanpanya, namun Yasmin sudah bosan menunggu waktu luang Azka yang selalu saja sibuk, jadi dia mengajak Kanaya untuk bermain menemani anak anaknya.
Kanaya memesan makanan di counter,saat akan membayar tiba tiba tangannya terhenti saat mendengar seseorang memanggilnya "Aya.."
Kanaya menoleh kearah Anina dan tersenyum tipis "Kamu disini..? sama siapa?" tanya Anina.
"Ini Mbak tolong di antar ke meja 20 ya" Kanaya memberikan uangnya pada penjaga counter.
"Kamu mau pesan silahkan" Kanaya menyingkir dari antrian dan mempersilahkan Anina tanpa menjawab pertanyaan Anina tadi, lalu pergi kearah dimana Yasmin dan kedua keponakannya berada.
Anina menatap punggung Kanaya, benar yang Kanaya katakan jika bertemu lagi anggap mereka tak saling mengenal, itu yang Kanaya lakukan sekarang, Anina merasa hatinya tersentil.
Saat menuju ke mejanya Kanaya bisa melihat Bagas yang sedang duduk memangku Queen yang sesekali berceloteh,tepat saat itu pandangan Bagas pun melihat kearahnya, namun Kanaya berusaha tetap mendatarkan rautnya dan melewati mereka begitu saja.
Bagas tercenung matanya masih tak berhenti melihat Kanaya yang berjalan melewatinya bahkan seperti mereka tak saling mengenal, tangan Bagas mengepal kuat 'Tenang Bagas dua minggu lagi putusan cerainya akan digelar' Meski Bagas tak yakin apa ia bisa bertahan selama itu dengan menahan rindunya pada Kanaya.
Dahulu ia bisa menahannya karena gadis itu berada jauh darinya meski melakukannya sekuat tenaga, tapi Bagas bisa bertahan, tapi sekarang Kanaya ada di depan nya, Bagas tak yakin bisa menahan diri untuk memeluk gadis itu sampai dua minggu kedepan.
.
.
Sementara itu Bima, sedang berada di kantor Azka, sebenarnya sejak tadi bahkan saat Kanaya menelponnya.
"Lo jangan main main sama adek gue!" peringat Azka.
"Gue gak main main Ka, gue tulus, ya meski gue tau mungkin kalo perasaan gua gak terbalas gue bakalan sakit sendiri
Azka menghela nafasnya "Lo beneran suka sama Aya?"
"Bahkan sejak dulu" Bima tertunduk.
"Andai gue punya keberanian udah dari dulu gue nembak Aya, sebenernya gue lebih takut sama abangnya sih" Bima terkekeh.
Azka menatap Bima dengan seksama lalu berkata "Lo tau Aya belum bisa move on sampai sekarang, meski dia terus menunjukan wajah yang ceria didepan kita, dia menyimpan kesedihannya sendiri"
Bima mengangguk "Itu yang jadi kesepakatan kita,gue iklas jadi pelarian Aya aja, andai kita gak berhasil gue harus siap lepasin dia"
"Lo yakin?" Bima mengangguk.
"Lo sama Aya sama sama orang yang gue sayang meski mungkin gue lebih condong ke Aya, tapi gue harap lo bisa nyembuhin sakit hatinya Aya" Azka menepuk bahu Bima "Dan lo mesti lebih banyak sabar kayaknya"
.
.
Kanaya akan pulang setelah mengantar Yasmin dan kedua keponakannya selamat sampai rumah "Eh abang udah pulang?"
"Hum, kamu mau pulang sekarang?" Azka menaruh tas kerjanya di atas sofa. "Mana istriku?"
"Kak Yas, lagi nidurin Runa, aku mau pulang bang udah sore"
"Boleh abang bicara sebentar"
"Soal apa?"
"Soal Bima" Kanaya mengeryit bingung.
"Gak gitu juga muka nya kali" Azka menoyor dahi Kanaya.
"Abang kok tau?"
"Gak ada yang abang gak tau soal kamu"
Kanaya berdecak "Abang harap kamu jangan sampai menyakiti siapa pun termasuk Bima, jangan hanya memberi harapan palsu sama orang"
"Aya berusaha bang" lirih Kanaya,ia tau ia egois dengan memanfaatkan Bima, tapi bukankah Bima juga belum tentu mencintai dia.
"Abang harap begitu, dan semoga berhasil"
"Aku kelihatan menyedihkan ya Bang,dengan menjadikan orang lain pelarian" Kanaya hanya berharap bisa melupakan Bagas dan menyingkirkan sakit hatinya.
"Gak juga, hanya kamu harus berusaha,dan jangan jadikan Bima sebagai pelarian aja,anggap dia sebagai teman yang akan selalu ada untuk kamu, biarkan semua mengalir seperti seharusnya tapi jika pada batasnya kamu menyerah jangan bikin orang lain sakit hati,,selesaikan baik baik, mengerti"
Kanaya memeluk Azka "Makasih bang"
"Perlu abang kasih pelajaran gak si Bagas itu?"
Kanaya menggeleng "Jangan bang, jangan lakukan apapun"
"Ck..tapi dia jahat banget sama adik abang ini"
Kanaya mengedik kan bahunya "Jangan lakukan sesuatu yang membuat citra abang jadi buruk, Aya masih bisa menangani ini"
"Oke.. oh iya abang udah suruh Bima kesini buat anter kamu pulang"
"Terus mobil ku?"
"Biar nanti diantar supir, lagian mulai sekarang kamu punya supir gratis" tentu saja Bima akan dengan senang hati mengantar jemput Kanaya.
"Mas udah pulang?" Yasmin baru saja menidurkan Runa namun mendengar suara Azka dan Kanaya yang sedang berbincang.
"Hei sayang Runa nya udah tidur" Azka mengecup dahi Yasmin.
"Sudah" Azka berjongkok dan mengelus perut Yasmin yang sedikit membuncit "Halo anak ayah, hari ini gak bikin Bunda lemes kan?" Azka mengecup perut Yasmin "Tadi mual gak?"
"Gak, kayaknya dia suka Bundanya jalan jalan" Yasmin terkekeh.
"Ehmm" Kanaya berdehem "Kayak nya kak Bima udah di depan, aku pulang ya bang, kak" setelah berpamitan Kanaya pun keluar rumah Azka,karna jika suami istri itu sudah berdua mereka selalu mengabaikan sekitarnya dari pada jadi kambing conge mending ia segera pergi
"Aya sama Bima?" Azka mengangguk.
"Kok bisa?"
"Nanti aku jelasin" Kini Yasmin yang mengangguk.
"Kamu mau mandi sekarang?" tanya Yasmin setelah Kanaya tak terlihat.
"Huum, mau di mandiin kamu" bisik Azka, tangannya dengan sigap menggendong Yasmin.
"Ya ampun mas, turunin gak! gimana kalau ada yang lihat" namun Azka tak hiraukan ia tetap membawa istrinya kearah kamar mereka.
_________________
Like..
komen..
vote..
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹