Demi menyelamatkan perusahaan sang papa yang hendak dikuasai oleh pamannya yang tamak, Menta terpaksa menyetujui perjodohannya dengan Raf seorang tuan muda pewaris tahta kerajaan bisnis yang sudah menjadi rekanan sang papa. Pernikahan yang dipaksakan tersebut sesungguhnya membuat Menta sangat tertekan, sikap dingin Raf ditambah kisah cinta pria itu dengan seorang model cantik pun membuat hubungan keduanya semakin seperti orang asing. Mungkinkah Menta dan Raf bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosi Lombe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mempertahankan Diri
"Menta tunggu" Raf langsung mengejar Menta yang sedang berjalan menuju parkiran mobil sambil menggandeng Ray.
"Kak, awwwww sakittttttt" tiba-tiba saja Raf meraih lengan sang istri dan menariknya agar menjauh dari Ray.
"Kau pulang denganku!" Raf tidak peduli dengan lengan Menta yang ia cengkram dengan keras.
"Ihhh apa sih, lepaskan!" gadis itu memberontak sekuat tenaganya, namun Raf tetap tidak menggubris dan tetap menarik ke arah mobilnya.
"Kak Raf lepaskan tangan Menta!" Runi yang melihat adegan tarik menarik itu langsung pasang badan.
"Ini bukan urusanmu Runi!" Raf menatap tajam ke arah Runi.
"Menta adalah sahabatku sejak bayi, kami sudah seperti saudara kandung, jadi apapun yang terjadi padanya itu menjadi urusanku, apalagi setelah Om Surya dan Tante Tata meninggal, Menta hanya punya aku dan keluargaku, kalau kakak berani menyakitinya, maka kau harus melangkahi mayatku!" Runi mendorong Raf dengan kasar.
"Runi aku mohon biarkan Menta pulang bersamaku!" Raf yang mendengar perkataan Runi mulai melunak.
"Loh bukannya kakak sedang jalan-jalan sama pacar kakak? kenapa tiba-tiba ingin pulang!?" sindiran telak keluar dari mulut Menta.
"Menta aku mohoh jangan memprovokasi keadaan!" Raf memasang wajah memelas.
"Memangnya kenapa? aku hanya berkata apa adanya kan? apa kakak takut kalau aku mengadu pada ayah dan bunda?" lagi-lagi perkataan Menta membuat Raf tersindir.
"Asal kakak tau ya, tanpa aku bilang pun ayah Mike sudah tau lebih dulu. Apa kakak lupa kalau ayah itu mengamati gerak-gerik kakak sepanjang waktu? jadi buat apa aku membuang energiku untuk sesuatu yang tidak penting seperti kakak!?" Menta memang menjadi sangat pandai mempertahankan dirinya sendiri setelah menikah dengan Raf.
"Menta aku,," Raf lupa kalau sang ayah adalah seseorang yang memiliki kekuasaan dan bisa melakukan apapun hanya dengan menjentikkan jarinya.
"Kenapa!?" tanya gadis itu lagi sambil berkacak pinggang.
"Ayo kita pulang" Raf kembali meraih tangan Menta, namun kali ini dengan lebih lembut.
"Aku bawa mobil sendiri!" menolak dengan alasan yang sangat masuk akal.
"Kalau begitu aku akan mengikutimu dari belakang" Raf berkata dengan sangat lembut.
"Terserah!" Menta tidak peduli.
"Maaf ya, kakak angkatku memang agak sedikit freak hehehehe" Menta berseloroh kepada Ray dan Nora di depan Raf langsung saat mereka berdua melongo menyaksikan pertengkaran 'kakak beradik' itu di depan matanya.
"Kalian hati-hati di jalan ya" Runi menetralisir keadaan sambil melambaikan tangannya.
Setelah insiden kecil itu pun akhirnya mereka masing-masing pulang ke rumahnya, tidak terkecuali Raf yang juga ikut pulang dan meninggalkan Paula begitu saja di cafe.
..........
"Bunda, Menta pulang" gadis itu menghampiri ibu mertuanya.
"Sayang, bagaimana tadi di mall?" Ananda menatap sang menantu.
"Seru bun, aku sudah dapat yang cocok" jawab Menta.
"Syukurlah, ya sudah kalau begitu kau sekarang mandi ya, lalu istirahat dulu, baru habis itu kita makan malam bersama" Ananda sama sekali tidak menghiraukan Raf yang berdiri di sebelah Menta. Sejak kejadian Menta hilang malam itu, Ananda dan Mike memang benar-benar membuktikan ucapan mereka untuk 'merelakan' Raf melakukan apapun yang disukainya dan tidak menganggapnya sebagai bagian dari keluarga lagi untuk memberikan efek jera.
"Iya bun, kalau begitu Menta ke kamar dulu ya" kemudian gadis itu berjalan ke kamarnya dengan masih diikuti oleh Raf.
"Ihhhh awas, ribet banget sih" Menta yang merasa risih karena Raf terus berjalan di belakangnya mendorong tubuh pria itu.
"Menta masalah Paula yang tadi aku bisa jelaskan" Raf berusaha mengklarifikasi.
"Ck, kak dengar ya, aku tidak peduli dengan apa pun yang kakak lakukan di luar sana bersama wanita manapun, jadi kakak tidak perlu repot-repot menjelaskannya kepadaku!" Menta bersiap mandi.
"Tapi,," Raf masih berusaha menjelaskan.
"Kalau masalahnya adalah kakak takut aku mengadu kepada ayah dan bunda, kakak jangan cemas, aku bukan orang yang seperti itu, toh kau dan aku bukan siapa-siapa, itu ranah privasimu yang tidak berhak aku campuri, sama halnya dengan ranah privasiku yang juga tidak bisa kakak campuri kan!?" Menta mengingatkan batasan hubungan mereka sebagaimana yang tertulis di kontrak pernikahan mereka.
"Permisi, aku mau mandi!" Menta melenggang masuk ke dalam kamar mandi dan mulai menyalakan kerannya.
"Hiks hiks hiks, kau harus kuat Menta, dia hanya orang asing, dia bukan suamimu yang sesungguhnya, fokuslah pada hidupmu sendiri, jadilah orang sukses yang tidak mudah diinjak-injak oleh orang lain!" gadis itu menguatkan dirinya sendiri. Cukup lama ia mandi dan menenangkan diri di dalam bathup hingga membuat yang di luar menunggu dengan gelisah.
