Warning terdapat beberapa part area 21+ Harap bijak.
*Sekuel dari cerita MENIKAHI IBU SUSU BABY ZAFA.
Velia Agatha Hartanto (23) Putri seorang konglomerat. Hidupnya sejak kecil bergelimang harta. Semua keinginannya selalu dituruti oleh orang tuanya. Ia begitu dimanja. Namun bukan berarti dia gadis yang sangat manja. Justru gadis itu ratunya pembuat onar.
Rian Al Fares (33) seorang duda beranak satu yang selalu tampil menawan. Diusianya yang sudah berkepala tiga tak membuat dia ingin melepas status duda yang di sandangnya. Sampai suatu hari ia bertemu dengan Velia si gadis aneh versi pengamatan Rian.
Akankah bisa tumbuh benih-benih cinta di hati keduanya. Simak terus kisahnya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22. Sadar
**********
Rada hareudang yang belum cukup umur scroll aja ..
Rian menunggu dengan cemas di depan IGD. Sedari tadi suster berlarian melewati Rian. Membuat hati Rian semakin cemas.
"Joe kenapa mereka lama sekali?" tanya Rian pada asistennya. Dahi Joe berkerut, bagaimana dia tahu kenapa dokter lama menangani Velia.
Namun saat pikiran Rian berkecamuk, seorang suster memanggil Rian.
"Tuan bisakah anda ikut saya, dokter Anggi ingin berbicara dengan anda." Kata seorang suster pada Rian. Rian dengan langkah panjang masuk kedalam ruang khusus tindakan.
"Ada apa Dokter?" tanya Rian. Matanya tak lepas menatap Velia yang terbaring diranjang.
"Begini tuan menurut hasil tes lab nona Velia, Ada kandungan GHB di darah nona Velia. Saya sedikit terkejut karena obat jenis ini ilegal di negara kita.
"GHB ..?" beo Rian, tangannya terkepal.
"Ya GHB (Gamma - hidroksibutirat) atau jika anda pernah tinggal di luar negri mereka lebih sering menyebutnya Chems*x. Obat psikoaktif yang mengandung afrodisiak.
"Sebentar lagi kami akan memindahkan Nona Velia keruang perawatan. Dan kami akan mengobservasi dulu. Spektrum efek neurologis dari GHB bisa menimbulkan efek ringan hingga berat. Dan yang paling fatal pernapasan berhenti dan menyebabkan kematian." Terang dokter.
Rian hanya diam menatap Velia. Ia tak bisa membayangkan istrinya hampir diambang Kematian. Seharusnya ia bunuh saja tadi David.
Setelah Velia dibawa ke ruang VVIP dokter dan suster meninggalkan ruangan Velia. Hanya tinggal Joe dan Rian.
"Suruh Evan mengawasi ba*jing*n itu, Mungkin saja b*jing*n itu seorang pengedar. Dia menggunakan Chems*x untuk memperalat istriku." Kata Rian tanpa menatap Joe. Joe sedikit kaget mengetahui fakta ini. Dia langsung mengiyakan perintah tuannya.
"Baik tuan. Jawab Joe --- apa ada lagi yang anda perlukan tuan?"
"Tidak Joe, terimakasih dan maaf mengganggu waktu liburmu." Ujar Rian.
"Tidak perlu sungkan tuan."
.
.
.
Setelah Joe pergi Rian menghubungi ayah mertuanya. Rian tak peduli jam berapa sekarang. Yang jelas dirinya ingin memberi peringatan pada David lewat mertuanya.
Ia tak ingin nantinya semua berujung kesalah pahaman diantara keduanya. Saat ini sudah panggilan ketiga namun belum juga diangkat oleh sang mertua. Rian menatap jam di ponselnya ternyata sudah pukul 2 malam. Pantas saja jika orang tua Velia sedang terlelap. Tapi ternyata dugaannya salah.
Daniel masih memacu tubuh Bianca saat ponselnya terus bergetar diatas nakas.
"Angh-kat duh-lu pah .." Ujar Bianca terengah-engah.
"Nan-tih sayang, tanggung" Ujar Daniel disela desahannya. Dia bergerak semakin cepat dan keduanya" Kata menegang bersama. Setelah itu Daniel meraih ponselnya dan alisnya bertaut. Kenapa menantunya menghubungi dirinya malam-malam begini?
"Ini dari Rian .."
"Ya sudah papa telepon balik saja." Ujar Bianca mulai menguap.
"Besok saja mah, sekarang sudah terlalu malam." jawab Daniel
.
.
.
Kelopak mata Velia terbuka perlahan, Rian langsung membelai wajah Velia.
"Kau sudah sadar? apa yang kau rasakan? Suara Rian terdengar parau karena menahan amarahnya.
Velia menatap sayu wajah Rian. Mungkin sisa obat yang David berikan masih tersisa. Velia membelai wajah Rian mengalungkan tangannya ke leher Rian dan menariknya hingga wajah keduanya tak berjarak. Velia me*luma*t habis bibir Rian.
"Touch me ..!" bisik Velia.
Tubuh Rian meremang, mendengar suara Veli yang begitu halus dan menggetarkan.
Rian menarik tirai yang mengelilingi ranjang Veli, ia tadi sudah mengunci pintunya. Rian langsung naik ke atas ranjang Veli.
"Apa kau yakin ingin melakukannya disini?" tanya Rian, mata Velia memancarkan hasrat yang tertahan. Rian semakin terbuai dengan tatapan Velia. Jemari Rian membelai wajah Velia, turun menyusuri leher jenjangnya. Rian membuka satu persatu kancing baju rumah sakit yang Velia kenakan. Bahkan Rian telah melepas bajunya. Perut sixpack Rian terpampang jelas dihadapan Velia semakin memantik hasratnya yang sudah berkobar.
Tangannya membelai dua squishy kegemarannya, Rian me*rem*snya dengan lembut. ******* Velia mulai terdengar lirih menggelitik telinga Rian. Tangan kiri pria itu menyusup masuk dibalik celana Velia. Dimana inti tubuh gadis itu telah basah. Rian menurunkan kain pembungkus terakhir bagian bawah Velia. Rian sudah bertumpu pada kedua lututnya. Rian membuka kaki Velia lebar, dan mulai menuntun pusakanya menembus inti tubuh Veli. Veli mendesah saat benda panjang itu menerobos masuk ke inti tubuhnya. Rian me*lu*mat bibir Veli dengan rakus.
Keduanya bergerak perlahan dan seirama. Menikmati penyatuan malam itu. Rian terus memacu tubuh Velia, hingga badan Velia terhentak-hentak. Setelah beberapa saat mereka menegang bersama. Velia kembali terpejam. Seakan melakukan semuanya tanpa sadar. Rian segera turun membersihkannya dirinya dikamar mandi. Tangannya terkepal dan memukul tembok berkali-kali. Ia meluapkan amarahnya disana.
Bagaimana jika tadi dirinya tak segera menemukan Velia? sudah pasti ba*ing*n itu saat ini sedang menikmati' tubuh istrinya.
Rian mendesah berulang kali. Ia mengambil handuk kecil dan air hangat di baskom. Ia menghampiri Velia yang benar-benar kembali terlelap setelah mendapat pelepasan. Dengan lembut Rian membersihkan tubuh Velia. Lalu ia memakaikan baju dan celana Velia. Setelah itu ia ikut merebahkan badannya di samping Velia.
Rasa kantuk tiba-tiba menyergap Rian, ia pun langsung tertidur sembari memeluk tubuh Velia.
.
.
.
"Ina kenapa Ina menangis?" tanya Dian. Masuk ke kamar anak-anaknya.
"Ina mau papi .." kata Zafrina terisak.
"Nanti pagi, mama akan menghubungi papi Ina. Tapi sekarang Ina tidur ya ..!"Bujuk Dian.
"Mama, Ina kangen papi." Gadis kecil itu masih terisak. Ia tadinya sudah tertidur lalu mimpi buruk tentang papinya.
"Iya sayang,. sekarang Ina bobo dulu sama mama ya." Kata Dian memeluk tubuh putri pertamanya. Anak yang mengajarkan Dian arti pendewasaan. Anak yang menjadikan Dian menjadi wanita yang lebih mandiri dan berani.
Dian menepuk-nepuk pantat putrinya Zafrina hingga gadis itu kembali terlelap. Dian tadinya hanya menengok kamar anak-anaknya untuk memastikan jika mereka tidur dengan nyaman. Tapi dia malah mendapati Zafrina menangisi Papinya.
⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅
sedikit revisi penambahan kata.
Jangan lupa like komen dan Hadiah kalian othor tungguin.