Pernikahan seharusnya menjadi momen yang paling membahagiakan dan ditunggu oleh pasangan yang saling mencintai. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Noami dan Gilang.
Pasalnya, pernikahan mereka terjadi secara mendadak dan tak mengenakkan akibat kesalahpahaman warga yang mendapati mereka berada di dalam rumah kontrakan Naomi dalam kondisi yang cukup intim.
Warga yang mengira kalau Naomi dan Gilang sudah melakukan tindakan tercela yang mencoreng nama baik desa mereka, memaksa mereka menikah saat itu juga. Tidak punya pilihan, Gilang dan Naomi terpaksa menuruti keinginan warga demi menyelamatkan naman baik mereka sebagai pendatang di sana.
“Meski kita sudah menikah, tapi kamu tidak boleh menuntut hak apapun kepadaku!” Kata Gilang setelah tak lama mereka menjadi pasangan suami istri.
Begitu banyak kesepakatan menyakitkan yang dibuat oleh Gilang ditambah sikap Gilang yang sering mengacuhkannya setelah mereka menikah, membuat Naomi merasa pernikahan yang dijalaninya hanya membuatnya terluka.
Apakah Naomi mampu bertahan dengan pernikahan yang hanya membuat luka untuk dirinya meski sebenarnya tanpa diketahui oleh Gilang jika Naomi sudah mencintai Gilang sejak lama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PML 1 - Pertemuan Tak Terduga
“Berapa lama lagi aku harus mengabdi di sini?” Naomi menatap sebuah bangunan puskesmas bercat putih di depannya dengan nanar. Sudah hampir empat bulan dia bertugas di sana dalam rangka penugasan khusus dokter tenaga kesehatan. Selama hampir tiga bulan itu pula Naomi melewatinya dengan perasaan tidak tenang.
Bukannya tidak senang bekerja di sana hingga tidak sabar untuk segera kembali bertugas di rumah sakit yang berada di ibu kota seperti dulu. Namun, suasana di daerah tersebut yang kurang cukup nyaman untuk dirinya, membuat Naomi ingin segera kembali ke kota secepatnya.
“Mama, Naomi rasanya mau pulang saja. Ayo jemput Naomi, Ma. Jemput Naomi….” Gumam Naomi setelah berada di dalam ruangan kerjanya.
Baru saja duduk di atas kursi kerjanya, Naomi menjatuhkan wajah di atas kedua tangan yang terlipat di atas meja sembari mengeluh atas kejadian tak mengenakkan yang menimpa dirinya beberapa waktu belakangan ini terutama kejadian tadi malam dimana ia mendapatkan perlakuan kurang mengenakkan dari beberapa pemuda desa yang mencoba menarik perhatiannya.
“Kenapa mereka bersikap begitu mengerikan. Aku jadi takut berlama-lama di sini!” Lirih Naomi mengingat kejadian tadi malam saat dia digoda habis-habisan oleh banyak pemuda saat baru saja pulang dari rumah warga untuk mengecek kesehatan salah satu warga yang terkena DBD.
“Dokter Naomi!” Kedatangan seorang wanita muda masuk ke dalam ruangan kerjanya membuat perhatian Naomi langsung tertuju padanya.
“Yuni, ada apa?” Tanya Naomi. Dia berusaha memperlihatkan wajah semanis mungkin pada Yuni. Naomi tidak ingin orang lain melihat kegundahan yang tengah dirasakannya.
“Di depan ada pak lurah yang ingin bertemu dengan Dokter Naomi!” Beri tahu Yuni.
Dahi Naomi mengkerut. Untuk apa lagi pak lurah menemuinya. Bukannya semalam mereka sudah berbincang cukup banyak mengenai program kerjanya di puskesmas? Tak lama berpikir, Naomi segera bangkit dari posisi duduk. Melangkah keluar dari dalam ruangan kerjanya dengan langkah tergesa-gesa.
“Pak Ramzi…” sapa Naomi menyebut nama lurah di desa tersebut.
Pak Ramzi yang disebut namanya menoleh. Pun dengan seorang pria yang kini berdiri di samping Pak Ramzi dengan posisi membelakangi tubuh Naomi.
Deg
Jantung Naomi seakan berhenti berdetak dan kedua bola matanya membulat sempurna saat melihat sosok pria yang berdiri di sebelah Pak Ramzi. Sama seperti Naomi, pria itu juga nampak terkejut saat melihat wajah Naomi.
“Gilang, sedang apa dia di sini?” Lirih Naomi dalam hati.
“Dokter Naomi, saya ingin memperkenalkan Dokter dengan Pak Gilang sebagai pendiri klinik permata yang sedang dibangun saat ini.” Kata Pak Ramzi sembari tersenyum.
Pandangan Naomi kembali beralih pada Gilang setelah menatap wajah Pak Ramzi yang barusan berbicara kepadanya. Kemudian, dia mengulurkan tangan pada Gilang yang kini menatap wajahnya dengan tatapan dingin.
“Perkenalkan, saya Dokter Naomi yang bekerja di puskesmas ini.” Kata Naomi seolah baru mengenal sosok Gilang.
Gilang menerima uluran tangan Naomi tanpa melenyapkan tatapan dingin di wajahnya. “Gilang.” Balasnya Gilang seadanya. Sama seperti Naomi, Gilang juga bersikap seolah tidak mengenali Naomi. Padahal sejak kecil, mereka sudah saling mengenal satu sama lain.
Jabatan tangan Naomi dan Gilang seketika terlepas. Dapat Naomi rasakan telapak tangannya kini terasa dingin setelah berjabat tangan dengan Gilang.
“Ternyata Gilang adalah pendiri klinik permata. Tapi bagaimana bisa?” Pertanyaan itu terbesit di benak Naomi. Pasalnya, dia tahu betul siapa Gilang dan bagaimana kekuasaan keluarganya di ibu kota. Naomi sedikit heran kenapa Gilang bisa membuat klinik di desa terpencil di daerah tempat ia mengabdi saat ini. Karena biasanya, keluarga Gilang lebih fokus membangun anak-anak perusahaan mereka saja.
“Jadi Dokter Naomi, Pak Gilang mau berkenalan dengan Dokter Naomi. Karena rencananya Pak Gilang mau menarik Dokter Naomi untuk bekerja di klinik Permata setelah tugas Dokter Naomi di puskesmas selesai.” Kata Pak Ramzi menyebutkan tujuannya bertemu dengan Naomi saat ini.
Naomi tak langsung memberikan tanggapan. Dia diam dengan kedua kelopak mata yang nampak berkedip-kedip.
“Bagaimana ini?” Lirih Naomi dalam hati. Rasanya dia sangat enggan untuk berbicara banyak dengan Gilang. Apa lagi sudah hampir lima tahun belakangan ini dia berusaha menjauhi sosok Gilang.
Tak mendapatkan respon dari Naomi, Pak Ramzi kembali berkata. “Bagaimana Dokter Naomi? Apa Pak Gilang bisa berbicara dengan anda sebentar?”
Naomi langsung mengangguk. Bukan karena ia menginginkannya. Namun, karena ia tak enak hati pada Pak Ramzi bila menolaknya.
“Kalau begitu kita bicara di dalam saja, Pak. Kebetulan saya belum ada pasien pagi ini.” Ajak Naomi.
Pak Ramzi mengangguk. Sementara Gilang hanya diam dan mengikuti langkah Pak Ramzi setelah dipersilahkan masuk oleh Naomi ke dalam ruangan kerjanya.
Di dalam ruangan Naomi, Pak Ramzi sebagai perantara Gilang dan Naomi untuk bertemu mempersilahkan Gilang untuk berbicara dengan Naomi secara langsung tentang keuntungan yang akan Naomi dapatkan jika bekerja di kliniknya kelak. Naomi mendengarkannya dan sesekali mengangguk paham dengan penjelasan Gilang.
“Jadi bagaimana Dokter Naomi. Apa anda tertarik?” Tanya Pak Ramzi.
“Maaf, Pak. Saya belum bisa menerima tawaran tersebut. Karena setelah masa pengabdian saya di desa ini selesai, saya akan kembali ke kota dan bekerja kembali di rumah sakit yang ada di sana.” Balas Naomi. Meski gaji yang ditawarkan oleh Gilang lebih besar dari gaji yang ia dapatkan di kota, tak membuat Naomi tertarik sama sekali. Apa lagi dia tahu jika pemimpin di klinik tersebut nantinya adalah Gilang sendiri.
Pak Ramzi menatap wajah Gilang dengan tatapan tak enak hati. Karena dokter yang direkomendasikan olehnya untuk bekerja di klinik milik Gilang tidak menerima tawaran yang Gilang berikan.
“Tidak masalah. Saya bisa mencari dokter lain yang lebih berkompeten dan bersedia bekerja di klinik saya nantinya.” Kata Gilang sebelum Pak Ramzi bersuara.
Pak Ramzi lega mendengarnya. Sementara Naomi, dibuat sedikit kesal melihat respon yang ditunjukkan Gilang barusan pada dirinya. Tak berlama-lama berada di dalam ruangan kerja Naomi, Gilang dan Pak Ramzi segera berpamitan untuk pergi. Naomi pun mengantarkan kepergian mereka sampai di depan pintu masuk puskesmas.
“Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi dengan kondisi tak terduga seperti ini?” Lirih Naomi sembari menatap nanar kepergian Gilang yang semakin menjauh dari pandangannya.
Setelah kembali masuk ke dalam ruangan kerjanya, Naomi memegang letak jantungnya berada. Dapat ia rasakan kalau jantungnya kini masih berdetak begitu kencang seperti saat ia melihat wajah Gilang tadi.
“Jantungku… kenapa rasanya masih tetap sama seperti terakhir kali aku melihatnya. Bukannya saat ini perasaanku padanya sudah hilang sepenuhnya?” Lirih Naomi dengan kedua kelopak mata yang mulai terpejam dan hembusan napas yang terasa kian memberat.
***
Selamat datang di karya baru SHy. Untuk kali ini insya Allah novel ini akan setia berada di sini sampai tamat. Sebagai bentuk dukungan, yuk jangan lupa tinggalkan komen dulu sebelum lanjut ke bab selanjutnya🤗
Gilang marah tidak ya Naomi pulang ke rumah mamanya untuk menemui kak Nadira tidak mengajaknya