NovelToon NovelToon
Cinta VS Gengsi

Cinta VS Gengsi

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: my pinkys

Alana Adhisty dan Darel Arya adalah dua siswa terpintar di SMA Angkasa yang selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik. Alana, gadis ambisius yang tak pernah kalah, merasa dunianya jungkir balik ketika Darel akhirnya merebut posisi peringkat satu darinya. Persaingan mereka semakin memanas ketika keduanya dipaksa bekerja sama dalam sebuah proyek sekolah.

Di balik gengsi dan sikap saling menantang, Alana mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam hubungannya dengan Darel. Apakah ini masih tentang persaingan, atau ada perasaan lain yang diam-diam tumbuh di antara mereka?

Saat gengsi bertarung dengan cinta, siapa yang akan menang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my pinkys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Selena yang terungkap

Hari-hari berikutnya, Selena masih belum menyerah dan tetap berusaha mendekati Darel,ia tetap mencoba mendekati Darel dengan berbagai cara. Bahkan, ia mulai menggunakan strategi yang lebih berani akhir-akhir ini.

Siang itu, setelah jam pelajaran selesai, Alana dan Shasa berjalan menuju kantin untuk bertemu Darel,Kavin dan yang lainnya. Namun, sebelum mereka sampai, Alana melihat sesuatu yang membuatnya berhenti di tempat.

Di dekat lorong sepi, Selena berdiri di hadapan Darel. Gadis itu berdiri sangat dekat dan seolah tidak peduli bahwa orang lain bisa saja melihat mereka.

“Darel, aku tahu kamu dingin, tapi… aku benar-benar menyukaimu,” kata Selena dengan suara lembut.

Darel menatapnya tanpa ekspresi. “Itu bukan urusanku.”

Selena menggigit bibirnya. “Aku bisa lebih baik dari Alana. Aku bisa melakukan apa pun untukmu jika kamu mau.”

"Gue nggak peduli" sarkas Darel.

Shasa yang berdiri di samping Alana langsung mendesis marah dan bergidik geli mendengar ucapan-ucapan Selena pada Darel seperti seorang perayu. “Gila! Sumpah sih Lana, dia benar-benar nggak tahu malu!”

Namun, sebelum Shasa bisa melakukan sesuatu, Alana lebih dulu melangkah maju.

“Selena,” panggil Alana dengan nada lembut tetapi penuh tekanan.

Selena menoleh dan pura-pura terkejut. “Oh, Alana… aku nggak bermaksud—”

“Kamu nggak perlu pura-pura,” potong Alana dengan senyum tipis. “Aku udah cukup sabar loh sampai saat ini, tapi kayaknya kamu nggak bisa memahami batasan, ya?”

Selena tertawa kecil. “Aku hanya mengungkapkan perasaanku saja. Itu bukan sesuatu yang salah, kan?”

Alana mendekat dan menatapnya tajam. “Mengungkapkan perasaan itu hak setiap orang, tapi lo lakuin ini tanpa menghormati perasaan gue dan hubungan gue sama Darel. Itu namanya nggak tahu diri.”

Selena terdiam sejenak sebelum kembali tersenyum sinis. “Aku cuma berpikir Darel pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik.”

Darel akhirnya bersuara, nadanya datar tetapi penuh ketegasan. “Dan orang itu bukan kamu.”

Selena terlihat sedikit terkejut, tetapi ia segera menyembunyikan ekspresi itu dengan tawa palsunya. “Baiklah, kalau begitu.”

Tanpa menunggu lebih lama, Alana menggandeng tangan Darel dan menariknya pergi. Shasa dan Kavin mengikuti mereka dengan ekspresi puas.

“Wah, tadi itu keren banget, Na!” seru Shasa sambil terkekeh.

Alana hanya tersenyum tipis. “Aku cumaudah muak dan lelah dengan orang seperti dia.”

XSebenarnya pengin aku tonjok tuh muka"geram Alana.

Namun, meskipun mereka merasa telah menang dalam konfrontasi itu, satu hal yang mereka tidak sadari—Selena belum menyerah.

Gadis itu berdiri di tempatnya, menatap punggung Alana dengan tatapan penuh kebencian.

“Aku nggak akan biarin kamu menang semudah itu, Alana…kita lihat saja nanti Alana” bisiknya pelan, sebelum berbalik dan pergi dengan rencana baru di kepalanya.

___

Keesokan harinya, suasana sekolah tampak seperti biasa. Namun, Alana tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang sedang disiapkan untuknya.

Saat jam istirahat kedua, ia berjalan menuju perpustakaan untuk mencari buku novel untuk mengisi waktu luangnya di apartemen Darel yang super membosankan karna ia tak boleh keluar apartemen milik Darel. Namun, baru saja melewati lorong sepi, tiba-tiba seseorang menabraknya dari belakang dengan cukup keras hingga ia hampir terjatuh.

“Woi!” seru Alana, menoleh ke belakang.

Sebuah suara tawa terdengar. Laki-laki yang tadi menabraknya berdiri dengan senyum penuh kemenangan. “Maaf, nggak sengaja,” katanya dengan nada mengejek.

Alana mengernyit. Ia tidak mengenali anak ini. Tapi sebelum sempat bertanya lebih lanjut, laki-laki itu tiba-tiba menjatuhkan sebuah amplop di depan kakinya lalu berlari pergi.

Alana menatap amplop itu dengan bingung. Rasa penasaran membuatnya berjongkok dan mengambilnya. Namun, saat itulah Selena tiba-tiba muncul dari ujung lorong, bersama beberapa siswa lain dan—yang lebih mengejutkan—seorang guru.

“Alana? Apa yang sedang kamu lakukan?” suara guru itu terdengar tajam.

Alana mengerjap bingung. “Saya… saya baru saja menemukan amplop ini,” jawabnya jujur.

Selena tersenyum licik. “Benarkah? Coba lihat isinya.”

Dengan penuh kebingungan, Alana membuka amplop itu. Matanya membesar saat melihat isinya—sejumlah uang tunai dalam jumlah besar.

Beberapa siswa mulai berbisik-bisik.

“Uang itu untuk apa?” tanya guru itu dengan curiga.

“Saya nggak tahu bu! Ini bukan milik saya!” kata Alana cepat.

“Tapi saya melihat dengan mata kepala sendiri kalau Alana yang mengambilnya bu,” sela Selena dengan nada prihatin. “Mungkin dia hanya bercanda…”

Alana menatap Selena dengan tajam. Ia baru sadar ini semua jebakan!

Guru itu tampak ragu, tetapi sebelum ia bisa berbicara lebih lanjut, suara berat yang sangat dikenal Alana terdengar di belakang mereka.

“Alana tidak mencuri.”

Semua orang menoleh. Darel berdiri di sana, tatapannya dingin dan tajam.

Selena menggigit bibirnya. “Darel, aku nggak bilang dia mencuri, tapi—”

“Lo bisa diam.”

Suara Darel sangat dingin hingga membuat Selena membeku.

Darel lalu menatap guru itu. “Saya yakin ada CCTV di lorong ini. Kita bisa periksa siapa yang benar-benar menjatuhkan amplop itu.”

Guru itu tampak berpikir sejenak sebelum mengangguk. “Baik, kita ke ruang pengawas.”

Selena mulai panik, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa.

Alana menatap Darel dengan rasa lega dan terima kasih. Darel, seperti biasa, selalu datang di saat yang tepat.

Darel sang penyelamatnya.

Selena menelan ludahnya dengan gugup. Ia tidak menyangka Darel akan muncul dan menawarkan untuk melihat CCTV.

Sial! Bukan ini rencananya, kenapa Darel muncul.

Kalau sampai rekaman CCTV diperiksa, rencananya akan berantakan!

Namun, sebelum ia bisa mencari cara untuk menghindar, guru itu sudah lebih dulu bicara, “Baik, kita lihat rekaman CCTV di ruang pengawas sekarang.”

Alana melirik Selena dan melihat ekspresi gadis itu yang mulai tegang.

Ketakutan, huh? Bagus.

Darel meraih tangan Alana dan menggenggamnya erat, seolah ingin memastikan bahwa gadisnya tidak akan terseret dalam fitnah keji ini. Shasa dan Kavin juga berjalan di belakang mereka, siap untuk melihat bagaimana Selena akan terkena batunya.

Begitu mereka sampai di ruang pengawas, guru tersebut langsung meminta rekaman CCTV dari lorong tempat kejadian. Seorang petugas mulai memutar ulang rekaman, dan mereka semua menatap layar dengan penuh perhatian.

Tidak butuh waktu lama sebelum mereka melihat semuanya dengan jelas.

Di rekaman, terlihat jelas seorang laki-laki—yang pasti adalah kaki tangan Selena—dengan sengaja menabrak Alana dan menjatuhkan amplop berisi uang tepat di kakinya sebelum berlari pergi.

Lalu, hanya beberapa detik kemudian, Selena muncul bersama beberapa siswa dan guru, berpura-pura ‘menemukan’ Alana dalam posisi yang mencurigakan.

Guru itu menghela napas panjang dan menatap Selena dengan ekspresi kecewa.

“Selena, kamu bisa menjelaskan semua ini?” tanyanya dengan nada tajam.

Selena terlihat panik, tetapi tetap mencoba tersenyum. “Bu, saya… saya nggak tahu kalau ada yang menjebak Alana. Saya benar-benar hanya kebetulan melihatnya—”

“Omong kosong,” potong Alana dingin. “Dari awal, lo memang udah niat njebak gue, kan? Ngaku aja deh lo.”

Juno menambahkan, “Lo emang keterlaluan,Apalagi lo murid baru di sini.”

Rio menyilangkan tangan di dada. “Ternyata benar dugaan gue. Lo emang sengaja buat jatuhin Alana.”

Wajah Selena semakin panik dengar ucapan-ucapan menohok dirinya. “Aku nggak ada niat buruk! Itu cuma kesalahpahaman…”

Darel mendengus dingin. “Kesalahpahaman, ya? Kalau begitu, kita lihat apa kepala sekolah juga menganggap ini hanya kesalahpahaman.”

Selena semakin panik. “Nggak! Jangan laporin!”

Selena terdiam, matanya melirik ke kanan dan kiri, mencari celah untuk membela diri.

Tapi sayangnya, tidak ada jalan keluar baginya kali ini.

Guru itu menatapnya dengan tegas. “Saya akan melaporkan ini ke kepala sekolah. Perbuatan seperti ini tidak bisa dibiarkan.”

Mendengar itu, Selena langsung pucat pasi. “Bu, tolong, saya hanya—”

“Cukup. Ikut saya sekarang,” ujar guru itu tegas, sebelum berbalik dan berjalan keluar ruangan.

Selena tidak punya pilihan selain mengikuti dengan langkah berat.

Sementara itu, Alana menatap kepergian Selena dengan perasaan lega. Akhirnya, rencana licik gadis itu terbongkar.

Shasa terkekeh sambil menyilangkan tangan. “Nah, kan? Gue udah bilang, kalau lo punya niatan jahat, pasti bakal kena batunya.”

Kavin mengangguk setuju. “Makanya, jangan cari masalah sama Alana.”

Alana menoleh ke Darel dan tersenyum tipis. “Makasih udah percaya sama aku.”

Darel hanya menatapnya dengan lembut, lalu meraih tangan Alana dan mengecup punggung tangannya di depan semua orang.

“Aku selalu percaya sama kamu.”

Alana merasa pipinya memanas, tetapi di dalam hatinya, ia sangat bersyukur.

Selena mungkin belum sepenuhnya menyerah, tetapi setidaknya kali ini, Alana yang menang.

Dan ia akan terus menang.

___

Keesokan harinya, ada pengumuman menggemparkan dari sekolah mengejutkan banyak siswa.

Selena dinyatakan bersalah dan diberikan hukuman skorsing selama satu bulan. Jika ia mengulangi perbuatannya, ia akan langsung dikeluarkan dari sekolah.

Di kantin, Alana duduk bersama Darel, Shasa, Kavin, Rio, Juno, dan Andra.Mereka terlihat sangat senang sepertinya mendengar berita yang tengah menggemparkan seisi sekolah.

"Akhirnya kena batunya juga tuh mak Lampir ke dua,” kata Shasa sambil mengaduk minumannya.

“Dia pikir dia bisa menjebak Alana gitu saja,” timpal Andra.

Alana menghela napas. “Gue masih nggak habis pikir kenapa dia lakuin ini. Gue bahkan nggak pernah punya masalah sama Selena sebelumnya.”

"Kecuali Larissa, tapi kan Larissa juga udah keluar dari sekolah"ucap Alana, yang Alaana tak tau kalau Larissa di keluarkan dari sekolah karna siapa.

Kavin menatapnya. “Mungkin karena Selena iri. Banyak orang yang suka sama kamu, terutama Darel.”

Darel yang sejak tadi diam, akhirnya bicara. “Dia hanya buang-buang waktu.”

Alana tersenyum kecil. “Terima kasih, Darel. Kalau kamu nggak datang kemarin, aku pasti sudah terjebak dalam fitnah kejam nya mak Lampir 2 itu.”

Darel menatapnya dengan lembut. “Aku akan selalu ada buat kamu.”

Semua orang di meja mendadak menggoda mereka, membuat Alana tersipu malu.

Meski Selena masih ada di sekolah, semua orang tahu bahwa posisinya sekarang tidak sekuat dulu. Alana tidak perlu takut lagi, karena ia tahu bahwa Darel dan teman-temannya selalu ada di sisinya.

1
Supriatun Khoirunnisa
Luar biasa
Jhylara_Anfi
semangat up ny kk😊 kalu berkenan boleh mampir juga di cerita aku😁🙏
Jhylara_Anfi
butterfly era nya mulai berasa😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!