Pawang Mafia Impoten

"Abaaang."

"Ya Ampun Bri, kamu ini beneran deh. Tau nggak, Abang nyampe nyari ke seluruh bandara. Abang juga nanya ke bagian kedatangan, tapi katanya pesawat kamu udah landing dari tadi. Mana hape kamu nggak bisa dihubungin lagi."

Kenneth sungguh merasa khawatir, bahkan wajahnya begitu frustasi saat ini. Dan ketika dia melihat adiknya, semua perasaan itu hilang. Dia nampak sangat lega.

"Maaf ya Bang, ternyata aku ada temen di sini. Tadi ketemu di Bandara, dia langsung nawarin aku ke rumahnya. Ya aku sih nggak nolak, lagian kan Abang di sini juga tinggal di asrama kerja, nggak mungkin aku ganggu Abang kan?"

Kenneth mengerutkan alisnya. Muncul pertanyaan di kepala pria itu, sejak kapan Brisia memiliki teman di negara ini?

"Teman apa?"

"Teman pas pasca sarjana dulu. Dia ngambil farmasi. Kita dulu sering ketemu and ngobrol lah. Intinya gitu."

Lancar sekali Brisia berbohong, tapi itu memang cara teraman agar sang kakak percaya. Kalau tidak begitu, maka dia mungkin akan terus diinterogasi oleh Kenneth.

"Ya sudah kalau gitu. Ayo kita makan dulu, ini udah sore. Ah iya, kamu udah ngabari Mommy sama Daddy belum?"

Plak!

Brisia menepuk keningnya sendiri. Dia jelas lupa akan hal itu. Dengan cepat, dirinya kemudian menghubungi Fetisia dan mengatakan bahwa dia sudah sampai dengan nyaman. Untuk memastikan itu, Brisia memberikan ponselnya kepada Kenneth.

"Nah sekarang kita langsung makan aja. Ayok."

"Siip."

Sesuai apa yang sudah disepakati oleh Brisia dan Archie tadi, bahwa dia hanya akan bersama Kenneth hingga hari ini. Besok dia akan kembali ke mansion Welles untuk memulai melakukan 'pekerjaannya'. Pekerjaan dadakan yang tidak pernah ia kira sebelumnya.

"Bang, Abang pernah buat tentang formula buat nyembuhin disfungsi ereksi belum sih?"

Uhuk uhuk

Kenneth seketika tersedak makanan yang baru saja masuk ke mulutnya. Dia tidak menyangka bahwa Brisia akan bertanya tentang hal tersebut.

Kasus ini belum pernah Kenneth temui, namun jika itu sang ayah mungkin pernah.

"Kenapa tiba-tiba nanya itu sih?Kan Abang jadi kaget?"

"Temenku lagi curhat, dia punya tunangan dan bentar lagi mau nikah. Nah tunangannya ini nggak bisa begini."

Brisia membuat isyarat dari jari telunjuknya, menjelaskan bahwa milik orang itu tidak bisa berdiri.

Seketika Brisia ingat, kakaknya adalah seorang lak-laki. Pasti dia memiliki pemahaman tentang rangsangan terhadap alat reproduksi pria.

"Bang, gini. Kalau 'itu' punya cowok di kasih rangsangan berupa sentuhan oleh cewek, seharusnya apa yang terjadi? Pasti bakalan tegang kan ya?"

"Normalnya sih iya. Bahkan kadang dengan ciuman yang dalam pun milik pria udah bisa bangun. Aah iya, pagi hari. Pagi hari kalau cowok normal, pasti juniornya bangun. Kalau semua itu nggak, ya fix dia impoten."

cetak

Brisia menjentikkan jadinya. Berarti dia benar dan 99% Archie memang mengalami disfungsi ereksi.

Seharusnya junior Archie bereaksi ketika Brisia menyentuhnya. Namun tunggu dulu, ada satu hal yang harus dia pastikan lagi.

"Bang, cowok nggak musti harus bangun kan ya kalau yang nyentuh bukan wanita yang ia cintai."

"Ehmmm, gimana ya. Ya bener sih, rasa kesetrum begitu nggak melulu sama cewek yang dia sukai. Jadi ketika dia dapat rangsangan yang tepat, pasti itunya bangun. Hanya saja itu balik lagi ke pribadi masing-masing. Tapi normalnya begitu."

Brisia mengangguk paham. Dia kini mengerti. Untuk melakukan jenis pengobatan terhadap Archie, dia membutuhkan beberapa uji lagi. Dia juga harus melakukan tes medis agar pengobatan bisa dilakukan dengan jelas.

"Bri, kenapa nggak nanya Daddy aja sih? Daddy pasti kan udah pernah nemu pasien begitu. Dan satu lagi, ada faktor psikologis juga. Kadang trauma akan sesuatu, bisa membuat si pria begitu."

"Ntar deh Bang kalau aku udah mentok. Saat ini aku rasa udah cukup kok. Nah ini udah mau malam, Abang kudu balik kan ke tempat kerja. Aku juga bakalan balik ke tempat temen aku. Tenang, aku aman."

Wajah Kenneth menelisik. Dia tidak sepenuhnya percaya dengan ucapan sang adik. Dan Brisia tahu itu.

Maka dari itu dia menghubungi nomor seseorang. Di dalam layar itu, Brisia namai Keith.

"Halo Keith, ini kakak ku ingin bicara padamu."

"Oh halo Tuan Kenneth. Saya Stuart teman Brisia. Brisia aman bersama saya jadi Anda tidak perlu khawatir. Saya akan menjaga Brisia dengan baik."

"Baiklah Tuan Stuart. Terimakasih kalau begitu."

Tuuut

Panggilan di tutup. Meskipun belum 100% percaya namun paling tidak Kenneth merasa tenang karena pria yang bicara tadi sepertinya adalah orang yang baik.

Brisia menggunakan nama Stuart untuk memperkuat alibinya. Dan sebelum Kenneth bertanya, terlebih dulu Brisia menjelaskan bahwa Stuart adalah kakak dari temannya.

Malam itu mereka berpisah. Kenneth sebenarnya masih sedikit khawatir namun dia juga tidak bisa berlama-lama meninggalkan temat kerjanya. Terlebih dia sedang mengejar target agar bisa segera kembali ke tanah air untuk berkumpul dengan istri tercintanya.

Fyuuuh

Brisia menghela nafasnya lega. Dia seperti baru saja melewati sebuah hal rintangan yang sangat berat.

"Halo Tuan Stuart, saya sudah selesai bertemu dengan kakak saya. Sekarang saya akan menginap di hotel ini juga. Besok pagi Anda bisa menjemput saya kemari."

"Tidak Nona, malam ini Anda langsung kembali ke mansion saja. Tuan sudah menunggu Anda. Bersiaplah, saya akan menjemput Anda."

Brisia mengerutkan alisnya, dia merasa sangat heran. Tadi sebelum pergi jelas-jelas Archie mengatakan bahwa malam ini dia bisa tinggal di hotel, tapi sekarang malah dia disuruh untuk cepat kembali ke mansion.

"Aah terserahlah. Kalau begitu cepat kemari, aku sudah sangat lelah dan mengantuk. Aku ingin segera tidur."

"Baik Nona, mohon tunggu sebentar. Saya akan sampai dalam beberapa menit."

Brisia menutup panggilan telponnya itu. Dia lalu menyandarkan punggungnya pada kursi dan memikirkan apa yang terjadi pada dirinya sendiri.

Ia tidak menyangka bahwa saat ini dia harus terjebak dengan seorang pria impoten yang sangat berambisi ingin sembuh karena pernikahan nya akan digelar tidak lama lagi. Sungguh sesuatu yang sangat aneh dan tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya.

Brisia berusaha mengingat pertemuannya tadi dan juga nama Archie tentunya. Dia kemudian mencari nama pria itu karena ingin melihat siapa tunangannya.

"Wilma Gormelia, umurnya sama kayak aku dan dia cantik banget. Kok bisa sih Archie sama sekali nggak kerangsang sama wanita ini? Apa ada faktor psikologis ya? tapi dari mana dia dapet hal itu. Kedua orangtuanya udah nggak ada sejak lama? Ya itu sih kabar dari laman pencarian."

Sambil menunggu Stuart, Brisia mencoba mengumpulkan informasi tentang Archie, namun di sana hanya informasi umum saja. Hal itu membuat Brisia tidak bisa mengakses lebih dalam tentang Archie.

"Ya kali aku harus nanya ke Emma atau Ethan sih buat nyari tahu tentang Archie?" ujarnya pelan.

TBC