Menikah adalah hal yang membahagiakan. Tapi tidak saat aku menikah. Menikah membawaku kedalam jurang kesakitan. Dilukai berkali-kali. Menyaksikan suamiku berganti pasangan setiap hari adalah hal yang lumrah untuk ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Kak, begitulah rasanya. Rasa sakit setiap kali kau merebut yang kumiliki. Aku tidak berniat membalas dendam. Tapi, aku juga tidak bisa merelakan orang yang sudah merampas kesucian ku. Aku, akan mempertahankan laki-laki brengsek ini. Aku akan berusaha menjadikan dia suami yang baik agar aku bisa belajar mencintainya.
Riana masih terus membujuk dan memohon kepada Arsen. Bahkan, ia rela bersimpuh layaknya maling yang tertangkap masa dan memohon ampun.
Sejujurnya, Naina benar-benar tidak tega melihatnya. Apapun itu, ini bukanlah kesalahan Riana. Bukan juga kesalahannya maupun Arsen. Kami bertiga, adalah korban. Korban dari ke egoisan para orang tua.
" Tuan, bicaralah dengannya. Aku akan menunggu diluar. " Ujar Naina dengan tatapan memohon.
Arsen terdiam sesaat lagi mengangguk.
" Bangunlah... jangan seperti pengemis. Kau tidak bersalah dalam hal ini. " Arsen menatap Riana lekat. Melihat wanita yang bergelar tunangannya bersimpuh memohon, membuatnya sedikit risih. Risih ya? bukan kasihan.
Riana bangkit dan langsung menjatuhkan tubuhnya dipangkuan Arsen. Dia memeluk erat pria yang sangat ia cintai dan rindukan. " Kembalilah padaku, Ar. " Pinta nya lirih.
" Tidak bisa. " Arsen mendiamkan Riana memeluknya tanpa ingin membalas.
" Kenapa? " Kini, pandangan mereka saling bertemu.
" Aku sudah terikat. " Jawab Arsen tanpa ekspresi apapun. Benar-benar tidak berekspresi. Entah dia marah, atau tidak? tidak akan ada yang bisa menebaknya.
Rina menatap Arsen bingung. " Apa? terikat apa?
" Terikat pernikahan dengan Naina. " Arsen menatap Riana tegas.
" Kau bohong! kau pasti berbohong kan?!
" Sayang sekali, biarpun aku brengsek, tapi aku tidak suka berbohong.
Riana terdiam sesaat. Setelah seluruh keberaniannya terkumpul, dia menatap Arsen tegas. " Kalau begitu, ceraikan dia. Kembalilah padaku. Dari awal, kau adalah milikku. " Riana kembali memeluk Arsen.
" Kau salah.
Riana kembali menatap Arsen. " Apa lagi yang salah?
Arsen menatap Riana yang memandangnya dengan deraian air mata. Kali ini, dia sedikit menunjukkan rasa bersalahnya. " Dari awal, aku milik bersama. Aku milik banyak wanita. Tapi sekarang, aku hanya milik Naina.
Riana bangkit dari posisinya sembari menatap Arsen penuh keterkejutan. Dia memukuli dadanya beberapa kali. Sakit dan sesak rasanya, mendengar tiap kata yang terucap dari bibir Arsen.
" Tidak! tidak bisa begini. " Riana menatap Arsen yang tak bergeming dari posisinya. " Pernikahan ini kan yang menjadi sebabnya? kalau begitu, pernikahan ini harus diakhiri. Biarkan aku yang menggantikan posisi Naina.
Arsen terdiam. Dia mengingat kembali semua yang terjadi. Mengingat Naina yang begitu sulit untuk ditaklukan. Naina yang masih saja menatap penuh kebencian hingga saat ini. Jika boleh memilih, Arsen juga ingin memiliki pasangan yang menurut. Maksutnya, seperti Riana. Wanita yang hanya akan diam jika diselingkuhi. Wanita yang akan dengan senang hati disentuh.
TAPI.... sosok Naina, mampu mengubah segalanya. Naina yang begitu dingin dan ketus, mampu mengubah hatinya. Hati yang siap berjuang untuk meyakinkan Naina agar mencintainya. Hati yang dapat merasakan kecemburuan yang belum pernah ia rasakan. Lalu, mana mungkin ia akan menggantikan Naina yang tidak ada duanya.
Riana kembali menjatuhkan tubuhnya dipangkuan Arsen. Dia melihat ada kesempatan untuknya karena Arsen terlihat diam layaknya meng iyakan.
Arsen masih terdiam. Bukan tak menyadari, jika Riana tengah berada di pangkuanya. Dia hanya ingin tahu, apa yang akan dilakukan wanita itu.
Perlahan, Riana mulai mendaratkan ciuman-ciuman kecil di leher Arsen. Iya, tentu saja leher. Kenapa? karena tidak ada wanita yang diperbolehkan mencium bibirnya, kecuali Naina. Meskipun Vanya masih enggan melakukannya.
" Hentikan! " Titah Arsen saat merasai tangan Riana yang menyusup kedalam celananya.
Riana menatap bingung. " Kenapa? padahal bagian bawah mu sudah mengeras.
" Keluar!
" Ar, " Riana masih berusaha dengan menyentuh bagian bawah Arsen lagi.
" Hentikan dan keluar! " Bentak Arsen sembari bangkit dari posisinya nya. Yang sudah pasti, membuat tubuh Riana jatuh ke lantai.
" Aw!!
Brak.....!
Naina membuka pintu sekuat mungkin. Dia takut, jika Arsen akan melakukan kekerasan fisik pada Riana.
" Apa yang terjadi? " Tanya Naina yang fokus menatap Riana dengan posisi duduk dilantai sembari meringis kesakitan.
" Semua karena salahmu! " Bentak Riana.
" Aku? " Naina menunjuk dirinya sendiri.
" Iya! kau adalah wanita sialan! kau menghancurkan segalanya!
" Diam! " Arsen membentak tanpa menatap Riana. Matanya justru lekat menatap Naina. " Shit! aku tidak tahan lagi.
Arsen berjalan cepat ke arah Naina. Meraih tengkuknya dan membenamkan bibirnya. Benar, Arsen adalah pria yang sulit mengendalikan juniornya. Ini akan menjadi PR untuk Naina.
Tanpa perduli apapun, Arsen terus memperdalam ciumannya. Ciuman yang seolah menuntut pelampiasan. Tangannya juga sudah meraba dan bertahan ditempat favoritnya.
Naina yang merasa kaget, dia mencoba melepaskan diri dengan memukul-mukul dada Arsen.
" Huh....! huh....! aku kehabisan nafas. Tuan, anda sengaja ya mau membunuhku? agar bisa menikahi wanita lain? " Keluh Naina yang berhasil melepaskan pagutannya.
" Jangan berani-beraninya mati tanpa izin dariku. " Tegas Arsen.
Ya ampun! kau pikir kau Tuhan Ya?!
" Makian seperti apa yang sedang kau gumamkan didalam hati?
Naina tersenyum. " Anda tahu?
" Tentu saja. Kau memang biasa memakiku kan?
" Iya. Anda memang pantas dimaki.
Tiba-tiba, Naina mengingat adanya Riana diruangan ini. Dia langsung menggeser tubuh Arsen untuk mencari keberadaan Riana.
Benar saja. Wanita itu kini sudah berdiri dengan dua kepalan di tangannya. Tatapan marah yang terpancar dari wajah Riana, mengingatkan Naina akan dirinya.
Kemarahan seperti itulah yang Naina rasakan. Saat Riana dengan tingkah polosnya, merebut kasih sayang kedua orang tuanya. Merebut kamarnya. Merebut semua mainannya.
Kakak, apakah sakit? semestinya aku bahagia kan? aku bisa membuatmu merasakan apa yang sering aku rasakan. Tapi, sepertinya aku tidak bisa. Hatiku sakit. Sakit karena mengingatkan rasa itu lagi pada diriku sendiri. Maaf Kakak. Laki-laki ini, harus bertanggung jawab atas diriku. Jadi, biarkan aku egois kali ini.
Sebuah lengan yang kekar, kini memeluk pinggang rampingnya dari belakang. Iya, itu Arsen. Laki-laki tanpa perasaan itu, tak mengindahkan adanya Riana.
" Aku tidak tahan. Ayolah,... " Pinta Arsen berbisik di telinga Naina.
Sialan! apa segitu mudahnya membangunkan tongkat terkutuk mu?
" Tuan, lebih baik, anda menahannya. Bukan hanya kita berdua diruangan ini. " Jawab Naina sembari memiringkan wajahnya yang membuat bibir mereka hampir bersentuhan.
Cup.....!
Arsen mengecup bibir Naina sesaat.
" Kau, kau adalah wanita sialan! wanita brengsek! sihir apa yang kau gunakan?! kenapa kau merebut tunangan ku?! wanita jelek bodoh dan kampungan sepertimu tidak cocok untuk Arsen. Menjauhlah! kau menjijikkan!
Sialan? brengsek? sihir? merebut? jelek? bodoh? kampungan? menjijikkan?
Naina baru akan berjalan mendekat ke arah Riana. Tapi, langkahnya terhenti mendadak.
Plak.....!
Arsen mendaratkan sebuah tamparan untuk Riana. Entah dari kapan Arsen meninggalkan Naina dan mendekati Riana hanya untuk menamparnya.
" Itu, untuk kata-kata kotormu barusan.
........................