Dosenku Suamiku

Setelah menerima materi mata kuliah Pendidikan Agama, Fadila dan Rahmat serta Ummu bergegas ke kantin yang ada di Fakultas Pertanian. Seperti biasa, orang-orang akan menatap Fadila dan Ummu yang selalu mengenakan baju dengan model yang sama namun dengan warna yang berbeda.

"Biar aku yang pesan" Rahmat bergegas menghampiri Ibu kantin. Sementara Fadila dan Ummu duduk santai di kursi. Setelah memesan pisang goreng, bakwan, ubi goreng, dan es teh, Rahmat kembali duduk di kursi bersama kedua sahabatnya.

"Dila, bagaimana hubunganmu dengan suamimu?" tanya Ummu menatap serius sahabatnya.

"Baik-baik saja. Pak Farhan sangat baik padaku. Aku merasa seperti memiliki teman" jawab Fadila dengan santai.

"Boleh gabung?" tanya Nikollas tiba-tiba duduk di kursi samping Ummu.

"Boleh, Kak" balas Ummu.

"Aku senang kalau yang jawab calon istri" kata Nikollas mengulas senyum. Pria satu itu selalu nya menggoda Ummu. Sejak pertama kali melihat Ummu, dis sudah jatuh cinta padanya. Jatuh cinta pada pandangan pertama.

Ummu hanya bisa menggeleng menatap aneh Nikollas. "Aku nggak ada niat menikah dengan pria yang punya banyak mantan" sindir Ummu.

Ummu dan kedua sahabatnya mendengar gosip setelah Nikollas mulai rajin ke kampus. Berdasarkan informasi yang didengar, Nikollas dan Fitri pernah menjalin hubungan selama dua tahun namun kandas karena Fitri selingkuh dengan anak Teknik mesin yang bernama Biswa.

"Itu hanya masa lalu. Masa depanku nanti bersamamu" goda Nikollas sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Ummu.

"Ih, dasar genit!" umpat Ummu.

"Sudah, sudah. Kalau kamu nggak suka Kak Niko ya abaikan saja. Kenapa kamu harus terbawa suasana. Kecuali--" Rahmat menggoyangkan jari telunjuknya menatap Ummu penuh selidik.

"Iya, jangan bilang kamu jatuh cinta lagi" sambung Fadila menuding.

"Hello... bukannya aku mau menghina. Tapi asal kalian berdua tahu, dan asal Kakak tahu. Sampai detik ini, belum ada pria yang bisa membuatku jatuh cinta. Itu tandanya aku bukan wanita yang mudah luluh" kata Ummu dengan bangga.

"Ya... ada yang curhat nih" ledek Nikollas.

"Hahahahaha" tawa Fadila dan Rahmat. Keduanya menertawakan Ummu yang mulai panas dengan ledekan Nikollas.

.........

Sementara di ruangan dosen, Farhan sedang duduk memainkan pulpennya. "Sepertinya aku harus belajar di Papa mertua" batin Farhan.

"Melamun terus. Apa sih yang kamu pikirkan?" tanya Pak Irwan mengagetkan rekan kerjanya.

"Biasa. Wan, aku mau nanya sesuatu tapi aku harap kamu nggak menertawakan aku" kata Farhan membenarkan posisi duduknya.

Pak Irwan menaikkan kedua alisnya. "Nanya apa?" tanyanya serius.

Farhan menarik napas dalam-dalam. "Jadi gini, aku pernah cerita sama kamu kan kalau aku nggak pernah pacaran tapi punya TTM (Teman tapi mesra)" ungkap Farhan.

"Iya, lalu apa hubungannya dengan jangan tertawa?" tanya Pak Irwan tak mengerti.

"Jadi, aku itu mau romantis sama istriku. Hanya saja aku bingung, mau mulainya dari mana" jelas Farhan.

"Kalau soal itu gampang. Kamu kan pengantin baru. Nah, biasanya pengantin baru itu pergi honeymoon, biar hubunganmu dengan istrimu semakin dekat" jelas Pak Iwan.

"Ini kamu! Baru selesai nikah udah mengajar. Ketahuan bangat kalau nggak romantis" sambungnya menyindir Farhan.

"Benar sekali. Kalau aku jadi istrinya, sudah aku tendang dari kamar!" timpal Helena yang tiba-tiba berdiri di depan pintu. Entah Farhan dan Irwan yang tuli atau memang Helena membuka pintu dengan pelan hingga kedua pria itu tidak menyadari kehadirannya.

"Kebetulan kami sudah ada di sini. Mari sini, sepertinya aku harus menceramahi mu" kata Farhan mengibarkan tangannya di udara meminta Helena mendekat.

Helena mendekat lalu berdiri di samping Pak Irwan. "Ada apa?" tanyanya dengan santai.

"Aku minta sama kamu untuk cepat-cepat mencari pasangan hidup. Aku nggak lajang lagi. Karena kebiasaan mu hingga aku---" Farhan terdiam.

"Masalah begituan nggak boleh ada orang tahu. Itu aib Fadila. Lagian Fadila benar, aku dan Helena yang salah" batin Farhan.

"Soal semalam. Aku rasa kita nggak boleh kayak gitu lagi" sambung Farhan.

"Justru itu aku cari istrimu. Aku mau minta maaf padanya" kata Helena mengakui kesalahannya.

"Diam-diam bae" ujar Helena sambil menyenggol lengan Pak Irwan.

"A-aku h-hanya nggak biasa aja" kata Pak Irwan gagap.

.

.

.

Pukul 16:04 PM

Farhan dan Fadila tiba di perumahan dosen blok A2/1. Farhan tersenyum mengingat saran dari Pak Irwan dan Helena. Dan pria itu berencana akan menerapkan apa yang telah disarankan oleh sahabat dan rekan kerjanya.

"By. Jangan dulu turun" kata Farhan saat Fadila hendak membuka pintu mobil.

Farhan bergegas turun dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk istrinya. Bukan hanya itu saja, Farhan juga mengulurkan tangannya membantu istrinya turun. Sikap baru itu membuat Fadila mengerutkan kening tak mengerti. Namun wanita itu menurut dan tak bertanya kenapa.

"Baru diceramahi pagi tadi tapi otak Om Farhan sudah bekerja dengan bagus" batin Fadila.

"I love you istriku" ucap Farhan tersenyum lebar.

Fadila semakin dibuat bingung. Tanpa izin, wanita itu menempelkan tangannya di dahi suaminya. Memastikan apakah suaminya demam atau tidak. "Nggak demam" gumamnya pelan.

"Suami ucap I love you tapi nggak di balas!" ketus Farhan berlalu menghampiri pintu rumah.

"Hahahahahaha" tawa Nikollas pecah. Pria itu tanpa sengaja mendengar kalimat cinta yang diucapkan kakak sepupunya.

"Kamu mendengarnya?" tanya Farhan membulatkan mata.

"Om, badanku sebesar ini masa nggak dilihat. Aku dari tadi duduk di kursi menunggu kalian pulang. Kan kunci rumah ada sama kalian" jelas Nikollas.

"Om Farhan pasti malu karena ketahuan Kak Niko. Aku nggak boleh buat Om Farhan malu" batin Fadila.

"I love you too, Om" jawab Fadila menghampiri suaminya.

"Sudah lewat!" ketus Farhan.

"Ck ck ck... aku berusaha mengeluarkan kata itu agar Om Farhan nggak malu di depan keponakannya tapi dia malah membalas ku dengan dua kata itu. Kita lihat saja nanti" batin Fadila dengan geram.

Nikollas tersenyum. "Dasar tua-tua tapi pikiran anak-anak" gumam Nikollas hampir tak terdengar.

"Apa katamu!" seru Farhan.

Nikollas beranjak dari kursi lalu masuk ke dalam rumah. Melewati tuan rumah yang nampak geram karena disebut anak-anak. "Siapa sih yang memberinya saran itu" batin Nikollas.

Farhan masuk ke dalam rumah, begitu juga dengan Fadila. Keduanya langsung masuk ke kamar mereka. Sesampainya di kamar, Farhan mengambil pulpen lalu melingkari tanggal. "Sudah enam hari. Besok tujuh hari. Akhirnya, hari yang ditunggu tunggu pun tiba" gumam Farhan.

Fadila mengukir senyum lebar tanpa menanggapi apa yang dihitung suaminya. Dan apa maksud dari ucapan suaminya. Apalagi kalau bukan malam pertama. Malam yang ditunggu tunggu oleh semua pengantin baru yang gagal cetak anak karena palang merah.