Saat terbangun, Chu Zhan mendapati dirinya berada di dunia yang berbeda. Identitasnya adalah seorang tukang sapu di keluarga bangsawan. Suatu ketika mendapatkan sebuah pusaka berbentuk sapu yang diberi nama 'Sapu Pembunuh Naga'.
Chu Zhan yang merasa sebagai pemeran figuran itu pun mulai mengikuti dan melayani Zhuo Ming. Seorang tuan muda yang mengalami nasib buruk setelah kehilangan kultivasinya. Lalu Zhuo Ming mendapatkan guru seorang wanita dalam bentuk roh, Xiang Liu.
Merasa dirinya terjebak dalam plot sebuah cerita, Chu Zhan bertindak setelah Zhuo Ming. Mempelajari dan memahami dunia yang telah membawanya ke dunia kultivasi.
Ranah Kultivasi : Ranah Pemula, Ranah Lanjutan, Ranah Ksatria, Ranah Magis, Ranah Misteri, Ranah Legenda, Ranah Kekosongan, Ranah Kebangkitan, Ranah Keabadian, Ranah Penciptaan, Dewa Suci.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanto Trisno 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meninggalkan Gunung Zheng
Berkat formasi yang aktif, membuat nyawa selamat. Chu Zhan akhirnya dapat bernafas dengan lega. Pada akhirnya keberuntungan yang telah menyelamatkan nyawanya.
"Guru, maafkan aku yang membuatmu kecewa. Muridmu ini sangat bodoh," ucap Zhuo Yining yang sebenarnya tidak tahu ia salah. Namun karena mengganggu sang guru, membuatnya menyesal.
"Tidak, tidak, tidak," jawab Chu Zhan. Dalam hati ia berkata, 'Bagaimana mungkin kamu membuatku kecewa? Justru nyawaku selamat karenamu.'
Zhuo Yining senang karena tidak membuat kecewa. Meski masih merasa dirinya kurang kompeten. Namun setelah kejadian itu, mereka kembali ke aktifitas masing-masing. Hingga malam hari berlalu, para serigala juga telah meninggalkan mereka.
Pagi-pagi sekali Zhuo Yining bangun dan membuat masakan untuk gurunya. Setelah itu, ia berpamitan untuk segera memberikan obat pada Zhuo Ming. Perempuan tersebut harus buru-buru sebelum terjadi apa-apa pada kakaknya.
Di kediaman Zhuo, kakaknya hanya sendirian dan tidak ada orang yang akan berkunjung. Namun jika sampai diusir keluar oleh para tetua, masalah ini akan semakin buruk. Untuk itu, tidak ada penundaan lagi.
"Baiklah, jika kamu bertekad untuk pergi. Namun saat kembali ke tempatmu, kamu harus menghadapi sendiri binatang-binatang itu. Aku tidak bisa membantumu sekarang."
Chu Zhan menyerahkan jimat langkah petir yang bisa digunakan untuk melarikan diri. Jika itu bisa digunakan sebagai pelarian, itu sudah cukup membuatnya selamat.
"Jimat langkah petir? Guru, ini sangat berharga. Bagaimana aku menerimanya?" Zhuo Yining mencoba menolak pemberian Chu Zhan. Alangkah baiknya jika harus mengandalkan diri sendiri.
"Aku tidak ingin muridku mati muda. Setidaknya kamu harus menjadi abadi dahulu sebelum mati. Jimat ini gunakan jika kamu tidak bisa menghadapi binatang-binatang itu. Jika kamu bisa bertarung, kamu tetap harus berusaha. Jimat ini, gunakan hanya untuk melarikan diri."
"Murid mengerti. Niat baik guru sudah aku tanamkan di dalam hati. Terima kasih atas ajaran dan hadiah ini. Kuharap aku tidak mengecewakanmu." Zhuo Yining memberi hormat dan berpisah dengan gurunya.
Setelah kepergian Zhuo Yining, maka tugas telah selesai. Ada banyak barang yang masih tersisa di cincin ruang. Karena tingkat kultivasinya yang rendah, harus menggunakan artefak lagi. Baju Tembus Pandang telah dipakai agar tidak ketahuan oleh para binatang buas.
Kali ini biarkan Zhuo Yining yang memimpin di depan. Ternyata kemampuan bertarung wanita itu cukup hebat. Dibandingkan dengan Chu Zhan yang mengandalkan jimat untuk membunuh binatang buas.
Saat berjalan melalui hutan lebat, Zhuo Yining mendengar suara gemuruh di kejauhan. Ia segera meningkatkan kewaspadaannya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi apa pun yang akan datang. Tiba-tiba, seekor kelinci bertanduk besar muncul dari balik semak-semak.
"Memang seperti yang dikatakan oleh guru. Ternyata binatang buas masih ada. Untungnya aku sudah mendapatkan senjata ini."
Zhuo Yining tidak gentar. Dengan gerakan cepat dan lincah, ia menghindari serangan kelinci bertanduk besar dan membalas dengan tendangan yang tepat sasaran.
Kelinci bertanduk besar itu melompat ke depan dan kembali menyerang. Dengan tandunya, ia menyerang dan telinga panjangnya juga berfungsi untuk terbang untuk sementara.
"Ugh! Kemampuan kelinci ini sangat kuat. Aku tidak boleh lengah kali ini," tekad Zhuo Yining. Ia menghindari serangan kelinci tersebut lalu membalas serangan.
Dengan kecepatan binatang buas itu, membuat Zhuo Yining kewalahan. Namun perempuan itu tidak kenal menyerah. Tekadnya lebih kuat daripada kematian. Bahkan berani mempertahankan nyawanya demi bisa menyelamatkan sang kakak.
Dengan tingkat kultivasinya yang sekarang, ia dapat mempelajari jurus-jurus tingkat menengah yang diberikan Chu Zhan. Namun ia hanya baru membaca sebagiannya semalam. Sehingga masih jauh untuk mempelajari semuanya. Namun antara hidup dan mati itu, membuatnya kuat dan tidak boleh menyerah.
Ditambah dengan statusnya yang kini memiliki seorang guru yang baik. Setidaknya ia tidak boleh mati sebelum mencapai Ranah Keabadian. Tidak ada kata menyerah untuk mencapai tujuan itu.
"Baiklah! Akan kucoba jurus yang diberikan guru padaku. Meski belum sempurna." Zhuo Yining membuat gerakan-gerakan cepat yang memfokuskan kekuatan kakinya untuk bergerak cepat.
Dengan gerakan cepat tersebut, membuatnya dapat mengimbangi gerakan kelinci. Apalagi ia berhasil mendaratkan serangan pada kelinci tersebut. Kelinci itu terkapar di tanah setelah beberapa kali mendapat serangan. Meski sudah mengalahkannya, tetapi Zhuo Yining tidak membunuhnya. Ia membiarkannya pergi setelah sadar.
"Hanya seekor kelinci yang berukuran besar. Daging di dalam kantong ruangku sudah banyak. Jadi biarkan saja dia lolos."
Setelah mengalahkan kelinci, Zhuo Yining memasuki area yang lebih terbuka. Selama dua jam lebih, waktu yang digunakan untuk mengalahkan satu binatang buas. Jika terus seperti itu, ia khawatir tidak akan cepat sampai ke rumah.
Ketika naik ke gunung, membutuhkan waktu satu hari untuk mencapai salah satu puncak paling rendahnya. Jika masih harus menghadapi binatang buas lagi, maka hanya membuang-buang waktu. Bisa saja ia sampai keesokan harinya.
Saat hati gembira karena selama satu jam berjalan dengan lancar, di tengah lapangan, ia dihadang oleh sekawanan serigala lapar. Membuat tubuh Zhuo Yining gemetar.
"Ternyata masih ada serigala itu. Namun aku tidak takut pada kalian. Aku harus kembali dengan cepat. Jadi, aku harus cepat." Zhuo Yining mengeluarkan pedang.
Zhuo Yining menggunakan jurus bela diri yang dipelajarinya di gunung Zheng untuk menghadapi serigala-serigala itu. Selain menggunakan gerakan kaki yang gesit, ia juga menggunakan ketrampilan berpedang. Selama masih ada harapan, berhasil atau tidak, yang utama adalah meloloskan diri.
Dengan gerakan yang gesit dan tusukan pedang yang terarah, ia mencoba mengusir kawanan serigala. Dipegangnya beberapa butir pil. Pil beracun yang didapatkan dari gurunya. Pil itu terpisah dengan pil untuk pengobatan dan kultivasi. Sehingga tidak khawatir untuk membuat semuanya bercampur.
Chu Zhan yang tidak terlihat, berada di belakang Zhuo Yining. Ia telah mengikuti dari belakang untuk memastikan keamanannya. Karena tidak terlihat, tidak terlalu khawatir bertemu dengan binatang buas.
"Ternyata perbedaan kita sangat jauh. Jika kemarin tidak menggunakan jimat petir, tidak mungkin mengalahkan seekor binatang pun," ungkap Chu Zhan.
Semalam ia tidak menggunakan Baju Tembus Pandang karena jika dirinya yang menggunakannya, maka hanya dia yang selamat. Namun nyawa Zhuo Yining akan dalam bahaya. Selain itu, karena kepanikannya, membuatnya tidak memikirkan tentang baju yang membuatnya tidak terlihat alias tembus pandang.
Pertarungan semakin sengit ketika salah satu serigala terbunuh. Akibatnya membuat Zhuo Yining semakin bersemangat. Dalam pertarungan hidup dan mati, membuatnya lebih kuat. Sehingga dengan menghadapi banyak binatang buas, membuatnya semakin kuat.
Setelah membunuh beberapa serigala, membuat binatang lain menjauh. Zhuo Yining berjalan dan berlari kecil dan tiba di pinggir sungai. Niatnya untuk membersihkan dirinya karena pakaian dan tubuhnya yang kotor akibat pertarungan.
"Akhirnya aku menemukan sungai. Aku bisa mandi dahulu sebelum sampai ke rumah." Zhuo Yining memastikan tidak ada orang lain. Lalu melepas pakaiannya.
Tidak akan tahu kalau ada sepasang mata telah melihatnya dengan tatapan tidak dapat ditafsirkan.
***