NovelToon NovelToon
MAFIA'S OBSESSION

MAFIA'S OBSESSION

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Mafia
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)
Areta dipaksa menjadi budak nafsu oleh mafia kejam dan dingin bernama Vincent untuk melunasi utang ayahnya yang menumpuk. Setelah sempat melarikan diri, Areta kembali tertangkap oleh Vincent, yang kemudian memaksanya menikah. Kehidupan pernikahan Areta jauh dari kata bahagia; ia harus menghadapi berbagai hinaan dan perlakuan buruk dari ibu serta adik Vincent.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Beberapa jam berlalu, namun Areta tidak beranjak sedikit pun dari kursi keras di depan ruang operasi.

Bibirnya terus bergerak tanpa henti, menggumamkan doa-doa yang ia sendiri tidak sangka akan ia tujukan untuk pria seperti Vincent.

Tangannya bertautan sangat erat hingga buku-buku jarinya memutih.

Jonas kembali dengan sebuah gelas kertas berisi teh panas yang masih mengepul.

"Minumlah sedikit, Nyonya. Udara di sini sangat dingin dan Anda tidak boleh jatuh sakit," ucap Jonas pelan.

Areta mendongak, matanya yang sembap menatap Jonas.

"Terima kasih, Jonas," bisiknya seraya menerima gelas itu. Kehangatan teh tersebut sedikit meredakan gemetar di tubuhnya, meski kecemasannya tetap memuncak.

Jonas hanya menganggukkan kepalanya dengan hormat, berdiri tegap di samping Areta layaknya pelindung yang setia.

Akhirnya, lampu ruang operasi padam. Dokter keluar dengan sisa-sisa kelelahan di wajahnya. Ia segera menghampiri Areta dan Jonas.

"Operasi penjahitan ulang berhasil dilakukan. Tuan Vincent kehilangan cukup banyak darah, tapi kondisinya kini sudah stabil kembali," jelas Dokter.

Ia menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Namun, mengingat betapa nekatnya Tuan Vincent sebelumnya, kami terpaksa mengambil tindakan preventif atas persetujuan asistennya."

Areta mengerutkan kening. "Tindakan apa, Dok?"

"Mari ikut saya."

Areta mengikuti Dokter masuk ke dalam ruang perawatan intensif yang baru. Begitu ia masuk, hatinya mencelos melihat pemandangan di depannya.

Vincent terbaring tak berdaya dengan selang oksigen di hidungnya, namun yang paling mencolok adalah pergelangan tangan dan kaki suaminya yang kini diikat dengan tali pengaman medis (soft restraints) ke sisi ranjang.

"Kami mengikatnya untuk sementara waktu agar ia tidak bisa bangkit atau bergerak secara tiba-tiba saat sadar nanti," ucap Dokter.

"Luka operasinya sangat rawan terbuka kembali jika ia melakukan gerakan ekstrem seperti tadi. Setidaknya sampai besok, ia harus berada dalam posisi ini."

Areta berjalan mendekat ke sisi ranjang. Pria yang biasanya begitu perkasa, dominan, dan selalu mengendalikannya, kini justru terikat dan tak berdaya.

Ironisnya, pengikat itu dilakukan demi keselamatannya sendiri.

Jonas berdiri di ambang pintu, menatap tuannya dengan prihatin.

"Ini satu-satunya cara, Nyonya. Jika tidak diikat, dia akan langsung mengejar Anda begitu matanya terbuka."

Areta mengulurkan tangannya, menyentuh perban baru di dada Vincent yang masih bersih dari noda merah.

Ia merasa sedih melihat Vincent terbelenggu seperti itu, namun di sisi lain, ia merasa lega karena setidaknya suaminya tidak akan bisa melakukan hal-hal gila untuk beberapa saat.

"Istirahatlah, Monster," bisik Areta tepat di telinga Vincent.

"Sekarang kamu yang terikat, bukan aku."

Areta tidak beranjak dari kursinya, matanya terpaku pada setiap hembusan napas Vincent yang masih dibantu oksigen.

Keheningan ruangan itu hanya diisi oleh suara ritmis monitor jantung, sampai akhirnya jemari Vincent yang terikat mulai bergerak gelisah.

Beberapa jam kemudian, efek anestesi perlahan memudar.

Vincent membuka matanya, namun kesadarannya yang belum pulih sepenuhnya langsung memicu insting defensifnya.

Saat ia mencoba menggerakkan lengannya untuk menyentuh dadanya yang terasa nyeri, ia merasakan tarikan kuat di pergelangan tangannya.

"LEPASKAN AKU!!" raung Vincent, suaranya parau namun penuh kemarahan. Ia mulai meronta, menarik-narik tali pengikat di tangan dan kakinya hingga ranjang rumah sakit itu berderit.

"SIAPA YANG BERANI MELAKUKAN INI?! JONAS! LEPASKAN!"

Napasnya menjadi pendek-pendek dan cepat, membuat monitor jantung berbunyi peringatan yang melengking.

Areta segera bangkit, ia tidak memanggil perawat, melainkan langsung condong di atas tubuh suaminya.

"Ssshh.... Vincent, tenanglah. Tatap mataku!" perintah Areta dengan suara tegas namun lembut.

Ia menangkup wajah Vincent dengan kedua tangannya, memaksa mata hazel yang liar itu untuk fokus pada manik matanya.

Vincent tersentak. Sentuhan dingin tangan Areta di pipinya yang panas seolah menjadi jangkar bagi kesadarannya.

Ia berhenti meronta, napasnya memburu, dadanya naik turun dengan tidak stabil.

"Tarik napas panjang, Vincent. Ikuti aku... pelan-pelan," bisik Areta, tetap menatap lurus ke dalam mata suaminya.

Vincent menarik napas panjang dengan susah payah, menahan erangan sakit yang muncul dari luka jahitannya.

Matanya yang merah karena amarah perlahan mulai meredup saat melihat wajah cemas Areta yang begitu dekat.

"Jangan bergerak," lanjut Areta, jarinya mengelus pelipis Vincent untuk menenangkannya. "Atau kamu mau dioperasi untuk ketiga kalinya? Mau mati dan meninggalkanku sendirian di sini?"

Mendengar kata-kata itu, Vincent terdiam. Ancaman Areta kali ini bukan tentang kebencian, melainkan tentang kekhawatiran yang nyata.

Vincent menatap tali yang mengikat pergelangan tangannya, lalu kembali menatap Areta.

Ia menarik napas panjang sekali lagi, kali ini lebih tenang, lalu perlahan menggelengkan kepalanya.

Ia menyerah. Bukan karena ia lemah, tapi karena ia tidak ingin melihat air mata lagi di wajah istrinya.

"Bagus," gumam Areta lega, ia melepaskan tangan dari wajah Vincent tetapi tetap memegang tangan suaminya yang terikat.

"Diamlah di situ. Aku akan menemanimu."

Vincent memejamkan matanya sebentar, lalu membukanya lagi, menatap Areta dengan intensitas yang berbeda.

"Jangan pergi, meskipun aku terikat seperti ini, jangan pernah pergi dari sisiku."

Areta melihat Vincent yang mulai tenang namun tampak sangat tidak nyaman dengan posisi tangannya yang terbelenggu.

Hatinya tidak tega melihat pria yang selalu memegang kendali itu kini harus tertahan seperti tawanan medis.

Ia segera menekan tombol panggilan di samping ranjang.

Tak lama kemudian, Dokter masuk bersama seorang perawat untuk memeriksa kondisi terbaru Vincent setelah insiden jahitan terbuka tadi.

"Kondisinya sudah jauh lebih stabil, Nyonya. Detak jantungnya juga sudah kembali normal," ujar Dokter sambil mencatat sesuatu di papan laporannya.

Areta melirik ke arah tangan Vincent yang terikat, lalu menatap Dokter dengan pandangan memohon.

"Dokter, tolong lepaskan satu ikatan tangan suamiku," pinta Areta lembut.

Dokter tampak ragu sejenak, mengingat betapa nekatnya pasien di depannya ini beberapa jam yang lalu.

"Nyonya, Tuan Vincent sangat impulsif. Ini demi keselamatannya sendiri agar lukanya tidak robek lagi."

"Aku mohon, Dok. Aku janji dia tidak akan turun dari tempat tidur. Aku sendiri yang akan menjaganya dan memastikannya tetap diam," ucap Areta dengan nada meyakinkan.

Ia menatap Vincent, seolah memberi peringatan melalui tatapan mata agar suaminya itu tidak berulah lagi.

Vincent hanya diam, namun matanya yang tajam menatap Dokter seolah mendukung permintaan istrinya.

Setelah menimbang beberapa saat, Dokter akhirnya menghela napas dan menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, hanya satu tangan. Dan tolong, pastikan dia tidak melakukan gerakan yang mengejutkan."

Dokter memberi isyarat kepada perawat, yang kemudian segera mendekat dan melepaskan salah satu ikatan kain di pergelangan tangan kanan Vincent.

Begitu terlepas, Vincent langsung menggerakkan jemarinya yang kaku dan meraih tangan Areta, menggenggamnya erat-erat seolah takut gadis itu akan menghilang.

"Terima kasih, Dokter," ucap Areta tulus.

"Sama-sama. Saya akan kembali beberapa jam lagi untuk pemeriksaan lanjutan. Jika ada keluhan, segera panggil," ucap Dokter sebelum akhirnya melangkah keluar dari ruang perawatan bersama perawat tersebut.

Kini, di dalam kamar itu, tangan kanan Vincent yang bebas tidak dilepaskan dari jemari Areta.

Ia menarik tangan istrinya itu ke arah bibirnya dan mengecup punggung tangan Areta dengan lembut.

"Terima kasih, sayang, Kamu memang penjamin kebebasanku yang paling manis," bisik Vincent dengan suara seraknya.

Vincent hanya menatap Areta dengan pandangan yang sulit diartikan saat istrinya itu membantu menyodorkan sedotan ke bibirnya. Setelah beberapa teguk air membasahi kerongkongannya yang kering, Vincent menyandarkan kepalanya kembali, membiarkan Areta meletakkan gelas itu kembali ke meja.

"Jadi, bagaimana rasanya diikat? Tidak enak, kan?" sindir Areta dengan senyum tipis yang penuh kemenangan.

"Makanya, jangan pernah berpikir untuk mengikatku lagi, Vincent. Rasakan sendiri bagaimana frustrasinya menjadi tawanan."

Vincent tidak marah. Ia justru menganggukkan kepalanya pelan, mengakui bahwa posisi ini memang menyiksanya bukan karena ikatannya, tapi karena ia tidak bisa merengkuh Areta sesukanya.

"Kamu benar, ini sangat tidak nyaman," bisik Vincent serak.

Tiba-tiba, tangan kanannya yang bebas meraih tengkuk Areta dengan lembut namun pasti.

Ia menarik wajah istrinya itu perlahan, menipiskan jarak di antara mereka hingga napas mereka beradu.

Vincent tidak menunggu Areta menjawab; ia segera menempelkan bibirnya ke bibir Areta, menciumnya dengan penuh perasaan dan kelembutan yang jarang ia tunjukkan, seolah ingin membuktikan bahwa meski tubuhnya terikat, hatinya tetaplah penguasa atas diri Areta.

Areta sempat terpaku, namun ia tidak menarik diri.

Di dalam ruangan yang hanya diterangi lampu remang-remang itu, ia bisa merasakan detak jantung Vincent yang mulai stabil, membawa rasa lega yang aneh ke dalam dadanya sendiri.

1
putrie_07
cinta gila😆😆😆😆
lanjut Thor💪😘
اختی وحی
ikut gemeter😄
اختی وحی
semangat thor,makin seru
my name is pho: terima kasih 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!