Ariana Lyra Aurelia tidak pernah menyangka cinta tulusnya dibalas dengan pengkhianatan kejam dari sang kekasih yang tega menghabisi nyawanya.
Di ujung napas yang masih bisa Ia pertahankan, Kael Ethan Thomson, pria yang dijodohkan oleh ayahnya datang. Memeluk tubuh Ariana dengan air mata membasahi pipi pria itu. Pria yang selama ia abaikan karena perjodohan justru menjadi pria yang sangat tulus mencintainya dan selalu ada untuknya, bahkan ada disaat terakhirnya.
"Andai aku memiliki kehidupan kedua, aku akan mencintaimu setulus hatiku..."
Apa yang akan Ariana lakukan ketika kehidupan kedua benar-benar diberikan untuknya?
Ikuti kisah mereka...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21.
"Rye..."
Sienna menoleh ke tempat di mana Ryder duduk, mengerutkan kening melihat pemuda itu diam tanpa kata seolah panggilan ketiga darinya tidak dia dengar. Tiba-tiba, tangan Ryder meremat lembaran buku yang ada di tangannya dengan pandangan ke depan, menarik perhatian Sienna untuk mengarahkan pandangan ke arah yang sama.
Dari tempat Sienna duduk, ia melihat Ariana duduk di kursi panjang di bawah pohon yang berada di taman kampus. Tempat yang sangat sering Ariana gunakan untuk membaca ataupun belajar bersama Kael, dan semua mahasiswa tahu akan hal itu.
"Rye!"
"Berisik!" sergah Ryder.
"Tidak bisakah kamu diam! Jika kamu ingin belajar, lakukan saja. Tidak perlu memanggilku berulang kali!" hardiknya.
"Kenapa sekarang kamu marah?" sambut Sienna tidak senang.
"Apakah kamu sadar, kamu sudah menatap Ariana dalam waktu lama tanpa berkedip. Jika kamu ingin bersama dengan Ariana, ke sana saja!" lanjutnya tak mau kalah.
Ryder mendengus, netranya tak lepas dari Ariana yang kini berada dalam jarak beberapa meter darinya. Siapapun yang melihat mereka berdua akan berpikir bahwa Ariana dan Kael menjalin hubungan jika melihat kedekatan keduanya. Hal itu jugalah yang kini selalu mengusik hatinya.
Ariana dan Kael duduk dengan saling membelakangi, menyandarkan punggung mereka satu sama lain sementara tangan mereka membuka lembar demi lembar buku di pangkuan mereka. Sesekali, Kael dengan sengaja membenturkan kepalanya ke kepala Ariana, membuat Ariana menyikut Kael yang mampu menghadirkan tawa di wajah pemuda itu sembari mengusap kepala Ariana dari tempat dia duduk tanpa membalikkan badan.
Pemandangan yang justru membuat Ryder kembali meremat lembaran buku di tangannya, terutama saat melihat Ariana tertawa lepas seakan tidak memiliki beban apapun, sangat kontras ketika Ariana tengah bersamanya.
"Breng*sek!"
Ryder mengumpat, menutup kasar buku di tangannya dan beranjak begitu saja meninggalkan tempat duduknya termasuk mengabaikan Sienna yang terus memanggil namanya.
"Rye...!"
"Ish...!"
Sienna menggerutu, turut beranjak dari duduknya untuk mengejar Ryder dengan setengah berlari dan menahan lengan pemuda itu.
"Tunggu, Rye! Ada apa denganmu? Jika kamu kesal karena Ariana tidak mengikutimu seperti dulu, bukankah kamu bisa memanggil Ariana untuk mendekat dan kamu tinggal memberikan perintah seperti biasanya," ucap Sienna.
"Bukankah dia anak dari salah satu pelayan di rumahmu?"
"Diam kamu!" sentak Ryder tanpa sadar.
"Rye!"
"Kenapa kamu harus kesal hanya karena Ariana bersama Ethan?"
Ryder menghembuskan napas kasar, detik berikutnya tersentak seakan baru tersadar dengan kalimat yang baru saja Sienna ucapkan.
'Anak dari pelayan... Apakah itu artinya Ariana belum mengatakan pada semua orang tentang siapa aku?'
'Tapi, kenapa? Dia memecatku dan Papa, tapi tidak mengatakan kebenaran kepada semua orang,'
"Rye..."
Pandangan Ryder beralih pada Sienna, melihat gadis itu masih menunggu jawaban.
"Dia... Bukan putri pelayan..."
"Maksudmu dia berhenti bekerja padamu?" potong Sienna.
"Dan sekarang dia dekat dengan Ethan. Apakah kamu tahu siapa Ethan, Rye? Sejak dia datang, dia hanya menggunakan sepeda motor bukan? Dan Ariana selalu datang dan pulang bersama Ethan. Pantas saja di berhenti bekerja,"
Ryder hanya diam, tidak sepenuhnya mendengar apa yang Sienna ucapkan. Benaknya kembali memikirkan apa yang akan terjadi jika semua orang tahu jika dirinya hanyalah anak dari seorang sopir keluarga Aurelia.
"Rye..."
"Bisakah kita tidak membahas apapun tentang Ariana lagi?" ucap Ryder.
"Baiklah..." desah Sienna. "Apakah itu artinya kamu tidak akan mengundang Ariana di pertandingan basketmu nanti? Itu bertepatan dengan ulang tahunmu, bukan?"
"Kalaupun aku tidak mengundangnya, dia akan datang sendiri," sahut Ryder.
"Kamu benar, dia pasti datang tanpa di undang. Itulah yang terjadi di tahun sebelumnya," ucap Sienna.
.
.
.
"Kael..."
"Uhmm... Apa? Ingin aku mengusap kepalamu lagi?" tanya Kael seraya mengangkat tangan, dan mendaratkan telapak tangannya di puncak kepala Ariana.
"Ish... Singkiran tanganmu!" sungut Ariana sembari menepis tangan Kael dari kepalanya.
Kael tertawa, menegakkan punggung sekaligus memutar posisi tubuhnya hingga ia bisa menatap wajah gadis pujaannya meski kata cinta itu belum terucap.
"Ada apa?"
"Bukankah kamu memiliki jadwal pertandingan basket?" tanya Ariana.
"Ya. Itu adalah pertandingan terbuka dan tim-ku menjadi salah satu peserta. Mengapa kamu bertanya?" tanya Kael.
"Apakah kamu akan ikut bertanding?" tanya Ariana.
'Di kehidupanku sebelumnya, kamu tidak ikut bertanding dan tim-mu berakhir kalah. Saat itu, aku tahu kamu sengaja mundur hanya untuk membiarkan Rye menang. Tapi kali ini, tidak akan kubiarkan,'
"Kamu ingin aku ikut bertanding?" Kael balas bertanya.
"Lebih dari apapun," sahut Ariana antusias sembari menganggukkan kepala.
"Tapi..."
"Tapi apa?" tanya Ariana.
"Salah satu tim yang akan kami lawan adalah tim Ryder," jawab Kael.
"Itu lebih bagus. Aku ingat kamu pernah memenangkan kejuaraan lomba di kota barumu, aku yakin kamu bisa mengalahkan Rye," sahut Ariana.
"Entahlah," sambut Kael menaikan bahu.
"Aku baru bergabung dengan club basket di sana. Aku tidak yakin mereka akan memintaku turun ke lapangan untuk bertanding,"
"Mereka akan memilihmu, Kael. Percaya padaku!" ucap Ariana percaya diri.
Kael menggelengkan kepala sambil tersenyum. Tangannya kembali bergerak untuk mengusap puncak kepala Ariana.
"Baiklah... Aku percaya padamu, jika itu artinya kamu akan datang untuk menonton," ucap Kael.
"Tentu saja aku akan datang," sambut Ariana. "Kapan tepatnya pertandingan akan dilangsungkan?"
"Akhir pekan, tepat saat libur semester, karena ini pertandingan tanpa membawa nama universitas," jawab Kael.
"Tapi, siapa pun yang bisa memenangkan pertandingan, nama universitas dari pemenang akan di kenal banyak orang termasuk para pemainnya,"
. . . .
. . . .
To be continued...
tetiba lampu mati dari pagi dan baru nyala sore😫🤧🤣
ngiriiiiii terossss kerjaannya 🤣🤣
uhukkk uhukk /Awkward//Awkward/
ehhhh
🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️