Kembali Hidup Untuknya
"Ayo...!"
"Lari lebih cepat!"
Si pria menarik paksa wanitanya untuk terus berlari kala netranya menangkap beberapa sosok pria mengejar mereka.
"Aku... Tidak... Sanggup berlari... Lagi..."
Si wanita berkata dengan napas tersengal. Ia menghentikan larinya sejenak, membungkukkan badan sembari menopang tubuhnya sendiri dengan meletakkan tangan di lutut. Napasnya memburu, mengingatkan dirinya bahwa mereka berdua sudah berlari cukup jauh dan dalam waktu lama.
Hutan gelap nan sunyi yang ada di kanan kiri mereka, penerangan bulan purnama yang berada di atas kepala mereka, serta jalanan aspal tak berujung tanpa ada satupun kendaraan yang lewat membuat si wanita menghembuskan napas frustasi.
Jalan menuju perbatasan kota yang biasanya dilalui oleh banyak orang kini kosong seakan ingin memberi enam orang yang mengejar mereka kesempatan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
"Mereka sudah semakin dekat," si pria berkata lagi.
Serta merta si pria menarik tangan kekasihnya untuk kembali berlari, namun keadaan sang kekasih yang sudah kelelahan justru membuat wanita itu tersungkur.
"Sayang...!"
Si pria berseru panik, segera berlutut untuk membantu kekasihnya berdiri dan berharap bisa kembali melanjutkan lari mereka dari kejaran enam pria berbadan besar yang sejak awal sudah mengejar mereka berdua.
"Sepertinya permainan kucing-kucingan sudah berakhir,"
Salah satu dari mereka berkata diakhiri tawa, memberikan tatapan meremehkan seraya mengeluarkan sebuah belati dari balik pakaiannya.
"Sejujurnya aku sedikit bosan," satu yang lain menimpali.
"B-Bagaimana ini, Rye?" tanya si wanita dengan nada takut.
"Hubungi polisi... Atau pengawalmu!" ujarnya.
"Ponselku... Terjatuh, Rye," jawab si wanita lirih.
Enam orang itu tertawa. Beberapa saat kemudian, pria yang disebut Rey itu turut tertawa.
"Apakah permainan peran ini sudah berakhir, Ryder?"
Salah satu dari enam pria itu bertanya, memberikan seringai mengerikan sembari memainkan belati di tangannya.
"Mereka mengenalmu, Rye?"
"Ariana Lyra Aurelia,"
Ryder berkata dingin, lalu berbalik dan memberikan sorot tajam pada Ariana.
"Kau menyandang nama keluarga Aurelia yang terhormat, tapi kau bodoh!"
'Jlebb...!'
"Ukh...!"
"R-Rye..."
Ariana mendesis lirih, merintih pelan saat Ryder menghunuskan belati tepat di jantungnya. Memberikan tatapan tak percaya atas apa yang dilakukan sang kekasih terhadapnya, lalu melangkah mundur.
Namun, baru beberapa langkah Ariana menjauh, tubuhnya tersungkur. Rasa sakit pada dadanya menjalar ke seluruh tubuhnya.
"K-K-Kenapa?" Ariana bertanya dengan susah payah, menatap nanar kekasihnya yang kini tersenyum.
"Sederhana," Ryder menjawab dengan senyum angkuh, melangkah mendekat pada Ariana dan berjongkok di dekat Ariana.
"Karena aku sudah tidak membutuhkanmu lagi,"
Ariana bisa melihat tatapan Ryder padanya menggelap, menyiratkan kebencian yang tidak pernah Ariana lihat selama ini.
"J-Jadi... M-mereka..."
"Mereka orang-orangku yang aku perintahkan untuk mengejar kita agar terlepas dari pengawasan para pengawalmu," jawab Ryder.
"Dengan begitu, aku bisa memalsukan kematianmu bahwa merekalah yang membunuhmu. Dan mereka akan ku minta pergi meninggalkan kota dengan bayaran yang mereka inginkan,"
"Rye...!"
Suara lembut dari wanita lain tiba-tiba menyela, menarik perhatian Ariana untuk beralih pandang pada sosok wanita yang baru saja datang.
"S-Sienna..." Ariana berdesis lirih, tak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Uhukk...!"
Ariana terbatuk, mengeluarkan cairan merah dari mulutnya bersamaan dengan pandangannya yang mulai mengabur.
"Sepertinya kamu sudah selesai," ujar Sienna tanpa beban.
"K-Kenapa? Bukankah... K-Kamu... Mencintaiku?" tanya Ariana.
"Cinta?" sambut Ryder tertawa, lalu berdiri.
"Pada anak manja dan bodoh sepertimu? Yang benar saja!"
"T-Tapi... Kita... Akan menikah..." ucap Ariana pelan.
"Kamu berjanji akan menikahiku jika aku mengalihkan sebagian besar saham keluargaku padamu. Tapi, setelah semua yang aku lakukan, kenapa kamu melakukan ini padaku?"
"Dasar bodoh!" dengus Sienna.
"Apakah kamu masih tidak mengerti? Rye tidak pernah menginginkanmu. Kau hanya alat bagi Rye untuk mendapatkan semua hartamu. Dan sekarang, semua surat peralihan saham sudah berada di tangan Rye, jadi kamu sudah tidak berguna lagi,"
Setiap kata sarkas yang Sienna lontarkan menampar keras wajah Ariana. Wajah pucatnya menunjukkan rasa tidak terima, namun tubuhnya melemah seiring dengan rasa sakit yang kian kuat mendera tubuhnya.
'Uhukk...!"
Ariana kembali terbatuk, mengeluarkan cairan merah dari mulutnya. Tubuhnya terbaring lemah di atas aspal keras nan dingin.
"Ayo pergi!" ajak Ryder.
Sienna mengangguk, tersenyum mengejek melihat keadaan Ariana yang belumuran darah.
"Ohh..." Sienna tiba-tiba berbalik, kembali mendekat pada Ariana yang terbaring tak berdaya, lalu berjongkok di samping Ariana.
"Kau tahu? Aku dan Rye akan menikah," ujar Sienna sembari menunjukkan cincin berlian di jemari tangannya.
"Kamu tentu akan datang bukan?"
"Upss... Tentu saja kamu tidak akan bisa datang. Tak masalah, aku tidak akan meminta hadiah pernikahan darimu. Tapi sebagai gantinya, aku ingin mengatakan satu rahasia untukmu, anggap saja ini sebagai hadiah pernikahan kami karena kamu teman kami,"
Ariana menatap tanpa minat, rasa sakit yang mendera tak sebanding dengan sakit hati yang ia rasakan atas pengkhianatan kekasihnya.
"Ayahmu..." ucap Sienna.
Mendengar satu kata itu, wajah Ariana menoleh cepat.
"Kecelakaan yang menimpa Ayahmu adalah kecelakaan yang disengaja. Dan kau tahu siapa yang melakukannya?"
Ariana diam, memohon dalam benaknya untuk tidak mendengar hal yang ia pikirkan.
"Rye,"
DEG!
"Woah... Kamu terkejut bukan?" sambut Sienna tertawa puas.
"Kau...!"
"Iuhhh... Lepas! Dasar menjijikkan!"
Seinna serta merta menghempaskan tangan Ariana yang tiba-tiba mencekal pergelangan tangannya, membuat tubuh Ariana kembali terhempas ke aspal.
"Kita tinggalkan tempat ini, Sienna!" ujar Ryder. "Para bodyguard itu pasti akan datang sebentar lagi,"
"Baiklah," sambut Sienna.
Ryder, Sienna serta enam orang yang sebelumnya mengejar Ariana pergi meninggalkan Ariana begitu saja. Mereka bahkan tidak lagi menoleh sampai mereka menghilang ditelan kegelapan malam.
Samar-samar, Ariana mendengar suara deru mobil, sesaat kemudian suara mobil itu menghilang. Hal yang membuat Ariana tersadar bahwa lokasinya saat ini sudah diatur oleh Ryder.
"Betapa bodohnya..." Ariana tersenyum getir.
"Lyra...!"
Detik ketika Ariana merasa hidupnya berakhir, suara teriakan dari seseorang kembali menarik kesadaran Ariana yang nyaris menghilang.
"Lyra...!"
"Buka matamu! Kumohon..."
Ariana merasakan seseorang memeluk tubuhnya, ia juga merasakan tetesan air jatuh tepat di wajahnya, memaksa Ariana untuk membuka mata.
"Kael..." lirih Ariana.
Ariana menggeleng lemah saat merasakan pria yang kini bersamanya akan mengangkat tubuhnya.
"Bertahanlah sebentar saja," pinta Kael.
Kael menangis, tidak bisa melakukan apapun pada belati yang masih terbenam di dada Ariana.
"Uhukk...!"
Ariana kembali terbatuk, memberikan noda merah baru pada wajahnya yang segera di hapus oleh Kael tanpa rasa jijik.
"Kumohon bertahan sebentar saja, kita ke rumah sakit," ucap Kael pilu.
Ariana menggeleng lemah, mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Kael.
"M-Maaf..." lirih Ariana.
Seketika, kilasan tentang sikap yang ia berikan pada Kael terputar di depan matanya. Sikap abai yang ia berikan, sikap kasar yang ia tunjukkan, membuat penyesalan masuk ke relung hatinya. Pria yang selama ini selalu ia abaikan justru ada bersamanya di napas terakhirnya.
"M-Maaf..." ulang Ariana.
"Andai... Aku... Memiliki kehidupan... Kedua... Aku... Akan... Memilihmu... Untuk... Ku..."
Sebelum Ariana dapat menyelesaikan kalimatnya, tangan Ariana terkulai diikuti dengan kedua mata Ariana yang terpejam.
"Lyra..."
"Buka matamu... Jangan tidur!"
"Lyra..."
"Kumohon..."
Kael membelai lembut wajah Ariana, mendekap erat tubuh wanita itu dengan air mata yang terus mengalir dan jatuh di pipi Ariana. Namun wanita itu tetap diam, tidak bergerak seiring dengan napas terakhir yang terdengar lembut sebelum akhirnya berhenti. Benaknya terus menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa menjaga wanita yang ia cinta.
"Andai aku memiliki kehidupan kedua... Aku bersumpah untuk tidak akan membiarkanmu terluka..."
"Lyra..."
"LYRAAAA....!"
. . . .
. . . .
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🌞MentariSenja🌞
lh, medekap erat bukannya belatinya makin menancap dlam?
2025-04-13
1
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨
ya Tuhan, kok aku yg nyesek /Sob//Sob//Sob/
2025-04-13
1
Dewi Payang
Pecundang... kamu sengaja membawanya berlari, membuat pacarmu kelelahan 🤬
2025-04-13
1